By : Fenti Amalia
(Member Penulis Ideologis)
"Saya dan Pak Kiai, ucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan rakyat pada kami berdua untuk melanjutkan tugas, mengemban amanat kepercayaan rakyat, membawa seluruh rakyat Indonesia menuju Indonesia yang maju, bermartabat sejajar dengan negara lain di dunia," ujar Jokowi dalam sambutannya usai penetapan di kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Minggu (30/06/2019). Viva.co.id
Tiada yang salah dengan harapan dan cita-cita presiden Indonesia 'terpilih'. Cita-cita yang juga di impikan oleh setiap warga negara Indonesia. Tapi, mampukah Indonesia menjadi negara maju dan adidaya?
Indonesia adalah negara kaya raya dengan berbagai potensi alami yang dimilikinya. Potensi ini seharusnya mampu menjadi musabab kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Namun, fakta berkata lain. Indonesia adalah negara kaya raya yang selalu tiap tahun harus mengimpor beras, garam, dan bahkan impor sampah. Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar ketiga yang mayoritas muslim namun dipaksa diam dan sabar ketika terjadi penistaan pada agamanya.
Semua itu tidak terlepas dari kebijakan politik Indonesia sebagai negara pengekor/klien yang secara sukarela mengadopsi ideologi kapitalisme sekuler, sehingga menempatkan indonesia sebagai objek penjajahan. Memang tidak secara fisik, namun secara politik, ekonomi, hukum, sosial dan lain sebagainya.
Secara politik Indonesia mengadopsi sistem demokrasi yang melegalkan kecurangan demi meraih kekuasaan yang pada hakikatnya menguntungkan para "tuan-tuan" kapital. Kebijakan impor segala macam kebutuhan masyarakat yang mematikan banyak produsen dalam negeri dan menambah panjang deretan penderitaan rakyat serta menguntungkan para tuan pemilik modal. Kebijakan hukum yang berat sebelah seolah lazim dan dipertontonkan secara terang benderang. Impor gaya hidup bebas melalui drama sinetron alay seolah menjadi hal yang lumrah.
Bagaimana mungkin Indonesia akan mampu menjadi negara maju selama masih mengadopsi kapitalisme-sekuler?
Indonesia maju dengan Islam
Cita-cita kemajuan Indonesia optimis pasti dapat terwujud, jika saja Indonesia mengadopsi Islam sebagai Ideologi dan mencampakkan kapitalisme-sekuler dalam tong sampah peradaban. Kapitalisme hanya menjadikan Indonesia sebagai objek penjajahan demi meraup keuntungan para kapital. Melegalkan segala cara hanya demi pundi-pundi rupiah dan mengabaikan penderitaan dan kesejahteraan rakyat.
Berbeda dengan Islam. Islam seperti yang di janjikan oleh Allah di dalam al-qur'an akan memberikan rahmat ke seluruh alam. Bukan hanya umat islam, tapi non muslim, binatang dan alam semesta. Islam mempunyai aturan-aturan tegas untuk mengelolo sumber daya alam untuk kesejahteraan seluruh umat islam, bukan untuk kepentingan segelintir orang. Islam menindak tegas pencurian, KKN, kecurangan, ketidakadilan dengan sanksi yang tegas yang membuat pelaku jera. Dan berbagai macam syariat lainnya yang akan memberikan kesejahteraan jika diterapkan.
Hanya saja kesejahteraan ini dapat diraih jika Islam diterapkan secara kaffah atau totalitas dalam bentuk institusi negara. Andai saja Indonesia mengadopsi Islam sebagai Ideologi, insyaallah Islam akan mampu mereposisi Indonesia menjadi negara maju, kuat dan adidaya.