oleh:
Nur aina (Aktivis Medan-Sumatra Utara)
Pesona Indonesia bak keacantikan
memancar dari bidadari yang sengaja diumbar, hingga dengan ke-elokannya membuat
mata manja dan tak sanggup berkedip begitu saja. apalagi dengan kekayaan
alamnya yang menjadi tujuan utama bagi para wisatawan berkunjung. Membuat
ketagihan dan tentu disayangkan, bila
Indonesia abai akan keindahan alamnya serta membiarkan hanya sekedar dinikmati
oleh pribumi.
Maka, Indonesia berbagi peluang
terhadap para pengunjung yang hadir. Yakni dengan menyediakan berbagai
destinasi liburan serta fasilitas-fasilitas elite yang tentunya hanya
dapat dirasakan oleh kaum bermodal saja. Pengembangan tempat wisatapun
mendapatkan perhatian lebih dari para penguasa. Bahkan diperluas dengan
rancangan sedemikian rupa agar terlihat menarik dan menyejukkan mata. Dengan dibangunnya
tempat wisata ataupun hotel modern itu pastilah akan membuahkan potensi yang
luar biasa.
Seusai
tiga kali menginjakkan kaki di Sibolga, Bapak Presiden Joko widodo merencanakan
pembangunan hotel berbintang yang bertepatan di lokasi pelabuhan lama Sibolga,
Sumatra Utara. Keputusan itupun disampaikan secara langsung oleh Iswandi Said
selaku Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour mewakili rombongan BUMN yang
beberapa hari lalu melakukan pemantauan lokasi serta didampingi dengan Wali
Kota Sibolga Edi Polo Sitanggang, Sekdakot Yusuf Btubara dan sejumblah pimpinan
OPD Pemko Sibolga.
Berikut petikannya, “Sibolga punya
potensi yang luar biasa dan punya sejarah yang panjang. Kehadiran kami kemari
juga atas permintaan Presiden Jokowi setelah kunjungan beliau beberapa kali ke
Kota Sibolga. Kedatangan kami juga untuk peninjauan beberapa lokasi di Sibolga
dan Tapanuli Tengah. Sesuai dengan rencana habis lebaran nanti direncanakan
ground breaking pembangunan hotel di lokasi pelabuhan lama Sibolga.
(Sumut.antaranews.com)
Sibolga digambarkan bak emas murni
yang siap diracik guna menarik wistawan. Dari sikap inilah kita sebagai rakyat
yang menuntut kesejahteraan dapat memetik pelajaran, bahwa dibalik pembangunan
hotel berbintang tersebut ada rakyat yang harus dipenuhi hak-haknya secara
layak. Baik yang berkaitan dengan sandang, pangan maupun papan. Seharusnya Negara
mencurahkan sikap pedulinya terhadap masyarakat Indonesia yang membutuhkan dan
segera mengayomi rakyat dengan penuh keikhlasan.
Akibat tidak mendapatkan pengayoman
yang layak akhirnya, kemelaratanlah yang di raih rakyat Indonesia, warga yang
tinggal di negeri ini justru banyak yang belum terpenuhi secara cukup
kehidupannya. Baik dari segi pemenuhan kehidupan
sehari-hari hingga mencakup ke dalam ranah bangunan berupa rumah yang layak dihuni.
Kita bisa melihat dengan seksama keberadaan rakyat Indonesia yang tinggal di pinggir-pinggir
kota, di jalanan serta yang sedang bermukim di kolong jembatan.
Terlihat jelas, bahwa perhatian
serta pengayoman tak dirasakan rakyat secara keseluruhan bahkan Negara sendiri
tak menjamin kesejahteraan rakyatnya. Alih-alih mensejahterakan masyarakat,
pemerintah akan membiarkan masyarakat memperebutkan remah-remah kekayaan dari
Negerinya sendiri. Sedangkan SDA yang di dalamnya menghasilkan keuntungan besar
malah diserahkan kepada asing. Mirisnya negeriku yang memiliki SDA berlimpah
malah susah dalam berbagai ranah.
Di sisi lain, Indonesia juga kaya
akan rempah-rempah yang dimilikinya. Maka, Negara harus meluangkan andil secara
keseluruhan dalam mengelola SDA (Sumber Daya Alam) agar rakyatpun terayomi
dengan penuh kesejahteraan. Ketahuilah bahwa ketika SDA dikelola secara mandiri
maka seluruh rakyat Indonesia terkategori sebagai orang kaya yang hartanya tak
akan habis walau sudah sampai keturunan ke tujuh.
Penghasilan Negara adalah suatu yang
harus diperhatikan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, Negara harus memiliki
power yang kuat dalam menghadapi cukong la’natullah yang hanya menginginkan
kekuasaan atas kekayaan alam Negeri kita. Melindungi SDA dengan tidak membuka
celah terhadap kaum kafir, karena ketika hal itu terjadi celah akan semakin
melebar dan pastilah kekuasaan akan jatuh dalam setiran mereka.
Maka dengan itu, rakyat dapat
terjamin kebutuhan dalam hidupnya, dan kita tidak akan menjumpai seorangpun
yang kelaparan akibat tidak sanggup membeli makanan untuk memenuhi kebutuhannya,
tak akan ada rakyat yang tinggal di pinggir jalan, terdampar di kolong
jembatan, pengemis di lampu merah, anak-anak yang tak sanggup sekolah, IRT yang
meninggalkan amanah dll.
ketahuilah hal itu hanya dapat diraih
apabila negara meninggalkan sebuah sietem yang rusak dan layak dicampakkan dalam kancah kehidupan ini,
maka seharusnya ia diganti dengan aturan Illahi yang sesuai dengan wahyu-Nya.
Sistem thaghut yang diterapkan di negeri ini jelas bertolak-belakang dengan apa
yang diperintahkan Allah, tentu tak akan pernah setuju mereka bila aturan Allah
diterapkan secara nyata dan menyeluruh. Sebab, mereka tidak bisa asal dalam
berbuat dan berkuasa sesuka hatinya.
Dengan demikian, dalam pengolahan
ini diharamkan adanya kerjasama ataupun penyerahan SDA terhadap asing maupun
aseng. penghasilan Negarapun tak hanya mengandalkan dari destinasi-destinasi
liburan saja, sebab keberadaannya itu hanyalah sebagai sampingan ataupun
tambahan lalu yang menjadi pokok penghasilan itu seharusnya lebih banyak didapat
dari pengelolaan secara mendiri sumber daya alam yang dikaruniakan Allah SWT
kepada Negeri kita Indonesia.
Islam
memandang bahwa segala yang dimiliki suatu Negeri menjadi sebuah rahmat bila di
dalamnya terdapat penerapan hukum-hukum Allah SWT. Bahkan Allah juga akan
melimpahkan keberkahan terhadap Nrgeri tersebut bila tunduk dan patuh terhadap
aturan-Nya.
Ketika islam berdiri dan aturannya diterapkan dalam seluruh kancah kehidupan
rahmatpun akan dirasakan alam semesta jua. Maka dari itu, penerapan Islam
membutuhkan campur tangan manusia yang menginginkan sebaik-baik tempat kembali,
dan dibutuhkan keikhlasan yang murni dari hati nurani.
Jadi,
komunitas pejuang adalah suatu kelompok yang tak banyak bahkan dapat di katakan
sedikit, keberadaannya dibenci para musuh-musuh Allah, hanya diterima oleh
setiap orang yang dibimbing dengan wahyu-Nya,
maka keberadaan mereka terasing karena menjujung tinggi kebenaran, berani
berbeda dari yang lain, mengambil segala sesuatu yang sesuai dengan perintah
Allah AWT serta meninggalkan apa-apa saja yang bertentangan dengan dengan
syari’atNya. Maka dari itu, yang berperan adalah para pejuangnya,lalu akankah
kita meninggalkan kesempatan yang menghasilkan pahala berlimpah ini?
wallahua’lam bisshawab