Blokir Iklan Rokok, Internet Sudah Layak Anak?




Oleh: Naini Mar Atus
Kemajuan teknologi informasi berkembang pesat saat ini. Salah satunya, Internet. Era digital membawa perubahan sangat drastis. Hampir tidak ada yang bisa melepaskan diri darinya. Pria, wanita dan anak-anak, semua terpapar internet. Perkembangan teknologi informasi ini memang tidak bisa dihindari. Aktivitas bersama smartphone setiap hari sudah tidak bisa dilepaskan. Bahkan kita dituntut untuk mampu beradaptasi. Terlebih bagi anak-anak, internet sudah menjadi kebutuhan. Untuk berkomunikasi hingga mencari literasi tugas sekolah.
Namun, dibalik kebutuhan anak akan internet, ada bahaya yang mengancam anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menilai internet di Indonesia belum layak anak karena masih ada iklan rokok yang mudah diakses dan dilihat anak-anak. Sebagai contoh, salah satu indikator Kabupaten/Kota Layak Anak adalah tidak ada iklan, promosi, dan sponsor rokok. Bila masih ada iklan rokok, berarti internet di Indonesia belum layak anak," kata Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny N. Rosalin saat dihubungi di Jakarta, Minggu (https://m.antaranews.com, 23/6/2019).
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan sudah menerima surat ihwal pemblokiran iklan rokok di internet. Surat itu merupakan kiriman dari Kementerian Kesehatan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dia mengatakan, saat baru menerima surat itu, Kominfo langsung melakukan crawling. Dari hasil craw itu, kata Rudi, Kominfo menemukan 114 kanal di media sosial Facebook, Instagram & YouTube yang jelas melanggar undang-undang. UU yang dimaksud, yaitu Undang-undang 36/2009 Pasal 46, ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok (https://bisnis.tempo.co/read/1214512/menkes-minta-blokir-iklan-rokok-rudiantara-langsung-telepon/full?view=ok, 14/6/2019).
Mengharamkan internet atau menjauhkan smartphone sama sekali dari kehidupan keluarga, bukanlah solusi. Namun yang perlu dilakukan bagaimana menyusun strategi, agar dunia digital membawa manfaat dan kebaikan bagi masyarakat terlebih aman bagi anak-anak. Namun sayangnya, internet yang ada saat ini masih jauh dari kata layak bagi anak-anak
Sudah seharusnya perkembangan teknologi informasi seperti internet disikapi secara bijak oleh masyarakat. Yang disayangkan, masih banyak orang tua yang kurang bijak dalam memberikan fasilitas teknologi informasi dan internet kepada anak-anaknya sehingga bukan manfaat yang didapat melainkan dampak buruknya. Bahaya penggunaan internet yang berakibat rusaknya generasi kita tak hanya persoalan iklan rokok yang berseliweran di internet. Namun, bermacam-macam konten yang lebih berbahaya dari sekedar iklan rokok.
Bersamaan dengan pemakaian internet, muatan-muatan negatif di internet seperti pornografi sudah sangat berkembang di media-media sosial maupun media daring. Bahkan ada beberapa kasus di Indonesia yang dampak negatifnya sangat besar bagi anak-anak.
Menurut Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi KPPPA Valentina Ginting, pemakaian internet di Indonesia sangat cepat bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Data Kepolisian RI menyebutkan dalam sehari terdapat 25.000 alamat protokol internet atau "IP address" yang mengunduh muatan-muatan pornografi anak di internet (Antaranews.com, 14/2/2018).
Tak cukup hanya itu, dampak buruk internet lainnya bagi anak seperti munculnya kasus perundungan siber (cyber bulliying) hingga permainan bermuatan kekerasan (game online). Bahkan lebih parah lagi, anak-anak menjadi sasaran obyek kejahatan seksual kaum sipilis melalui internet ini.
Internet layak anak akan sulit diwujudkan selama negara masih menganut sistem sekuler demokrasi yang tak mengenal halal haram serta menjauhkan peran agama dari kehidupan. Media hanya dijadikan para kapitalis untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa mempedulikan halal dan haram, sehingga kita temui banyaknya konten-konten yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam berseliweran di internet hingga dampaknya bisa merusak generasi penerus bangsa.
Di negri dengan sistem sekuler kapitalisme ini pula, media menjadi alat yang strategis untuk menyebarkan nilai-nilai dan gaya hidup alat barat yang serba bebas. Sehingga tak heran bila racun liberalisme yang mereka sebarkan amat mudah mempengaruhi dan menjangkiti generasi kita hingga menjadi mesin perusak yang ampuh untuk menghancurkan generasi.
Hal ini tentunya berbeda dengan Islam. Islam menjadikan media massa (internet) sebagai sarana untuk dakwah dan edukasi bagi masyarakat. Sistem Islam, satu-satunya sistem terbaik yang memiliki mekanisme komprehensif dalam menjaga generasi dari pengaruh-pengaruh destruktif yang bisa merusak generasi. Negara akan menutup keran liberalisme serapat-rapatnya, sehingga tidak akan ada lagi iklan-iklan atau konten-konten yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang akan menjerumuskan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
Sudah saatnya kita beralih pada hukum Islam yang berasal dari Allah SWT serta membuang sistem sekuler kapitalisme yang terbukti telah menyebabkan kerusakan bagi generasi. Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak