Oleh : Ummu Afifah
( Theraphys Muslimah )
Paska tgl 17 mei 2019 yaitu pemilihan umum (pemilu) dengan memilih Presiden dan Wakil Presiden, harapan seluruh rakyat Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi.Baik dari peningkatan pendapatan dari segi ekonomi juga dari segi politik kondisi keamanan pun jadi lebih baik. Permasalah dan konflik ditatanan masyarakat dan dielit politik mampu diselesaikan dan tidak berulang-ulang. (sumber : detik finance.jum´at/15 /02/2019),
Urusan pemilu yang belum juga mempeoleh kepastian belum lagi bergulir opini akan adanya kecurangan dalam perhitungan suara akan memunculkan Isu akan adanya people power.
Ketidak puasan ini karena tidak adanya transparansi terhadap hasil pemilihan umum, artinya terjadinya kecurangan dan kezoliman membuat memanasnya keadaan, baik yang menzolimi maupun kelompok yang merasa terzolimi. Sebetulnya konflik yang tengah memanas dapat membuat terpecahnya persatuan rakyat indonesia.
Namun justru dimedsos berkembang statment dari mantan panglima TNI yang saat ini menjabat Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko, beliau mengatakan bahwa ," mayoritas masyarakat tidak menginginkan adanya people power pada 22 mei 2019. Masyarakat tidak menginginkan people power yang pada akhirnya merusak semuanya," ujar Moeldoko di Posko Rumah Cemara, (Jawa Pos.Com/ 17/05/2019 ).
Fakta yang terjadi adalah kekecewaan rakyat semakin memuncak ketika pemgumuman rekapitulasi hasil pengumuman pada 21/05/2019 sekitar pukul 02.00 wib.Dan hasil pengumuman tersebut sudah bisa diprediksi masyarakat yaitu kemenangan pada tim pemenangan Jokowi dan Ma´ruf Amin. Kekecewaan para pendukung paslon 02, tampak karena prediksi pemenangan jatuh pada paslon 02.Maka kekecewaan pun muncul dengan akan diadakannya People power.
People Power sebagai aksi damai yang akan dipusatkan di BAWASLU, ternyata diluar dugaan terjadi bentrokan antara sekelompok masyarakat dan aparat kepolisian. Terjadi kericuhan di Ibukota. Kerusuhan memakan korban selain adanya korban luka-luka dan 6 korban meninggal dunia (21/05/2019/liputan6 pagi trans7).
Kejadian ini justru jadi mengundang pertanyaan besar, sebagaimana yang disampaikan Moeldoko ternyata kejadiannya sangat berbeda, padahal pernyataan beliau tidak adanya pasukan yang akan dipersiapkan untuk menembak peserta people power yang mengadakan aksi.Padahal aksi people power seharusnya diagendakan tgl 22, ternyata agenda berubah menjadi tgl 21, wallahu´alam
Begitu miris negeri ini, ketika nafsu kekuasaan justru mereka legalkan dengan melakukan segala cara. Apakah sudah tidak ada lagi kesempatan, bagi rakyat negeri ini ketika menyuarakan keadilan? Apakah ini yang dinamakan Kebebasan Berpendapat yang dilindungi HAM, ketika aspirasi untuk meneriakkan keadilan justru yang ada korban luka-luka dan meninggal dunia.
Ternyata sistem Demokrasi yang melindungi Hak Asisi Masyarakat hanyalah sebuah jargon saja.Sungguh tidak adalagi nilai-nilai yang baik dalam sistem demokrasi ini. Hak-hak kebebasan berpendapat yang dikriminalkan,justru membungkam sikap kritis rakyat, padahal sikap rakyat mengkoreksi pemerintah justru mereka peduli dengan kondisi negeri ini, agar negeri ini menjadi negeri yang senantiasa diberkahi Allah SWT. Seharusnya orang-orang yang melakukan muhasabah kepada penguasa sejatinya rakyat ini begitu mencinta pemimpinnya.Agar penguasa mau melakukan perbaikan pada dirinya terhadap apa yang telah mereka tetapkan karena kelak seluruh perbuatan seorang hamba akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah Swt.
Auf bin Malik al-Asyja´i berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:" Sebaik-baiknya pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai dan merekapun mencintai kalian, mereka mendo´akan kalian dan kalianpun mendo´akan mereka.Seburuk-burukya pemimpin kalian, kalian melaknat mereka dan merekapun melaknat kalian."Ditanyakan kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, tidakkah kita perangi saja mereka itu?" Beliau menjawab,"Jangan selama mereka masih menegakkan sholat ( hukum Islam) ditengah-tengah kamu sekalian."( HR.Muslim).
