Jangan Menciptakan Generasi Robot



Oleh: Novi Ismatul Maula, S.Pd*



Di era milenial segala aktivitas manusia menjadi lebih mudah dengan adanya teknologi. Inovasi teknologi terus berkembang. Dari teknologi informasi sampai teknologi untuk rumah tangga. Mesin yang diformat untuk membantu aktivitas manusia biasanya disebut robot. Ada mesin untuk mencuci piring , mengepel, menjemur, pintu otomatis, ranjang kasur otomatis, dan lain-lain. Bahkan para peneliti robot menciptakan robot mirip manusia atau disebut humanoid. 


Negara jepang merilis robot mirip manusia di tahun 2018 yang bernama "Erica". Robot “Erica” merupakan hasil ciptaan Dr. Hiroshi Ishiguro. Dengan teknologi kecerdasan buatan, robot ini mampu berkomunikasi dua arah, dengan bahasa yang sudah diprogram. 


Jika kita analisa, begitu hebatnya robot mampu melakukan hal-hal yang rumit sekalipun. Padahal ini adalah ciptaan manusia. Bagaimana dengan manusia itu sendiri? Yang langsung diciptakan oleh Allah SWT , Raja Alam semesta. 


Manusia diletakkan pada posisi tertinggi di antara makhluk ciptaan Allah. Karena ia diberi akal. Yang dengan segala kesempurnaan dimiliki manusia di antara makhluk yang lain. tujuannya untuk beribadah kepada Allah.

 Sebagaimana firman Allah Surat Az-Zariyat Ayat 56

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون 

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.


Seorang yang dilahirkan dari keluarga muslim pasti sangat familiar dengan ayat ini. Maka mereka berlomba-lomba dalam beribadah, dan berharap anak keturunannya melakukan hal yang sama. Untuk menjalankan syariat Allah. 


Namun sayang generasi saat ini seperti robot. Robot Jika di tekan "on" jalan, jika tidak maka akan "off". Ketika kecil orang tua merasa bangga anak-anaknya mudah mengajak anak-anak untuk taat. Seperti mau melaksanakan sholat, menutup aurat, mengaji, pergi ke masjid. Namun ketika sudah dewasa, sudah jatuh taklif hukum di pundaknya justru lebih sulit untuk diajak taat. 


Jika orangtua menyuruh untuk sholat, baru melaksanakan sholat. Jika orangtua lalai, atau tidak dalam pengawasannya maka tidak dijalankan. Contoh lain, menutup aurat secara syar'i ketika keluar rumah jika diawasi orangtua, ketika orangtua tidak ada, maka dilepas, memakai pakaian tidak syar'i, yang menurutnya lebih fashionable. Harus di "on" "off" terus. 


Padahal robot pun jika diciptakan dan di program untuk sholat dengan waktu yang sudah ditetapkan, dia akan menjalankannya. Mindset ini harus dirubah. Generasi ini harus menjadi generasi cikal bakal yang memperjuangkan agar syariat Allah tegak di bumi pertiwi. Mengajarkan anak untuk tunduk pada syariat Allah bukan dengan tekanan, ancaman dan beban. 


Karena jika mengajarkan syariat Allah seperti sholat, puasa, menutup aurat itu dengan tekanan dan ancaman, semua itu hanya menjadi beban bagi anak. Yang sewaktu-waktu ia akan jenuh, bosan.  dan bisa jadi ketika ia merasa sudah memiliki kekuatan untuk memberontak, ia akan meninggalkannya.   


Maka ajarkan anak dengan pemahaman. Sampaikan siapa yang menciptakan manusia dan alam semesta?, Untuk apa Allah menciptakan kita semua?, Dan akan kemana setelah ini?. Tiga hal ini jika disampaikan dengan jelas kepada anak, anak akan memahami hakikat hidup manusia. 


Jika anak sudah paham bahwa syariat islam itu wajib dilakukan ketika sudah baligh maka dengan sendirinya ia akan menjalankan nya, tanpa di perintah dan diawasi. Karena ia memahami bahwa segala sesuatu yang ia perbuat itu akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. 


Semoga Allah mudahkan para orangtua dalam mendidik generasi di zaman milenial ini agar menjadi generasi yang taat dan  menjadi pemimpin umat. 

Sebagaimana doa nabi Ibrahim

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Artinya:

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat.


*(Pemerhati Sosial)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak