Kenalkan Allah pada Anakmu Sejak Dini






Oleh : Lilik Yani

Bahagianya seorang anak jika mereka berada dalam lingkungan nyaman untuk tumbuh kembangnya. Keberadaan orang tua yang mendampingi  pertumbuhan anak adalah peran penting yang harus dijalankan orang tua. Hingga anak tumbuh sehat fisik, mental, terlebih agamanya.

****

Bersyukur diriku terlahir dari keluarga muslim yang baik. Ayah bundaku, walaupun bukan ustadz atau ahli agama, tapi memiliki pengetahuan cukup untuk membuat nyaman hati anak-anaknya.

Ayah bundaku berupaya menanamkan aqidah kepada anak-anaknya sejak kecil. Sebagai pondasi yang harus tertancap kuat di jiwa setiap anak. Karena hanya dengan pondasi kuat, berharap bisa menopang segala beban yang akan dihadapi pada kehidupan selanjutnya.

Bagaikan sebuah rumah, jika pondasi kuat maka akan mampu menopang beban-beban bangunan di atasnya. Tiang, dinding, pintu, jendela, atap, genting, dan seperangkat perlengkapan yang menjadikan sebuah bangunan rumah menjadi indah, nyaman dan kuat untuk dihuni seluruh anggota keluarga.

Begitu kuatnya ayah bundaku menanamkan pondasi itu kepada anak-anaknya. Hingga sempat aku berfikir, ayah bundaku keras dalam mendidik anak. Sekarang setelah aku dewasa, bisa merasakan betapa beruntungnya aku memiliki orangtua yang tegas memegang prinsip.

Pondasi itu adalah aqidah atau keimanan. Keimanan kepada Allah yang diajarkan ayah bundaku kepada anak-anaknya. Berbekal pengetahuan Islam seadanya, mereka mengenalkan kami kepada adanya Allah. Allah sebagai sang Pencipta (al-khaliq) dan Allah sebagai Maha Pengatur (al-Mudabbir). 

Ada beberapa kisah yang kuingat dan masih membekas di hatiku. Ketika ayah bundaku mengajariku tentang aqidah. Mengenalkanku pada adanya Allah.

Ketika itu ayah bundaku mengajak kami jalan-jalan ke taman atau kebun binatang. Rekreasi murah meriah, tapi bisa menjadi sarana pembelajaran. Berbagai tumbuhan dan binatang ada di sana. Kami dikenalkan nama masing-masing binatang dan tanaman itu. Di sana kami bisa belajar juga tentang warna, suara, tingkah laku, dan bisa sosialisasi dengan anak-anak lain.

"Nak, kalian sudah melihat bunga-bunga dan berbagai tanaman indah di taman itu. Juga berbagai jenis binatang dengan suara dan warna yang berbeda-beda. Kalian juga bisa bermain bersama anak-anak lain yang lucu-lucu tingkahnya. Bagaimana perasaan kalian?" Bundaku bertanya kepada kami, saat kami duduk istirahat di bawah pohon rindang.

"Wah, kami senang, Bunda. Kami jadi tahu macam-macam tumbuhan dan bunga-bunga indah warna warni, tahu binatang dengan tingkah lucunya, juga bisa bermain dengan teman-teman yang baik.
Terima kasih ya, Ayah, Bunda. Sudah berkenan mengajak kami jalan-jalan di sini."

"Anak-anakku, tahukah kalian, siapa yang menciptakan semua ini? Tidak mungkin kan, semua keindahan yang kalian lihat itu, ada dengan sendirinya." Ayahku ikut bicara. 

"Aku tidak tahu, Ayah," jawab adikku.
 "Kata Ustadzah Aisyah, yang menciptakan seluruh alam semesta adalah Allah. Jadi yang menciptakan binatang, tumbuhan, juga manusia adalah Allah. Bagaimana, Ayah? Apakah betul begitu?" jawabku.

Kemudian ayahku menceritakan tentang alam semesta dan seluruh isinya, termasuk kita semua adalah ciptaan Allah. Allah menciptakan dan mengatur segalanya dengan sangat rapi dan tidak ada kecacatan sedikitpun. 

"Tugas kita sebagai hamba Allah adalah mensyukuri atas semua nikmat karunia-Nya dan menggunakan nikmat itu dengan sebaik mungkin." demikian kalimat penutup dari cerita ayah waktu itu.

Lain waktu, saat bulan purnama yang indah. Kami duduk-duduk di halaman. Sambil menikmati pisang rebus yang disajikan bunda. Aku dan saudara-saudaraku main ular tangga di dekat ayah bunda yang sedang asyik ngobrol.

"Anakku, coba lihatlah ke langit. Indah ya malam ini. Langit biru terang, ada bulan purnama yang menghiasi. Di tambah kelap kelip bintang di sana sini. 

Anakku, tahukah kalian, siapa yang menciptakan pesona keindahan malam ini? Siapa pula yang mengijinkan kita bisa berkumpul di halaman, sambil menikmati indahnya bulan purnama malam ini?" Bundaku tiba-tiba mengagetkanku dengan pertanyaan.

Kami serempak menjawab, "Allah."
"Kapanhari Ayah sudah menjelaskan tentang Allah yang menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya. Allah pula yang mengatur segalanya dengan sangat rapi tanpa cela," jawabku memperjelas.

"Alhamdulillah jika kalian masih ingat dan bisa menangkap cerita Ayah. Memang benar, Anakku. Allah Maha Pencipta dan Maha Pengatur segalanya. Termasuk semua urusan kita. Saat kita makan, berjalan, belajar, bahkan saat tidur pun Allah mengaturnya. 

Allah sangat sayang kepada hambaNya, Anakku. Maka Allah tidak ingin kalau hamba-Nya tersesat. Maka Allah menyertakan petunjuk hidup berupa ayat-ayat al-Qur'an, yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad saw.

Coba bayangkan, Nak. Jika kita menjalankan aktivitas hidup ini tanpa panduan yang mengatur. Pasti kita akan bingung, ya. Kalau tanpa aturan Allah, maka orang akan berbuat seenaknya sendiri ya."
Demikian bundaku menjelaskan panjang lebar.

"Ehm, tapi kalau banyak aturan. Jadinya tidak bebas, Bunda. Mau apa-apa dilarang. Akhirnya akan tertekan dong, " selaku.

Anakku sayang, tadi Bundamu bilang. Allah itu sangat menyayangi hamba-Nya. Jadi tidak mungkin kan kalau Allah mempersulit atau bahkan menganiaya hamba yang dicintai-Nya? Jadi aturan yang diberikan Allah pasti sudah diukur sama Allah. Aturan itu pasti baik dan menyelamatkan. Demikian ayahku menegaskan.

"Oya, Yah. Kalau adik tidak menurut aturan Allah, bagaimana? Apakah Allah akan marah?" tanya adikku.

"Adik sayang, coba perhatikan cerita Bunda. Bunda ada aturan buat anak-anak Bunda. "Bagi siapa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapat nilai bagus maka akan mendapat hadiah dari Bunda. Apa yang akan kalian lakukan?"

"Adik akan mengikuti aturan bunda untuk belajar sungguh-sungguh." jawab adikku dengan cepat.

"Baik, mengapa Adik mau mengikuti aturan Bunda?" tanya bundaku.

"Karena Adik ingin mendapat nilai bagus dan naik kelas. Supaya mendapat hadiah juga dari Bunda. Hehe." jawab adikku terkekeh.

"Anakku, orang tua ingin anaknya selamat. Maka mereka membuat aturan yang harus ditaati. Apalagi Allah, sayang. Allah lebih tahu segalanya. Maka kita harus mengikuti aturan Allah agar hidup kita selamat.

Jika ada hamba-Nya yang tidak taat aturan, maka Allah akan memberi peringatan. Jika tetap membangkang maka Allah akan memberi siksa." Jelas Bundaku.

"Adik, mengapa tidak menurut aturan Allah? Bukankah tadi Ayah sudah menjelaskan. Kalau aturan Allah itu pasti baik dan menguntungkan kita. Allah akan sedih, jika ada hambaNya tidak patuh pada aturan yang diberikan." tanya Bunda untuk meyakinkan.

"Baik, Bunda. Sekarang adik mengerti. Adik juga mau menurut pada aturan Allah. Adik mau selamat. Biar bisa bersama Ayah Bunda dan kakak." jawab adikku.

"Alhamdulillah, akhirnya kalian bisa memahami. Untuk itu kita juga harus bersyukur, Anakku. Allah yang telah memberi pemahaman kepada kita. Allah juga yang memberi kita hati yang lapang, sehingga mau tunduk taat penuh kerelaan. Demikian Ayah menutup cerita malam itu dengan hati lega.

****

Sekarang aku jadi mengerti, betapa pentingnya keimanan dan aturan Islam. Semua itu perlu ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Ketika hati masih suci. Pikiran masih jernih belum terkontaminasi maksiat. 

Didikan orang tua dulu, dengan kondisi anak-anak yang masih patuh. Mungkin lebih mudah ya. Bagaimana kalau nanti aku yang memiliki anak dan harus mendidik mereka dengan baik? Pastinya diperlukan bekal yang matang. Pendidikan Islam yang benar, pendidikan moral, etika, tatakrama yang baik, juga pendidikan umum yang selalu update mengikuti perkembangan IPTEK.

Ternyata masih banyak yang harus dipersiapkan. Masih banyak ilmu yang harus dipelajari. Kalau begitu, kita tidak boleh bersantai-santai, apalagi malas. 

Ehm, kalau begitu tidak boleh juga membiarkan waktu terbuang sia-sia, isi dengan kegiatan yang bermanfaat. Tidak boleh pula berpacaran seperti remaja-remaja sekarang itu. Karena selain dilarang oleh Allah, juga mengganggu waktu belajar kita.

"Ya Allah, lindungi kami dari segala yang membahayakan. Bimbinglah kami dalam setiap langkah, agar berjalan sesuai aturan yang Kau berikan. Hamba ingin selamat dan bisa berkumpul bersama Ayah Bunda sekeluarga di surga-Mu kelak. Aamiin.

Kututup renunganku kali ini dengan permohonan kepada Allah. Semoga ridlo Allah mengiringi setiap langkahku. 

Wallahu a'lam bisshawab


Surabaya, 21 Juni 2019


#KeluargaMuslimKeluargaBahagia
#KenalkanAllahPadaAnakSejakDini

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak