Ketakwaan "Buah" Ramadhan

 

Oleh : Sifa Putri

Ramadhan sang tamu agung telah berlalu, menyambut peribadi yang suci. Karena hakikatnya Ramadhan adalah "training" dengan cara memupuk dan memelihara ibadah selama Ramadhan, sehingga setiap Muslim menjadi pribadi yang bertakwa. Takwa inilah yang menjadi " buah" dari shaum yang ia jalani selama sebulan penuh selama Ramadhan. Tidak semua orang yang melaksanakan shaum mendapatkan derajat takwa, karena ada ciri-ciri orang yang berhasil mendapatkan derajat takwa. Seperti yang dinyatakan oleh para shahabat dan banyak ulama dari generasi salafush-shalih. Menurut al-Hasan misalnya, "Orang yang bertakwa memiliki sejumlah tanda yang dapat diketahui. Diantaranya: Jujur/benar dalam berbicara. Senantiasa menunaikan amanah. Selalu memenuhi janji. Rendah hati dan tidak sombong. Senantiasa memelihara silaturahmi. Selalu menyayangi orang-orang lemah/miskin. Memelihara diri dari kaum wanita. Memiliki ilmu yang luas. Senantiasa bertaqarab kepada Allah." (Ibn Abi ad-Dunya,Al-Hilm, I/32). 

Berbicara tentang takwa, Baginda Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Muadz bin Jabal ra. saat beliau mengutus dia ke Yaman: " Bertakwalah engkau kepada Allah dimanapun/kapanpun/dalam keadaan bagaimanapun..." (HR at-Tirmidzi). 

Dengan demikian kita pun sejatinya bertakwa tidak hanya saat berada pada bulan Ramadhan saja, tetapi juga diluar Ramadhan selama sebelas bulan berikutnya. Hal ini diperlukan ke istiqamahan, lalu bagaimana agar kita bisa tetap istiqamah dalam ketakwaan: 

Pertama: Kita harus tetap memelihara amalan-amalan rutin Ramadhan. Shaum, shalat, zikir, sedekah, membaca al-Quran, istighfar dan banyak amalan-amalan sunnah lainnya yang selama ini dilakukan pada bulan Ramadhan.. 

Kedua: Lebih meningkatkan upaya memahami hukum-hukum Allah SWT dengan banyak menghadiri majelis ilmu. Setiap Muslim yang berharap Ramadhannya lebih bernakna akan terus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang hukum-hukum Allah SWT. 

Ketiga: Lebih giat berdakwah. Bulan Ramadhan merupakan bulan turunnya al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Tidak mungkin petunjuk itu sampai bila tidak didakwahkan.  

Keempat: Terus bertobat dengan tobat yang sebenar-benarnya (tawbatan nashuha). 

Kelima: Berusaha selalu hidup ditengah komunitas masyarakat yang bertakwa. Bukan ditengah- tengah masyarakat yang diliputi oleh dosa dan kemaksiatan. Disinilah pentingnya ketakwaan kolektif. Diterapkan dalam kehidupan masyarakat secara kaffah. Ketakwaan semacam ini hanya mungkin terwujud dalam bingkai Khilafah ar-Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian.  

Maka dari itu, untuk menyempurnakan dan melanggengkan ketakwaan selama bulan Ramadhan, hendaklah setiap Muslim turut terlibat secara aktif dalam memperjuangkan untuk mewujudkan penerapan Islam secara kaffah. Semua itu merupakan tuntutan dari keimanan kita sekaligus penyempurna perwujudan ketakwaan kita kepada Allah SWT. 

Wallahu a'lam bi ash-shawab. 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak