Oleh: Sumiyah Ummu Hanifah
( Member Akademi Menulis Kreatif dan Pembelajar Islam Kaffah )
Memiliki banyak teman atau sahabat tentu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi setiap Orang, apalagi jika bisa "menggaet" teman yang memiliki kredibilitas (pamor) yang tinggi dalam masyarakat.
Mungkin karena kekayaannya, ketenarannya, jabatan dan status sosial lainnya yang membuat Seseorang di "buru" oleh banyak orang yang ingin mengajak berteman.
Tapi harus diingat bahwa memiliki banyak teman tidak selalu menjadi kebaikan bagi kita. Semua bergantung siapa dan apa latar-belakang ( motif ) pertemanan tersebut.
Sebuah pertemanan atau persahabatan pasti memiliki konsekuensi masing-masing bagi kedua belah pihak, baik pertemanan di dunia nyata, maupun di dunia maya, seperti medsos yang bisa memengaruhi dan mencerminkan sikap dan kualitas Seseorang, karena bisa terlihat dari content-contentnya.
Supaya tidak terjebak dalam kesalahan dalam memilih teman, maka kita lihat kembali salah satu nasihat dari Rasulullah SAW, yang membahas masalah pertemanan, yaitu :
"Seseorang itu tergantung pada agama sahabatnya, maka perhatikanlah salah seorang dari kalian dengan siapa Ia bersahabat, "
(H.R. Abu Dawud)
Oleh karena itu, dalam memilih teman / sahabat kita harus berhati-hati Karena jika salah dalam menentukan pilihan, maka bisa berakibat FATAL.
Contohnya seperti yang sering kita saksikan di sekeliling kita, atau di berbagai media cetak maupun media elektronik yang menayangkan tragedi dan kisah-kisah perbuatan yang tidak manusiawi seperti pembunuhan, penipuan dan perbuatan keji lainnya, yang pelakunya adalah teman sendiri.
Semua itu banyak yang di akibatkan karena kurang teliti dalam menentukan teman terbaiknya.
Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda, "
"Teman yang paling baik adalah yang apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, apabila mendengar kata-katanya akan bertambah ilmu agamamu, bila melihat gerak-geriknya engkau akan mengingat mati, sebaik-baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik terhadap tetangganya.
(H.R. Hakim)
Jadi sudah jelas bagi kita bahwa memilih teman dekat harus selektif, karena menyangkut tentang "POSISI KITA" di hadapan manusia dan juga di hadapan Allah SWT, sehingga dalam bergaul harus memperhatikan norma-norma agama dan Syari'at islam.
Sebaik-baik teman adalah orang yang sholih / sholihah, sebab ia mampu memberi warna positif dalam kehidupan kita.
Contohnya apabila kita berteman akrab dengan seorang pelaku maksiyat, maka secara otomatis "posisi kita" lama kelamaan akan di pandang sama dengan Sang pelaku maksiyat tersebut, walaupun kita tidak melakukannya, (kecuali memang di niatkan menjalin pertemanan dengan maksud untuk menasehati pelaku maksiyat tersebut), maka dalam ini tidaklah mengapa.
Demikian pula sebaliknya, jika kita yang kebetulan belum paham akan Syari'at agama dan kita mau membuka diri untuk bergaul dengan orang-orang yang Shalih/shalihah, tentunya lambat-laun kita yang sering berinteraksi dengan orang-orang yang shalih ( shalihah ) tersebut akan mengalami banyak perubahan positif dalam diri kita, yang bisa mempengaruhi pola pikir dan pola sikap kita dalam memaknai kehidupan.
Menurut Ibnu Qoyyim Rahimahumullah, bahwa sikap Orang yang shalih / shalihah akan mampu merubah orang-orang yang bersahabat dengan mereka, dan di antara kebaikan-kebaikan yang muncul adalah :
- membuat orang yang masih ragu-ragu dalam urusan agama, akan menjadi yakin dan kokoh dalam menggenggam agamanya.
- Orang yang masih sering riya dalam beribadah akan berubah menjadi ikhlas, lillahi ta'alla.
- Orang yang cinta dunia akan berubah menjadi cinta akhirat, karena mulai paham bahwa tujuan akhir manusia adalah "kampung akhirat".
- Orang yang selalu lalai dari mengingat Allah, akan menjadi suka berdzikir kepada Allah SWT.
- Orang yang sombong, akan berubah menjadi tawadhu'.
- Orang yang senang melakukan perbuatan yang mendatangkan mudharat, akan berubah menjadi menyukai amalan yang mendatangkan kemashlahatan umat.
(Masya Allah)
Bersahabat dengan orang sholih adalah salah satu dari "obat hati" yang akan membuat seseorang mampu berhijrah secara total, karena Ia mulai paham hakikat kehidupan yang sebenar-benarnya, tentang dari mana kita berasal ?, untuk apa hidup di dunia ini ?, dan mau kemana setelah kita mati ?
Ketiga pertanyaan mendasar itu sering luput dari pemikiran manusia yang masih awam tentang pemahaman agamanya, namun bagi orang-orang yang telah "dekat" dengan Sangat Khaliq, pertanyaan tersebut adalah perkara yang mudah, sebab mereka bukan hanya mempelajarinya tapi juga telah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan kemudian dengan senang hati mentansfer ilmu pengetahuan yang di milikinya kepada orang lain, dan itulah yang dalam islam di sebut "amar ma'ruf nahi mungkar".
Intinya adalah sebuah hubungan, pertemanan, relasi bisnis, hubungan kekerabatan, atau hubungan apapun itu harus di dasari oleh keridhaan Allah, sehingga akan mendatangkan keberkahan dari-Nya.
Hal ini berlaku pula untuk hubungan pertemanan / kerja sama antar kelompok, Organisasi, sampai ke level Negara, di mana hubungan tersebut memang akan berpengaruh terhadap "nasib" dari kelompok yang bersangkutan.
Suatu Organisasi yang bekerja sama dengan Organisasi yang lain harus paham betul dengan Organisasi yang di gandengnya, seperti apa visi dan misi yang di emban oleh Organisasi tersebut, sehingga tidak muncul penyesalan di kemudian hari.
Banyaknya kasus-kasus yang terjadi karena salah dalam memilih teman / mitra dan berakibat buruk bagi salah satu pihak, atau mungkin kedua belah pihak.
Dan hal Itu bisa di alami oleh suatu kelompok besar selevel Negara, contohnya yaitu Negeri kita tercinta ini, yang saat ini sedang di rundung "duka nestapa" akibat berbagai kasus yang membelit Negeri ini, yang di sebabkan karena Para elit politik dan Para Pengendali Negeri yang menggenggam kebijakan, justru bertindak gegabah dalam menjalin pertemanan (menentukan mitra politik), sehingga akibatnya dapat merugikan dan membahayakan semua aspek kehidupan.
Di antaranya adalah hutang luar negeri yang kian membengkak dari waktu ke waktu, kehilangan sumber kekayaan alam yang tersebar di seluruh pelosok negeri dan kini telah berpindah tangan menjadi milik "teman politik"nya.
Pertemanan semacam ini jelas tidak benar, karena hanya akan menguntungkan salah satu pihak saja dan merugikan pihak yang lain.
Negeri ini harus rela kehilangan martabatnya di mata dunia karena masih saja di injak-injak oleh "teman" politiknya yang suka nusuk dari belakang, sungguh memprihatinkan dan ironis sekali, karena Negeri yang kaya raya ini bisa langsung berubah secara drastis menjadi Negeri yang "miskin" serta penuh dengan masalah, baik masalah ekonomi, politik, sosial, budaya pertahanan dan keamanan, semua komplit menggerogoti negeri ini secara diam-diam dan sistematis.
Teman asingnya juga seperti "di beri ruang" oleh pihak Penguasa untuk mengobok-obok sistem kepemerintahan yang ada di negeri katulistiwa ini, mulai dari tingkat bawah hingga ke merambah sampai ke istana, dan "nembus"pula ke jantung Pemerintahan pusat, padahal seharusnya Sistem birokrasi bersih dari campur tangan pihak asing dan aseng.
Pemerintah begitu mudah dalam memberikan perizinan untuk proyek-proyek infrastruktur yang mendapat "kucuran dana" dari asing, dana yang nantinya akan menjadi sumber mala petaka , sebab lama-kelamaan akan menjadi semacam "JEBAKAN BATMAN" bagi negeri ini.
Rakyat harus mulai waspada sebab hampir semua proyek infrastruktur yang saat ini semakin menjamur di mana-mana, di danai oleh pihak asing yang notabene adalah hutang ribawi, dan sungguh hal ini sangat bertentangan dengan ajaran islam.
Ironisnya hanya proyek-proyek yang bernilai ekonomis saja yang di "genjot", sedangkan proyek-proyek rakyat yang ada di daerah terpencil justru banyak yang di abaikan dan luput dari pengawasan Pemerintah.
Sepertinya hal ini pula yang membuat rakyat di negeri ini, banyak yang meragukan keseriusan pemerintah dalam mensejahterakan dan mengurus hajat hidup orang banyak, sebagaimana yang di atur dalam Undang-undang.
Terlihat sekali bagaimana Pemerintah lebih memperhatikan kepentingan asing, di banding kepentingan rakyatnya sendiri.
Setelah Amerika sukses "mencaplok" tambang-tambang emas di Negeri ini, ternyata di ikuti pula oleh negara-negara lain, seolah-olah lndonesia ini adalah "gadis cantik"nan molek yang di perebutkan oleh Para lelaki.
Mereka bukan hanya menginginkan kekayaan alam yang ada di negeri ini, tapi juga ingin menjadikan negeri ini "bangkrut".
Kabar yang santer akhir-akhir ini adalah mengenai Proyek One Belt One Road (OBOR) yang di "gawangi" Cina pada tanggal 25- 27 April 2019 yang lalu. Pro dan kontra mewarnai kebijaksanaan dan kesepakatan Proyek Mega Raksasa tersebut, karena di sinyalir akan membuat Negara lndonesia ini semakin pontang-panting, pasalnya bila Negara lndonesia ini menerima kesepakatan tersebut, maka sudah bisa di pastikan akan semakin merajalelanya "penjajahan" gaya baru yang berkedok investasi yang akhirnya membuat Para pemilik modal akan dengan leluasa "menjarah" Negeri ini, karena sudah terjebak dalam lubang-lubang perangkap yaitu hutang yang terus membumbung tinggi dan tak bisa di kendalikan lagi.
Saat ini saja, posisi hutang pemerintah di akhir Januari 2019, telah mencapai Rp. 4.498,56 triliun, mengalami kenaikan Rp. 539,9 triliun dari Januari 2018 yang sebesar Rp. 3. 958,66 triliun.
Menurut Menkeu, itu mencapai 30,10 % dari PDB sesuai yang di tetapkan Undang-undang nomor 17 tahun 2003 sebesar 60 %.
(Sumber: CNBC Indonesia).
Yang menjadi persoalan bukan berapa rasio utang negara di banding PDB, namun kapan hutang-hutang yang telah menggunung itu akan di lunasi ?
Apakah selamanya lndonesia menjadi negara yang selalu "mengemis-ngemis" kepada negara-negara kapitalis dunia ?
Tentu kita semua berharap tidak, dan semua pihak harus mengupayakan agar jangan sampai hal ini berlarut-larut.
Sebagai manusia yang memiliki akal sehat, pasti tak kan rela melihat kondisi bangsa ini, yang seperti telur di ujung tanduk.
Tapi seberat apapun persolan yang menimpa Negeri ini, kita tidak boleh berputus asa, malah justru harus bersemangat untuk menyelamatkan Negeri tercinta dari cengkeraman kaum imperialis yang berkedok "mitra / partner" politik ini.
Sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT tentunya paham bahwa pertolongan itu datangnya dari Allah semata, oleh karena itu sudah saatnya, rakyat di negeri ini kembali kepada metode telah di Syari'atkan oleh Allah SWT, yakni aturan yang bersumber dari Al Qur'an dan As-sunnah, sebagaimana firman Allah SWT ,
"Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang di turunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka.Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah di turunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah di turunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka di sebabkan sebagian dosa-dosa mereka.Dan sungguh kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.
(T.Q.S.Al-Maidah (5) ayat 49)
Oleh karena itu, sudah semestinya setiap diri mulai sigap dan tanggap terhadap apa yang terjadi, bukan hanya diam, pasrah dan "nerimo" atas berbagai bentuk ketidak-adilan serta kesewenang-wenangan yang terjadi di Negeri tercinta ini.
Oleh karena itu, seharusnya tiap diri kembali mengintrospeksi diri -sendiri dan juga secara bersama-sama menghidupkan kebangkitan hakiki.
Yaitu kebangkitan pemikiran secara menyeluruh bagi setiap komponen-komponen masyarakat (umat).
Dimana salah satu amalan istimewa yang di sukai Allah SWT adalah amar ma'ruf nahi mungkar terhadap Penguasa, agar Sang Penguasa berlaku amanah dan bertanggung-jawab atas apa yang di pimpinnya, berlaku adil terhadap rakyatnya, sehingga dalam menjalankan roda Pemerintahan akan lebih waspada dan selalu menghindari kebijakan-kebijakan yang akan merugikan rakyatnya.
Termasuk dalam menjalin pertemanan / hubungan bilateral dengan Negara lain.
Beruntung sekali karena di dalam islam, kita telah di pandu oleh Allah SWT melalui Al-Qur'an dan As-sunnah dalam upaya mendapatkan partner (teman) terbaik.
Pemimpin yang bijak dan amanah akan senantiasa selektif dan tidak akan gegabah dalam menentukan mitra politiknya karena semua keputusan yang di ambil akan di mintai pertanggung-jawaban di dunia dan akhirat.
Untuk itu tak ada pilihan lain agar Syari'at Allah yang bersumber dari Al-Qur'an, As-sunnah, Ijma' sahabat dan kiyas itulah yang lebih pantas untuk di terapkan di muka bumi ini, karena sudah terbukti selama kurang lebih 1300 tahun Lamanya, islam telah memimpin dunia sekaligus menorehkan tinta emas Sejarah islam yang gemilang di bawah sistem Pemerintahan Khilafah.
Jadi tak ada yang perlu di sangsikan lagi bahwa Khilafah itu adalah solusi yang paling jitu untuk membuat Negeri ini menjadi aman, damai sejahtera, baldatun toyyibatun warabbun ghofur yaitu dengan menerapkan Syari'at islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Rosyidah alaa minhajin nubuwah.
Wallahu'alam bishawab.