Oleh: Chezo*
Bulan Ramadhan kini telah berlalu, tibalah kita di bulan berikutnya yaitu Syawal. Syawal (شوال) berasal dari kata Syala yang berarti naik atau meninggi. Pada bulan ini, kedudukan dan derajat kaum Muslimin meninggi disisi Allah, karena telah melewati bulan ujian dan ibadah selama Ramadhan. Maka sudah seharusnya kita sebagai kaum Muslim harus mampu mempertahankan dan meningkatkan keimananan. Dalam rentang sejarah dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, cukup banyak peristiwa penting yang terjadi ketika Syawal.
Pertama, perang Bani Qainuqa yang terjadi pada Syawal tahun kedua hijrah. Umat Islam Madinah menghadapi fitnah keji yang dilancarkan kaum Yahudi. Lantaran kejahatan dan pengkhianatan kaum Yahudi itu sudah keterlaluan, hingga akhirnya Rasulullah memutuskan mengusir mereka dari Madinah. Beliau memimpin pasukan Muslim untuk menghalau mereka keluar.
Kedua, Perang Bani Sulaim yang terjadi pada Syawal juga di tahun kedua hijrah. Lokasinya ada di Kudri. Saat itu, ada sekitar 200 orang pasukan Muslim yang berarak menuju Qarqarah al-Kadri. Rasulullah memimpin mereka dalam menghadapi Bani Sulaim dan Gathafan. Namun, musuh-musuh Islam itu pada akhir nya melarikan diri.
Ketiga, perang Uhud yang pecah pada 15 Syawal, yakni tiga tahun setelah hijrahnya beliau. Pengalaman pahit yang dirasakan oleh kaum Quraisy dalam perang Badar telah menyisakan luka mendalam nan menyakitkan. Dalam perang ini, umat muslim mengalami kekalahan akibat sebagian pasukan pemanah yang ada di Jabal Rumah menyelisihi perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam agar tidak turun baik menang maupun kalah. Alquran surah Ali Imran ayat 121-122 turun berkenaan dengan peristiwa ini. Dalam perang ini, telah banyak shahabat yang syahid, diantaranya Hamzah bin Abdul-Muththalib paman Rasulullah, Abdullah bin Jahsyi, Mush’ab bin ‘Umair, dan yang lainnya.
Keempat, Perang Khandaq yang berlangsung pada Syawal, lima tahun setelah hijrah. Ini merupakan kali pertama perang dengan strategi yang dicetuskan seorang Persia-Muslim, Salman al-Farisi. Di negerinya, kubu-kubu menciptakan parit yang dalam dan lebar guna menghalau pasukan musuh. Rasulullah menyetujui ide ini setelah berunding dengan para sahabat, termasuk Salman. Bahkan, Rasulullah dengan tangannya sendiri ikut membangun parit pertahanan itu.
Kelima, Perang Hunain, terjadi pada tahun kedelapan Hijriyah pada Syawal. Saat itu, kaum Muslim menghadapi suku Hawazin dan suku Tsaqif. Dua pekan lamanya Perang Hunain berlangsung setelah Rasulullah berhasil memimpin kaum Muslim dalam menaklukkan Makkah tanpa pertumpahan darah. Dengan demikian, pasukan Muslim di medan Hunain cukup diuntungkan dengan kondisi men tal yang penuh kegemilangan. Dari total 12 ribu pasukan Muslim, sebanyak 2. 000 di antaranya berasal dari dukungan Quraisy Makkah. Hasilnya, Perang Hunain dimenangkan kaum Muslim.
Keenam, pengepungan Thaif yang meru pakan imbas dari Perang Hunain. Di sini, sisa-sisa kekuatan suku Hawazin dan Tsaqif yang berhasil melarikan diri dari Perang Hunain bertahan di benteng yang cukup kuat. Namun, pasukan Muslim meng gempur benteng tersebut dengan berbagai persenjataan, termasuk pelempar batu (manjaniq) dan pendobrak (dabbabah).
Masih banyak peristiwa penting lain yang terjadi di bulan ini. Bulan Syawal bukanlah bulan untuk bersantai setelah kita ditempa di bulan Ramadhan kemarin. Bulan ini adalah bulan untuk tetap mempertahankan kebiasaan baik yang telah diusahakan di bulan lalu. Sayangnya dalam kehidupan dibawah naungan sistem Kapitalisme, umat Muslim terlena dan kembali pada kebiasaan buruk lamanya. Hal ini disebabkan karena tidak terjaganya suasana keimanan seperti yang ada di bulan sebelumnya.
Maka sudah selayaknya kita campakkan sistem Kapitalisme ke dalam tong sampah peradaban dan menggantinya dengan penerapan sistem Islam secara kaffah agar kita tetap berada dalam suasana keimanan yang terjaga.