Oleh: Eti Fairuzita
(Menulis Asyik Cilacap)
CILACAP-Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas llB Cilacap, dinilai over kapasitas.
Dari Kapasitas Lapas untuk 254 orang , jumlah penghuni saat ini hampir dua kali lipat, yakni mencapai 434 orang narapidana untuk penghuni dalam, dan 4 orang penghuni luar Lapas.
" Seharusnya kapasitas Lapas adalah 254 orang ", ungkap Koordinator Tim Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Tri Lindawati, Kamis (13/6).
Hal tersebut dia ketahui setelah melakukan inspeksi mendadak (sidak) pelayanan di Lapas IIB Cilacap tersebut pekan lalu.
Menurut dia, selain kapasitas ruangan, petugas piket kunjungan keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) juga jauh dari ideal.
Kalau dibandingkan dengan banyaknya keluarga WBP yang berkunjung.
Petuas jaga Lapas kelas IIB Cilacap, setiap hari hanya 14 orang. Jumlah tersebut selama ini terbantu dengan adanya 11orang Taruna dan Taruni Politeknik Ilmu Pemasyarakatan yang magang di Lapas ini.
https://radarbanyumas.co.id/lapas-cilacap-over-kapasitas/
Napi juga manusia, punya rasa punya hati memiliki hajad dan naluri, tak terkecuali tempat tinggal layak huni.
Dimana hal ini merupakan salah satu kebutuhan jasmani yang wajib dipenuhi. Apabila hal ini diabaikan akan menimbulkan masalah yakni kesehatan yang terancam pergi.
Nasib napi sungguh memprihatinkan, berbagai bentuk kejahatan yang dilakukanya membuatnya dipandang sebelah mata, diperparah lambanya negara dalam meri'ayah membuatnya semakin resah.
Fakta menunjukan, Lapas Cilacap Over Kapasitas adalah bukti tingginya tindak kriminalitas dibarengi abainya negara dalam penyediaan fasilitas.
Sudah menjadi rahasia umum, tingkat tindak kriminalitas di negeri ini cukup tinggi. Kasus demi kasus setiap detik selalu terjadi, namun disayangkan peran negara belum memberikan solusi.
Semua itu tidak lepas dari sistem yang menaungi, dimana sistem kapitalis yang melahirkan pribadi individualis membuatnya kehilangan rasa kepedulian dan berprilaku egois.
Betapa kondisi ini membuat hati bertambah miris, berbagai tindak kejahatan seakan tidak pernah habis kasus demi kasus yang terjadi makin hari semakin teragis.
Sebagai contoh, yang terjadi di Bogor dimana kasus pencabulan terhadap lima anak yang masih SD dan satunya masih belum sekolah terjadi di Desa Girimulya, Cibungbulang, Bogor. Pelaku pencabulan berinisial AM masih berumur 12 tahun. Saat ini ia masih belum diamankan dan Humas Polres Bogor, AKP Ita Puspita Lena menjelaskan, pihaknya masih melakukan pendalaman berhubung pelaku yang masih dibawah umur (sumber: Radar Bogor).
Kenyataan ini tidak pernah ada habisnya, kejadian serupa terus berulang karena lemahnya hukum yang tidak bisa memberi efek jera kepada pelaku dan mencegah bagi yang lain.
Begitu banyak tindak kriminalitas di negeri ini seperti pencurian, pemerkosaan, penganiayaan, bahkan berujung pada pembunuhan.
Lebih miris lagi, kasus- kasus yang terjadi justru dilakukan oleh kerabat sendiri dengan berbagai motif yang mengiringi.
Lagi-lagi sistem kapitalislah biang keladi, dimana hukum buatan manusia dipaksa mencampakan peraturan yang bersumber dari Ilahi, melahirkan pemimpin yang tidak memiliki rasa peduli.
Sehingga hilanglah pilar penting, dimana ketakawaan individu, kontrol masyarakat, dan peran negara musnah ditelan bumi mengakibatkan punahnya kepribadian Islami.
Rasulullah Saw Bersabda: " Imam itu laksana penggembala, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyat (yang digembalakanya)."
(HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad).
Hadist ini menunjukan bahwa pemimpin laksana penggembala yang bertanggung jawab atas rakyat dipercayakan kepadanya untuk mengurusinya.
Namun yang terjadi hari ini membuktikan para pera pemimpin negeri tidak mampu melayani.
Inilah saatnya umat muslim bangun dari keterpurukan, bangkit dan berjuang demi tegaknya syariat Islam. Dan semua itu hanya bisa diwujudkan dengan jalan dakwah.
Melalui institusi khilafah hidup ini akan diatur berdasarkan syariah yang akan membawa berkah.
Alohu alam bish-sawab.