Yang dimaksud dengan "menegakkan sholat" diatas adalah memerintah dengan Islam,"yaitu menerapkan seluruh hukum-hukum Allah. Adapun saat ini umat begitu merindukan pemimpin syar´i, fakta dilapangan bahwa kesadaran keislaman umat meningkat.Betapa umat merasakan keruwetan permasalahan kehidupan yang tidak pernah terselesaikan secara tuntas dan semua menyadari bahwa semua permasalahan karena tidak diterapkannya hukum-hukum Allah dalam kehidupan. Hal ini dapat kita saksikan Giroh semangat keislaman telah nampak .
Mereka merasakan kejumudan sistem sekuler, kapitalis, liberal ternyata terbukti gagal mensejahterakan, seperti : meningkatnya persoalan kemiskinan, pengangguran, kriminal juga hutang Luar Negeri dan lain-lain.
Namun berbicara tentang kepemimpinan Islam, sesungguhnya kita berbicara akan 2 hal :
Bagian pertama: Berbicara tentang sosok pemimpin dalam pemerintahan Islam yaitu Khalifah, maka Syekh Taqyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nidzam al-Hukmi Fi al Islam menyebutkan syarat syar´i yang wajib ada pada diri seorang pemimpin (Imam/Khalifah) yaitu:1.Muslim, 2. laki-laki, 3. Dewasa (baligh), 4. Berakal, 5. Adil (tidak fasik), 6. Merdeka, 7. Mampu melaksanakan amanah kepemimpinannya berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Maka Syekh Taqyuddin an Nabhani menyebutkan syarat tambahan (afdholiyah) sebagai syarat keutamaan bukan keharusan bagi seorang pemimpinan, diantaranya : 1. Mujtahid, 2. Pemberani, 3. Politikus ulung.
Syekh Abdul Qadhim Zallum, dalam kitab Al afkar as siyasiyyah juga menyebutkan beberapa karakter seorang pemimpin, yaitu:
1.Berkepribadian Islam yang kuat, orang lemah tidak pantas jadi pemimpin. Abu Dzar ra, pernah memohon kepada Rasulullah untuk menjadi pejabat. Namun Rasulullah Saw bersabda :
"Abu Dzar, kamu ini lemah, sementara jabatan ini adalah amanah.Pada hari pembalasan maka jabatan akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali bagi orang yang mengambil amanah tersebut sesuai dengan haknya dan menunaikan kewajiban dalam kepemimpinannya." ( HR. Muslim )
2.Bertaqwa, Sulaiman bin Buraidah dari bapaknya, menuturkan: "Rasulullah Saw, jika menyangkut seorang pemimpin pasukan ekspedisi atau pasukan khusus, senantiasa mewasiatkan taqwa pada dirinya."( HR. Muslim ).
Seorang pemimpin yang bertaqwa akan menyadari bahwa Allah senantiasa akan memonitor dirinya dan dia akan selalu takut kepada-Nya. Dengan demikian dia akan menjauhkan dirinya dari sikap sewenang-wenang ( zolim kepada rakyat maupun abai terhadap urusan mereka ). Sebagai contoh : Khalifah Umar bin al-Khattab adalah kepala negara Khilafah yang luas wilayah kekuasaannya, yang meliputi : Jazirah Arab, Persia, Irak, syam (meliputi syiria, Yordania, Libanon, Israel, Pakistan), Mesir.Beliau pernah berkata," Andaikata ada seekor hewan di Irak terperosok di jalan, aku takut Allah akan meminta pertanggungjawaban ku, Mengapa aku tidak mempersiapkan jalan tersebut( menjadi rata dan bagus)." ( Zallum.penj).
3..Memiliki sikap welas kasih. Ini diwujudkan secara kongkret dengan sikap lembut dan bijak yang tidak menyulitkan rakyatnya.Terkait ini Rasulullah Saw pernah berdoa,"Ya Allah, siapa saja yang diberi tanggungjawab memimpin urusan umatku dan menimbulkan kesulitan bagi mereka, maka sulitkanlah dia, Siapa saja yang memerintah umatku dengan tidak serius mengurusi mereka dan tidak memberikan nasihat yang tulus kepada mereka.Maka dia tidak akan mencium harumnya aroma surga."( HR. Muslim ).
4. Penuh perhatian kepada rakyatnya. Ma´qil bin Yasar menuturkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: "Siapa saja yang memimpin pemerintahan kaum muslim.Lalu dia tidak serius mengrusi mereka dan tidak memberi nasihat yang tulus kepada mereka, maka dia tidak akan mencium bau harumnya aroma surga." ( HR. Muslim).
5.Istiqomah memerintah dengan syariah. Diriwayatkan bahwa Muadz bin Jabal, saat diutus menjadi wali/ gubernur Yaman ditanya oleh Rasulullah Saw," Dengan apa engkau memutuskan perkara?" Muadz menjawab," dengan Kitabullah, Rasulullah bertanya lagi ," Dengan apa lagi jika engkau tidak mendapatinya (didalam al- Qur´an) ?" Muadz menjawab ," Dengan Sunnah Rasulullah." Kemudian Rasulullah bertanya kembali," Dengan apa lagi jika engkau tidak mendapatinya ( al-Qur´an dan As-Sunnah)?" Muadz menjawab ," aku akan berijtihad."Kemudian Rasulullah berucap," Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada utusan Rasulullah ke jalan yang disukai Allah dan RasulNya." ( HR.Ahmad, Abu Dawud & al Baihaqi )
Bagian kedua : Kepemimpinan syar´i. Kepemimpin syar´i adalah kepemimpinan yang pernah dibangun Rasulullah Saw di Madinah. Dalam siroh Nabawiyah berdasarkan riwayat-riwayat yang terpercaya, telah disebutkan informasi yang akurat mengenai bentuk dan struktur dalam sistem kepemimpinan yang dibangun Rasulullah Saw. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw di Madinah menunjukkan bahwa beliau membangun negara, melakukan aktivitas kenegaraan serta meletakkan landasan teoritis bagi bentuk dan sistem pemerintahan Islam yang maju. Bahkan dikemudian hari, Sistem pemerintahan Islam baik yang menyangkut aspek kelembagaan maupun hukum, banyak diambil dan menjadi dasar bagi sistem pemerintahan yang modern. Memang pada masa Rasulullah Saw, sistem dan struktur kenegaraan belum dilembagakan dalam sebuah buku khusus. Namun demikian, praktek kenegaraan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat adalah perwujudan nyata dari sistem pemerintahan manapun.
Pemerintahan Islam yang dibangun oleh Rasulullah Saw, meliputi: asas negara, Struktur, perangkat, mekanisme pemerintahan serta kelengkapan-kelengkapan dan administratif.
Pemerintahan islam berdasarkan prinsip : kedaulatan ada ditangan syariah dan kekuasaan ada ditangan rakyat.
Pemerintahan Islam dipimpin oleh seorang Khalifah yang bertugas untuk menerapkan dan menegakkan syariat Islam didalam negeri dan menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Karena itu aturan yang diberlakukan didalam Daulah Islamiyah adalah aturan Islam, bukan aturan yang lain.
Allah SWT berfirman :
"Demi TuhanMu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan (Muhammad) sebagai hakim yang memutuskan perkara yang mereka perselisihkan."( TQS : an-Nisa´ : 65)
Allah SWT berfirman :
"Hendaklah kamu ( Muhammad ) memutuskan perkara ditengah-tengah mereka, menurut wahyu yang telah Allah turunkan." (TQS : al-Maidah (5): 49).
Dengan demikian agenda umat dan ulama saat ini, sejatinya adalah sebagaimana mewujudkan kepemimpinan syar´i yang meliputi :Sosok pemimpin syar´i dan sistem kepemimpinan syar´i. Kita berharap, hal ini bisa menjadi kesadaran dan opini umum bagi kaum muslim. Dengan itu, aspirasi dan kesadaran kaum muslim tidak hanya sekedar memilih sosok pemimpin yang berkarakter sebagaimana yang disebutkan syarat-syarat dan kriteria di atas. Bahkan harusnya lebih dari itu, mereka harus memperjuangkan sistem pemerintahan/kepeminpinan Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw, saat membangun Daulah Islamiyah di Madinah. Sistem itu kemudian dilanjutkan oleh Khulafah Rasyidin yang oleh Rasulullah disebut sebagai Daulah Khilafah ala min hajj nubuwah.
wallahu´alam bisshowab