Oleh : Eti bunda fairuz
(Menulis asyik Cilacap)
Anggota Dewan Pengarah Pemenangan Nas(BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno,Fadli Zon saat menjadi narasumber CNN Indonesia, Jumat (24/5/2019)
Fadli Zon menyebutkan, masyarakat Indonesia kini sedang menghadapi tragedi didalam demokrasi Indonesia.
Fadli Zon menjelaskan, dirinya menyampaikan hal tersebut berdasarkan adanya ratusan korban yang gugur selama proses pemilu berlangsung.
Dalam hal ini, adalah ratusan korban yang merupakan petugas KPPS, serta sejumlah orang yang meninggal saat terjadi kericuhan dalam aksi massa tolak hasil pilpres 2019 di depan kantor Bawaslu RI, pada 21 dan 22 mei lalu.
"kita menghadapi sebuah tragedi didalam demokrasi kita sudah jatuh korban dari KPPS, lebih dari 600 orang meninggal, yang tidak mendapatkan satu perhatian memadai. Kemudian sekarang ada 8 orang, ada juga informasi yang menyebutkan 16 orang yang meninggal didalam penanganan aksi demonstran 21-22 mei", ujar Fadli Zon.
Atas banyaknya korban tersebut, Fadli menilai nyawa di Indonesia seperti tidak dihargai sepadan.
"Nyawa di Indonesia sepertinya murah dan sambil lalu saja kemudian dibahas, kemudian tidak ada pertanggungjawaban jawaban", ungkap Fadli.
Ia lantas menyebutkan adanya sejumlah bukti yang memperlihatkan bahwa ada oknum aparat yang menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power).
"Video -video yang beredar di media sosial juga banyak bukti -bukti yang melihat, mempertunjukan bahwa begitu banyak abuse of power yang terjadi menurut saya, dilakukan oleh oknum-oknum, termasuk juga aparat keamanan, saya melihat itu", ujar Fadli.
Fadli lantas menceritakan soal dirinya yang mendatangi sejumlah korban kerusuhan, satu diantaranya adalah R seorang remaja 15 tahun yang menurut Fadli terkena tembakan meski tak turut serta dalam aksi.
https://wow.tribunnews.com/amp/2019/05/25/fadli-zon-sebut-sedang-hadapi-tragedi-dalam-demokrasi-indonesia-nyawa-di-indonesia-sepertinya-murah?__twitter_impression=true
DEMOKRASI SISTEM RUSAK
Kebobrokan demokrasi nampak begitu nyata, dimana sudah terbukti tidak mampu memanusiakan manusia, demi sebuah kekuasaan nyawapun menjadi taruhan.
Betapa tidak,
Para anggota KPPS yang meninggal secara misterius mencapai hampir 700 orang, sedangkan yang sakit mencapai 11.239 orang (data kemenkes). Sungguh angka yang fantastis untuk korban jiwa dalam sebuah pesta politik demokrasi sepanjang sejarah Indonesia.
Pemilu tahun ini sejak awal sudah bermasalah, mulai dari keterlambatan distribusi logistik, kekurangan kertas suara, kerusakan kotak suara,bahkan kertas suara yang tercoblos lebih dulu bukti kegagalan KPU.
Lebih dari itu, perihal kecurangan menjadi wajar dalam mengiringi proses penghitungan suara, data yang tidak cocok antara formulir C1 dengan alasan salah input, human eror, bahkan sampai puncaknya waktu pengumuman hasil pilpres yang dilakukan secara diam-diam pada tengah malam merupakan indikasi yang memperkuat terjadinya kecurangan.
Hal itu pula yang membuat masyarakat tidak percaya lagi kepada lembaga-lembaga aspirasi yang sudah dikooptasi, itulah yang memicu demonstrasi.
Masyarakat hanya ingin menuntut keadilan, kejujuran hasil pilpres yang merupakan suara rakyat banyak. Namun apa daya keinginannya itu pun terpaksa harus lenyap.
Dimana kebrutalan aparat keamanan memicu adanya kerusuhan, para perusuh bayaran sudah disiapkan, peluru-peluru kian menyambar dan bersarang pada insan tidak berdosa tidak terkecuali orang-orang di sekitar lokasi demonstrasi yang ikut menjadi sasaran.
Penegak hukum yang seharusnya menjadi tameng masyarakat sekarang berubah menjadi manusia -manusia keparat.
Begitulah demokrasi tidak pernah mampu menjaga harga diri, kehormatan, bahkan nyawa terasa begitu murah.
HANYA MENGULANG SEJARAH
Tragedi yang terjadi tahun 1998 lalu, tidakkah jauh beda dengan apa yang terjadi hari ini.. Dimana masyarakat turun ke jalan untuk menuntut keadilan, mengecam tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme kala itu.
Walaupun hanya dari kalangan mahasiswa, namun mampu menggulingkan rezim Soeharto dan jajaranya.
Kerusuhan, penjarahan tidak bisa dibendung lagi. Namun apa yang didapat??
Tidak ada!!
Walaupun rezim sudah berganti, masalah korupsi makin menjadi -jadi, hukum hanya tajam ke bawah, pengangguran yang terus bertambah, kemiskinan terus meningkat, utang negara yang menggunung, tindak kriminalitas yang merajalela, kehidupan sosial yang semakin jauh dari moral.
Betapa sistem demokrasi sudah menunjukkan wajah aslinya, dimana keadilan,kejujuran, dan kesejahteraan tidak pernah menemukan jalannya.
Pada hakekatnya masyarakat belum sepenuhnya memahami arti dan tujuan kegiatan demonstrasi.
Akar masalah harus menjadi prioritas guna mencapai tujuan. Itulah mengapa semua itu berujung pada kegagalan, kata perubahan hanya menjadi angan -angan.
Sesungguhnya akar masalah di balik semua keruwetan, kecurangan, ketidakadilan adalah demokrasi itu sendiri. Sebuah sistem yang gagal dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat.
Jargon dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat tidak pernah terbukti,suara rakyat hanya dijadikan alat untuk melanggengkan kekuasaan,tidak lebih untuk mempertahankan kepentingan kelompok /kapital.
Umat sudah cerdas, kesadaran politik masyarakat sudah sangat terlihat.
Demokrasi tidak bisa diharapkan lagi, kebobrokanya sudah terbukti nyata tidak mampu memberi maslahat pada umat.
Kalo sudah demikian, inilah saatnya umat bangkit dari tidur panjangnya untuk bersatu dan berjuang demi tegaknya syariat islam.
Islam adalah agama yang sempurna dimana akidah akan dijadikan landasan akan memancarkan segenap aturan yang begitu rinci, tak terkecuali dalam hal memilih pemimpin.
Yaitu melalui bai'at atas dasar kesadaran dan keridhoan umat. Jadi tidak perlu harus ada kecurangan, ketidakadilan, bahkan nyawa dan kehormatan sepenuhnya dijaga.
Hanya dengan syariat islam kaffah dalam bingkai khilafah semua hak -hak rakyat akan terpenuhi.
Dimana islam akan menjadi rahmatan lil alamin yang dapat dirasakan seluruh manusia baik muslim maupun non muslim.
Sejarah mengajarkan kepada kita bagaimana kejayaan islam mampu bertahan hingga 1400 tahun lamanya dan menguasai wilayah tiga perempat dunia,itu semua merupakan bukti bahwa khilafah bukan ancaman bagi negeri.
Alohu alam bish -sawab