Oleh : Ummu Aqeela
Dalam sebuah ikatan pernikahan mempunyai keturunan menjadi tujuan utamanya, selain menyempurnakan syari'at agama tentunya. Ketika Allah memberikan amanah seorang keturunan tentu saja kita sebagai orang tua mempunyai cita-cita besar untuk menjadikan dia anak yang sholih/sholihah dan berakhlakul kharimah. Namun ditengah gerusan sekulerisme yang mencengkram seolah menjadi monster bagi orang tua dalam menanamkan akidah yang kuat untuk buah hatinya. Berbagai gempuran dari luar lingkungan dan peran aktif media televisi dan internet, seolah menjadi biang masalah dari lahirnya problematika anak di masa sekarang. Dari situlah berbagai masalah muncul, mulai dari pergaulan bebas, narkoba, pornografi dan pornoaksi serta kerusakan moral lainnya.
Melihat fenomena yang muncul dan menyerang generasi masa depan kita, pemerintah mengambil langkah yang dianggap dapat menyelesaikan berbagai masalah yang mendera. Pemerintah yang diwakilkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menilai,bahwa ujung pangkal masalah yang muncul ditengah kerusakan moral anak negeri adalah media internet dan televisi. Beliau menganggap media televisi dan internet di Indonesia belum layak karena masih ada iklan rokok yang mudah diakses dan dilihat anak-anak.
“ Sebagai contoh, salah satu Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak adalah tidak adanya iklan, promosi, dan sponsor rokok. Bila masih ada iklan rokok berarti internet dan televisi di Indonesia belum layak anak “ kata Deputi Tumbuh Kembang Anak Lenny N. Hal ini pun ditanggapi serius oleh Menteri Kesehatan Nila Moeloek, beliau mengatakan akan memblokir iklan rokok di kanal-kanal media sosial guna mencegah peningkatan jumlah perokok pemula yang menyasar anak-anak. (Tempo.co 23/06/2019)
Apapun namanya kenakalan atau fenomena jaman menimbulkan keprihatinan bagi kita semua tentunya. Namun untuk menyelesaikan dan mengurai berbagai masalah yang muncul ditengah pergaulan anak-anak bukan hanya sekedar membatasi akses internet dan iklan yang bersliweran didalamnya. Ini butuh konsen yang besar, tidak hanya memberantas yang tampak tapi mencabut dari akar permasalahannya. Hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan sendiri namun perlu kerjasama yang aktif dari orang tua, lembaga pendidikan, pemerintah dan pihak-pihak yang perduli dengan masalah anak serta masa depan bangsa.
Mulai dari mana kita bisa merombak dan mengatasi berbagai masalah anak yang muncul ditengah-tengah masyarakat?
Satu kata untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dimulai dari dunia pendidikan.
Bicara tentang pendidikan anak, Islam telah mengenal dan menerapkan konsep itu sejak lama. Islam memandang, anak adalah rizki sekaligus ujian Allah SWT kepada hambaNYA, dalam firmanNYA Allah menyebut anak adalah salah satu kesenangan dan perhiasan dunia.
الْمَـالُ وَالْبَنُونَ زِيْنَةُ الْـحَيَاةِ الـدُّ نْيَـا
Artinya : “ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan didunia “ (QS Al-Kahfi;46)
Kehadiran anak ditengah-tengah keluarga adalah amanah besar bagi orang tuanya. Oleh karenanya para orang tua dituntut untuk senantiasa memperhatikan perkembangan jasmani dan rohani sang buah hatinya. Karena keluarga adalah basis pertama dan utama dalam pendidikan anak. Namun dalam cengkeraman sekulerisme dan kapitalisme sekarang ini hal itu menjadi amat sulit dilakukan. Tuntutan biaya hidup mengharuskan orang tua mau tidak mau dipaksa menjadi budak dunia untuk mencari materi dalam pemenuhan hajat sehari-harinya, biaya sekolah yang mahal, kebutuhan pokok yang makin hari makin melangit harganya. Hal inilah yang menyebabkan orang tua tidak dapat 100% mengayomi anak-anak terutama di kebutuhan rohaninya yang mencakup akidah dasar. Karena penanaman akidah Islam yang kuat dan mengakar akan menjadi tolak ukur dan pondasi kuat anak untuk menangkal pengaruh negatif yang menyerang dari luar.
Potret buram masalah ini sebenarnya dapat dituntaskan dengan memperbaiki sistem hidup yang menjadi pengaruh besar dalam pemunculan setiap problematika. Untuk itu dibutuhkan peran total dari berbagai unsur: keluarga, sekolah , lingkungan masyarakat dan negara. Keseluruhan unsur bertanggung jawab penuh dalam pembentukan kepribadian dan karakter generasi depan. Ketiga unsur yang lain yaitu keluarga, sekolah dan masyarkat terikat dan terkait dengan unsur yang paling penting yaitu negara atau pemerintah. Karena lewat negaralah lahir berbagai kebijakan yang dapat menciptakan keadaan yang mendukung untuk ketiga unsur yang lainnya menjalankan kewajibannya.
Negara sebagai penyelenggara pendidikan haruslah menerapkan kurikulum yang menjamin tercapainya generasi yang berkwalitas, bukan memperhatikan kemajuan tekhnologi saja namun juga membentuk kepribadian islamnya. Lebih dari itu negara juga wajib menindak tegas hal-hal yang bisa merusak generasi, terutama media yang memberi pengaruh buruk dalam pendidikan dan pembinaan anak.
Harapan negara berperan seperti ini tentu tidak dapat diwujudkan dalam tatanan sistem yang berbasis kapitalisme dan sekulerisme. Hanya negara berdasarkan sistem Islam secara kaffahlah yang mampu melaksanakan peran yang sangat penting ini. Jika Islam tidak diterapkan, maka impian mencetak generasi islami seolah menjadi impian di siang bolong. Oleh karena itu, langkah pertama dalam menghapus potret buram masalah ini dan menggantinya dengan gambar cemerlang adalah hanya satu, kembali ke tatanan dari sang Pencipta yaitu Allah SWT dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Karena dengan Islam, anak sebagai generasi ujung tombak masa depan menjadi tombak yang runcing dan tajam untuk menghalau pengaruh negatif yang menyerang.
Wallahu'alam bishowab.