Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Member Revowriter
Seperti lingkaran setan, selalu berulang tanpa tahu kapan berakhirnya, kasus penganiayaan antar pelajar selalu saja terjadi. Ada apa dengan mereka? diusia muda begitu bengis dan hilang rasa kemanusiaanya. Kali ini kasus beredarnya video penganiayaan, serangan fisik dan verbal sekaligus penelanjangan remaja. Diperkirakan mereka bersekolah di salah satu SMP yang sama di Kecamatan Dawan, Klungkung.
Tindakan penganiayaan yang dilakukan sempat direkam, hingga viral di media sosial. Dalam rekaman video berdurasi 2.36 menit, jelas terlihat kebrutalan sekelompok remaja putri sedang menganiaya seorang remaja putri lainnya. Penganiayaan tersebut terjadi di kawasan Bukit Buluh, di wilayah Desa Gunaksa, Dawan, Klungkung. Tepatnya di halaman parkir Pura Bukit Lingga (tribun-medan.com, 29/6/2019).
Padahal lokasi tersebut disakralkan oleh masyarakat sekitarnya. Korban diketahui berinisial Ni Ketut AAP (15), seorang remaja putri yang berasal dari seputaran Kota Semarapura. Sementara pelaku diketahui berjumlah 9 orang berkisar usia 15-18 tahun. Ada 6 remaja putri yang diamankan Polres Klungkung, sedangkan dua orang kabur. Keenamnya mengakui terekam dalam video tersebut, dan ikut melakukan tindakan tidak terpuji terhadap korban.
Berdasarkan keterangan pelaku, penganiayaan itu bermula ketika korban sempat menyebut salah satu pelaku cabe-cabean, sehingga memunculkan ketersinggungan. Saat kejadian, korban dan para pelaku tidak sengaja bertemu di TKP, sehingga terjadi tindakan kekerasan tersebut.
Kasat Reskrim Polres Klungkung AKP Mirza Gunawan mengungkapkan, pihaknya terus mendalami kasus kekerasaan yang dilakukan sekelompok remaja putri tersebut. Sementara karena pelaku masih dibawah umur, kemungkinan akan dijerat dengan Pasal 80 UU 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak dengan ancaman kurungan penjara maksimal 3 tahun 6 bulan.
Tak bisa dipungkiri, akibat bebasnya pergaulan remaja saat ini sangat berpengaruh kepada tingkat kematangan emosional mereka. Generasi yang kerap dipanggil generasi milenial hari ini menghadapi dunia yang serba terbuka dan permisif. Yang memberikan penawaran kepuasaan jasadiyah maupun batiniah selama mereka mampu menjalaninya.
Emosi muda terkadang memang sulit terhadang. Terlebih karena agama tak ada ranah campur tangan dalam kehidupan manusia. Kurikulum pendidikan yang tak mengampu penanaman akidah yang benar semakin memudarkan tujuan mereka hidup di dunia, padahal merekalah generasi penerus bangsa ini.
Maju mundurnya peradaban suatu bangsa tergantung pada kualitas generasi penerusnya. Namun bagaimana jadinya jika generasi penerus ini bak sumbu pendek, sebentar tersulut kemarahan dan tak ada ranah tabayyun. Bulying jadi solusi final jika mereka ingin eksis tetap eksis.
Padahal jelas Allah menciptakan manusia bukan sekedar sebagai khalifah di muka bumi. Namun lebih spesifik lagi menjadi hamba sebenar-benarnya hambaNya yang taat. Inilah yang hilang dalam pemahaman generasi hari ini. Kematangan mereka bukan karena akal dan hatinya dipenuhi dengan kebenaran. Tapi mereka dikungkung oleh kemajuan teknologi yang mengagungkan kebebasan tanpa batas.
Aturan negara pun menegaskan bahwa usia mereka masih dibawah umur. Menambah kisruh keadilan. Karena secara fitrah usia mereka telah siap diberikan beban tanggung jawab yang lebih besar daripada anak-anak. Sanksi kurungan maksimal 3 tahun tidak akan membuat jera, terlebih jika pihak keluarga memiliki harta berlebih untuk menebusnya dari penjara.
Jelas, sistem hari ini, yang dilandasi oleh sekulerisme atau pemisahan agama dari kehidupan tidak akan mampu memutus lingkaran setan. Karena hukum hanya melihat pada fakta semata, bukan akar persoalan mengapa bulying di kalangan remaja masih marak.
Akankah kita berdiam diri, menunggu giliran anak-anak kita menjadi korban? tentu tidak, maka perlu kesadaran penuh guna mengubah sistem ini menjadi sistem yang lebih manusiawi. Yang mengedepankan manusia dari sisi ia diciptakan oleh Allah. Terlebih generasi muda adalah investasi kita, tak mungkin muncul generasi unggul jika fokus mereka hanya pada kebengingan dan balas dendam.
Wallahu a' lam biashowab.