Perhatikanlah Siapa Temanmu!



Oleh: Aya Ummu Najwa


Allah menciptakan manusia tidak hanya sebagai makhluk paling sempurna, namun juga lengkap dengan serba keterbatasan, kelemahan, serba kurang, dan membutuhkan orang lain, maka itu manusia tak bisa sendiri dan disebut sebagai mahluk sosial. 


Manusia secara fitrahnya tak bisa hidup seorang diri, dia senantiasa membutuhkan bantuan orang lain, untuk berbagi, untuk saling melengkapi, bahkan pada perkembangannya posisi adalah untuk saling mempengaruhi.


Dalam Islam, posisi teman sangatlah penting, bahkan sebegitu pentingnya seorang teman bisa berdampak pada kehidupan dunia akhirat seseorang. Mengapa demikian? Ini dikarenakan teman mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter, tingkah laku bahkan kualitas keimanan seseorang. Maka teman bisa membawa ke surga ataupun ke neraka.


Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة


“Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628). 


Dalam hadits di atas, Rasulullah memberi gambaran sifat teman yang baik juga teman yang buruk. Betapa teman sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Maka adalah keharusan untuk memilih teman yang baik yang senantiasa akan mengajak pada kebaikan, mengingatkan pada ketaatan, juga menjauhi kemaksiatan (amar ma'ruf nahi munkar).


Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman duduknya, dalam hal tabiat dan perilaku. Keduanya saling terikat satu sama lain dalam kebaikan ataupun yang sebaliknya. (Bahjah Quluubil Abrar, 119). 


Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:


المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل


“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927). 


Namun sebaliknya, jika seseorang memilih teman yang buruk, maka sedikit demi sedikit dia akan mengikutinya. Bahkan, bisa jadi akan menjadi karakternya karena sudah terbiasa dalam keburukan tanpa ada yang mengingatkan, hingga akhirnya kehancuran dan penyesalan yang didapat dikarenakan salah dalam mengambil teman.


Sungguh betapa banyak kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka, dan betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik sadar ataupun tidak sadar. (Bahjatu Qulubil Abrar, 120). 


Dan sungguh Allah telah mengingatkan dalam Alqur'an tentang orang-orang yang salah dalam berteman, yang menurutkan hawa nafsu, menjauhi amar ma'ruf nahyi munkar dan membenci para pengemban dakwah, yang akhirnya mereka pun menyesal di akhirat.


Allah Ta’ala berfirman


وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا ( ) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا ( ) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا


“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Alquran ketika Alquran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al Furqan : 27-29).


Oleh karena itulah, sungguh di antara nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman adalah Allah memberinya taufiq berupa teman yang baik. Sebaliknya, di antara ujian bagi seorang hamba adalah Allah mengujinya dengan teman yang buruk. (Bahjah Qulubil Abrar, 120). 


Wallahu a'lam


---

[Like and share, semoga menjadi amal sholih]

---

Join Komunitas Muslimah Cinta Islam Lampung di:

⬇️⬇️⬇️

Facebook: fb.com/DakwahMCI

Telegram: t.me/MuslimahCintaIslam

Instagram: @muslimah.cintaislam 

Twitter: twitter.com/DakwahMCI 

---

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak