Pilih Jadi Generasi Instan Atau Generasi Militan?


Pilih Jadi Generasi Instan Atau Generasi Militan

By: Messy (Member Penulis Ideologis)

Guys...Apa yang tergiang dipikiranmu ketika mendengar frasa kata "Generasi Instan"?. Yupz, benar. Generasi instan adalah sebuah bentuk generasi yang ingin serba simple, serba kilat dan kadang merenggut kocek yang cukup tinggi.  

Buat alarm saja, bahwa begitu banyak fakta tentang generasi instan yang terpampang nyata didepan mata. Examplenya, kalau kita melihat TV tentu banyak berkeliaran tentang audisi menjadi selebriti papan atas. Ribuan remaja berduyun-duyun datang untuk mendaftarkan diri. Dan secara instan pengen menjadi populer dimana-mana.

Atau examplenya yang lain, ketika sekolah ujian menyapa. Guru sibuk mencari bocoran jawaban soal dan diberikan kepada siswa. Dengan alasan agar siswa mendapat nilai yang memuaskan. Sehingga nama baik sekolah dikenal oleh siapa saja. Secara instan siswa dan sekolah menjadi populer. 

Dengan fakta seperti ini? Bagaimana tidak muncul bibit generasi instan?. Diharapkan atau tidak. Itulah fakta mengenai generasi muda saat ini. Coba pikirkan jika generasi seperti itu yang akan memimpin negeri ini? Mau dibawa kemana masa depan negeri ini nantinya. 

Padahal masa depan suatu bangsa harus dipikul oleh generasi mudanya. Menyiapkan generasi berkualitas adalah pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Merekrut generasi muda untuk menjadi calon pemimpin dimasa yang akan datang. Seperti yang dicontohkan oleh penggagas negeri ini layaknya Bung Tomo, Pengeran Diponegoro, Teuku Umar, dan lain-lain.

Generasi instan harus beralih posisi menjadi "Generasi Militan". Generasi pejuang, kuat, aktif dan pemberani. So pasti, generasi militan disini telah menjadikan Islam sebagai asas berpijaknya. Bukan militan yang fanatik terhadap hobi atau keinginan tertentu.

Tapi, mengikuti militan yang dicontohkan oleh pendahulu Islam dulu. Seperti Muhammad al-Fatih yang diusia mudanya mampu menjadi Khalifah dan mampu menguasai Konstantinopel. Seperti Salahuddin al-Ayubi yang mampu memenangkan perang salib dan membebaskan al-Aqsa. Seperti Saifuddin al-Qutuz yang mampu mengalahkan Hulagu Khan pemimpin pasukan Mongol yang terkenal sulit untuk dikalahkan. 

Now, tentukan diri kita mau menjadi generasi instan atau generasi militan?? Serta layakkan diri kita untuk menjadi the next generasi militan Islam selanjutnya. Untuk meneruskan estafet para pejuang Islam terdahulu. Meskipun dianggap asing atau dicap gila oleh masyarakat. Meski digelar teroris, radikal, fundamental, anti Pancasila dan sigma negatif lainnya.

Pilihan untuk menjadi generasi militan Islam tentu akan menemui resiko. Maka perlu menyediakan perisai untuk menghadang serangan yang datang. Perisai itu bisa didapati dengan cara mengkaji dan menjadikan Islam sebagai opini umum ditengah masyarakat. Tak  usah takut, apalagi berbalik arah untuk menukarkan pilihan.

Tetap konsisten dengan pilihan yang dipilih. Terus mengumandangkan geliat sistem Islam ke seluruh pelosok negeri. Sehingga tak ada satu pun rumah yang tak mengatakan Khilafah. Sebab, hanya dengan itulah generasi militan Islam akan lahir dan berkembang kembali. Insya Allah.

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (QS Fushshilat: 30)

Tapan, 12 Juni 2019

#GenerasiIsntanVSGenrasiMilitan
#PejuangIslam
#PenaklukRoma
#YukNgaji
#IslamKaffah
#OneDayOneWriter

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak