Oleh: Selviana Aidani
(Aktivis Dakwah Kampus dan Member Akademi Menulis Kreatif)
Ramadhan adalah bulan ketakwaaan, yang mana ia hadir untuk menempa ketakwaan kita. Di bulan Ramadhan kita diwajibkan berpuasa, siapa yang melaksanakan maka itu akan menjadi bentuk ketakwaannya atas salah satu syariat dari Allah. Hikmah berpuasa kita dilatih untuk menahan hawa nafsu kita, menahan lapar dan haus supaya kita empati kepada orang yang kurang berada, dan membuat kita rajin beribadah karena banyaknya keutamaan-keutamaan yang Allah beri di bulan suci ini. Harapannya, setelah Ramadhan terwujudlah ketaakwaan sejati, yakni semangat Ramadhan sepanjang tahun.
Tetapi nyatanya para pelaku kejahatan tak mengenal waktu dalam melanggengkan kemaksiatan mereka. Benar-benar miris, seperti dilansir dari m.kalsel.prokal.co (24/5/2019), polisi mengamankan puluhan remaja belasan tahun yang hendak tawuran di Jalan 9 Oktober Nusa Indah, Banjarmasin Selatan, Kamis (23/5) dini hari sekitar 02.30 Wita.
Dan tidak hanya itu saja Ramadhan kemarin juga tak menghentikan pelacur untuk menjalankan aksi kejinya. Nyatanya, empat PSK ini diamankan Satpol PP Kota Banjarbaru saat bulan Ramadhan (22/5)di eks lokalisasi pembatuan dan eks lokalisasi batu besi yang secara resmi telah ditutup oleh Pemerintah Kota Banjarbaru.
Lalu kasus pembunuhan 2 hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, (3/6) peristiwa berdarah di Kelurahan Rantau Kanan Kecamatan Tapin Utara terjadi akibat pelaku dendam di tampar korban (m.kalsel.prokal.co, 4/6/2019). Narkoba yang peredarannya belum berhenti sampai sekarang, salah satu buronan yakni Miming, bandar narkoba Internasional yang belum ditangkap sampai sekarang dan diduga berada di Thailand (tirto.id,10/6/2019). Selain itu, dilansir www.kanalkalimantan.com (12/6/2019), ada kasus pemerkosaan yang tega dilakukan ayah kandung kepada anaknya hingga mengakibatkan anaknya hamil besar, pelaku sudah ditangkap dan diamankan petugas di Km 7 Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Selasa (11/6).
Dari kasus yang terjadi di atas, dapat disimpulkan bahwa kemaksiatan itu tak mengenal waktu. Begitu pula para pelaku kejahatan yang tak merasakan bulan mulia ini sebagai penghalang. Buktinya kasus maraknya PSK tak berkurang, narkoba tetap beredar, tawuran, perkelahian, pembunuhan, perkosaan dan berbagai kejahatan lainnya tetap terjadi sepanjang bulan Ramadhan ini. Bulan Ramadhan saja sudah ada yang kasus-kasus yang menyayat hati, apalagi di luar Ramadhan. Padahal masyarakat Kalsel terkenal religius, tapi mengapa semua tetap terus terjadi?
Ini semua terjadi karena pemahaman sekulerisme kapitalis yang telah bercokol kuat di negeri ini. Mereka beranggapan bahwa melaksanakan ibadah mahdhoh (misal, puasa) saja sudah cukup, maka dapat kita temukan ada orang yang berpuasa tapi berdusta atau berpuasa tapi berzina atau berpuasa tapi membunuh, ini dinamakan memisahkan agama dari kehidupan. Juga pemahaman kapitalisme, yang hanya memikirkan keuntungan, keuntungan, dan keuntungan, tak peduli bagaimana cara mendapatnya, halal atau haram yang penting untung. Maka kita dapati perniagaan narkoba tetap jalan dan riba pun tetap jalan di bulan Ramadhan.
Padahal, sejatinya Ramadhan menjadi momen perbaikan diri bagi setiap individu muslim. Bahkan negara bisa menjadikan bulan Ramadhan sebagai sarana untuk mengokohkan ruhiyah umat. Karena kenapa? Kasus-kasus kejahatan yang terjadi baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan seperti sekarang membutuhkan peran besar negara sebagai pengurus urusan umat. Negara harus yang namanya melakukan diantaranya, menbina pemahaman umat dengan sistem pendidikan islam, memehuhi hak-hak pokok individu, dan jika ada masyarakat melakukan kejahatan, maka sanksi bagi pelaku kejahatan tetap tegas syariat islam diterapkan bagi mereka.
Maka sudah jelas ketakwaan itu dimaknai sebagai kesadaran akal dan jiwa serta pemahaman syar’i atas kewajiban mengambil halal dan haram sebagai standar bagi seluruh aktivitas, yang diwujudkan secara praktis (‘amali) di dalam kehidupan. Syariat Islam pun tak hanya membahas rukun islam yang lima, ada banyak syariat islam yang wajib diterapkan sebagai wujud ketakwaan kita yakni diantaranya hukum qishash, merajam pezina, dan mengelola aset-aset publik (tambang, infrastruktur, hutan). Oleh karena itu, ketakwaan hakiki tidak hanya sebatas individu, tapi juga sampai bernegara. Sehingga, di luar bulan Ramadhan pun umat Islam akan senantiasa terjaga kehidupannya, juga aqidahnya. Keberkahan pun datang di segala penjuru karena penegakan seluruh syariat sebagai manifiestasi ketakwaan kita, menjadikan Islam tidak hanya sebatas sejadah dan menahan lapar haus, tapi dijadikan sebagai "way of life," jalan hidup yang berlandaskan Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw.
Jadi, sudah tidak ada keraguan lagi, mari kita wujudkan ketakwaan kita tidak hanya di Ramadhan dan menegakkan Islam secara seluruhnya melalui bingkai negara Islam, Khilafah. Karena, Islam bukan agama prasmanan maka harus diambil seluruhnya dan takwa itu seharusnya tak mengenal waktu. Maka janji Allah pun mesti berlaku, dan Allah tidak akan menyalahi janji.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman bertakwan, pastilah kami akan melimpahkankepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS Al A’raaf: 96)
Wallahu ’alam biashshawab.