Fakta demi fakta terkuak, dengan survey yang ada, sudah dapat kita telaah. Kebodohan dan kebohongan yang terus terbongkar, bagai benang kusut yang kita tidak tau awal dan ujungnya. Bila kita telusuri dengan runtut, masalahku, masalahmu dan dunia adalah karena kebodohan. Kebodohan yang akhirnya membuat survey hanya sekedar survey, fakta dan kebohongan sulit dipahami, seakan kita dibuat tidur nyenyak dalam kebodohan. Tetapi, ketika didengar bisikan dari luar sana “ini tidak layak”, ternyata ada yang sudah terbangun dari tidurnya, masyarakat global mulai tersadar akan kebohongan dan penindasan yang terjadi.
New Pew Research Center Report melakukan survey di 27 negara sepanjang tahun 2018. Mengenai hal yang berkaitan dengan hak manusia. Yang pertama mengenai kesejahteraan dan ekonomi, untuk ini memang ada minoritas diberbagai negara yang masih percaya dan adem-adem saja dengan sistem yang diterapkan di negaranya itu, tetapi rata-rata orang mulai pesimis, bahkan tidak percaya lagi dengan demokrasi ini. Di Yunani sekitar 7% saja orang yang mengatakan finansialnya aman-aman saja bahkan makin baik, tetapi terdapat 84% rata-rata orang yang sangat tertekan finansialnya. Dan masih banyak lagi negara lainnya yang menerima hal ini, akibat beroperasinya sistem tidak manusiawi di negara mereka.
Berikut, kebebasan menyatakan pendapat pribadi. Di Netherlands, 24% orang mengatakan bahwa kebebasan berpendapat di negaranya masih baik (ngak ngerti keadaan kali), tetapi 76% rata-rata orang menyebut kebebasanya menyampaikan sesuatu hal sangat minim dan terkekang. Sungguh aneh memang, saat ada sesuatu yang tidak perlu dibicarakan terus saja ter-up setinggi langit, sedangkan hal-hal urgent seperti kewajiban mengembalikan kehidupan Islam sebagai solusi tak pernah digubris (menjebak dalam dosa ini mah), bila ada yang berani berbicara maka siap-siap menerima ketidakbebasan hidup, akun sosial media dinonaktifkanlah, kriminalisasilah, BHP Ormas Islam yang jauh dari penyimpangan pun dicabut dengan semena-mena. Kita tentu tau ini untuk apa, ya untuk membungkam suara-suara sumbang bagi mereka yang dikatakan membahayakan. Itukah yang dinamakan bebas berpendapat?, bukannya prinsip demokrasi menurut berbagai ahli, yakni memberikan kebebasan mengemukakan pendapat?, lantas apa yang terjadi saat ini, apakah rakyat adalah pengecualian?.
Hal yang tidak kalah penting lainnya, mengenai kedudukan dihadapan hukum. Di Itali tercatat sekitar 74% orang tidak merasakan kedudukan yang adil dimuka hukum. Di Spanyol, 78% rata-rata orang tidak melihat dan mendapatkan keadilan tersebut. Ya sebabnya lagi-lagi si demokrasi, yang memenangkan klien, memenangkan yang berkuasa, dan para pemilik modal. Hingga orang yang benar dan suci, dituduh dan harus menerima kenyataan pahit, yang mereka katakan adil tersebut. Allah swt akan memperlihatkan mereka keadilan yang sebenarnya nanti di akhirat.
Dunia merasakan kebobrokan sistem ini, lalu ada apa di Indonesia?, bukankah diluar masyarakat global sibuk mencari sistem apa yang sebenarnya tepat dengan manusia?, Indonesia apakah demikian?, Indonesia malah sibuk terhanyut dan menikmati kubangan gelapnya sistem...
Lagi-lagi kebusukan terkuak dipermukaan bahkan hanya jadi tontonan, karna membuktikan bahwa pemilu 2019 curang secara terstruktur, sistematis dan masif. Lihat saja salah satu syarat nya, kecurangan harus terbukti terjadi di 50% provinsi, berarti sekitar 17 provinsi harus dibuktikan. Sebanyak itu? Bukankah dalam Islam kebohongan sekecil apapun akan dihukumi?, jadi negara demokrasi hanya akan menganggap salah kebohongan apabila berskala besar?, pantas saja korupsi penguasa prosesnya diulur-ulur, karena dianggap kecil. Sungguh miris dan menjijikkan. Paslon nomor urut-2 ditolak laporannya dan tidak dilanjutkan oleh BAWASLU karena hal ini tidak disertai dengan bukti yang cukup. BAWASLU sendiri telah merilis banyak data kecurangan, bahwa hampir semua partai politik terkena money poitic, artinya peserta pemilu semuanya itu -baik pendukung atau tim kampanye- harusnya bersinggungan dengan BAWASLU terkait penegakan hukumnya. Dan masih banyak lagi aksi kotor lainnya dalam hajatan besar tersebut.
Kebobrokan demokrasi bukan hanya procedural tapi substansial, benar-benar tidak layak!. Bagaimana tidak, yang membuatnya saja hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari nafsu, aturannya tidak memanusiakan manusia. Bukankah Rabb manusia telah menurunkan hukum, sistem aturan yang sebaik-baiknya. Allah swt yang Mahabenar dan Mahatahu menurunkan sistem Syariah Islam yang tidak mungkin gagal. Bukankah masyarakat global sedang mencari sistem apa yang tepat?, inilah saatnya!.
Sampaikan bahwa sistem yang sesuai dengan fitrah manusia hanya Sistem Islam, dan Khilafahlah solusinya!. Kita mau takut pada siapa saudara?, sedangkan yang mensponsori kita adalah Rabb manusia Allah swt,yang menciptakan manusia, yang akan menuntun kita hingga kemenangan dan kesejahteraan hakiki. Pemimpin amanah dan adil pun akan dihadiahkan untuk kita @amin allahumma amin.
Penulis : Andi QurratuAini
Pelajar, 16 tahun
Twtr: @andi_aini