Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis
Idul fitri, adalah moment yang selalu dinantikan oleh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Pada hari yang berbahagia ini, kaum muslimin semuanya membesarkan nama Allah dengan mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid.
Adapun kemenangan yang kita rayakan saat ini akan menjadi lebih sempurna, jika kita mampu kembali terlahir menjadi muslim sejati setelah ramadhan berlalu, yaitu menjadi muslim yang jauh dari kemaksiatan kepada Allah, menjadi muslim yang kokoh akidahnya, dan benar ibadahnya, serta luhur akhlaknya. Menjadi muslim yang terus dalam kondisi ketaatan kepada Allah sepanjang tahun sebagaimana di bulan ramadhan.
Namun kita menyadari, Untuk menjadi muslim yang seperti ini tidaklah mudah , untuk menjadi muslim yang seperti ini sangatlah susah. Karena sekarang ini kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang bergelimang dalam kemaksiatan . kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang mengalami dekadensi moral, penindasan, dan kedzaliman. Betapa pusat - pusat kemungkaran kian tersebar luas, perbuatan maksiat dilakukan secara terang terangan, pun pula pemikiran - pemikiran jahiliyah diproduksi besar - besaran. Sehingga seakan menjadi wajar, jika ibadah dikerjakan hanya sekedar formalitas, lepas ramadhan semua kembali mengejar kesenangan duniawi tanpa batas.
Keberadaan kaum muslimin seperti saat ini, tidak lain disebabkan terjangkitnya mereka dengan virus sekulerisme. sekularisme telah menjauhkan diri manusia dalam kedudukannya sebagai seorang hamba Allah. Bahkan sekularisme menempatkan manusia sejajar dengan Tuhan. Dalam pandangan sekularisme, hak mengatur manusia atau hak membuat aturan bagi kehidupan manusia mutlak ada pada manusia itu sendiri, bukan pada Tuhan/agama. Hak ini kemudian mereka wujudkan dalam demokrasi, yang menempatkan kedaulatan manusia (kedaulatan rakyat) di atas kedaulatan Tuhan.
Padahal fakta telah membuktikan bahwa peratuan–peraturan yang dibuat manusia—karena lebih didasarkan pada kecenderungan dan hawa nafsunya—telah melahirkan banyak ekses negatif, banyak kerusakan, dan banyak kekacauan. Itulah yang terjadi seperti saat ini ketika hak membuat aturan/hukum diberikan kepada manusia (rakyat) melalui mekanisme demokrasi. Mahabenar Allah yang berfirman:
]أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ[
Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki. Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?! (QS al-Maidah [5]: 50).
Namun demikian, sebagai seorang muslim, kita tetap harus berupaya untuk menjadi hamba yang taat, terlebih setelah mengalami tempaan khusus selama sebulan penuh. Sehingga moment idul fitri, benar – benar dapat kita lalui dengan mendapat kemenangan yang hakiki.
Pertama, kita harus memahami tujuan diciptakannya kita di dunia ini.
Allah telah menegaskan :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz dzariyat : 56)
Kedua, Kita mengetahu bahwa ajal kita itu dekat
Ketahuilah, hidup di dunia ini hanya sementara, lihatlah bagaimana Rasulullah menasihati Ibnu Umar yang saat itu masih berusia 12 tahun, yang artinya, “Hiduplah engkau di dunia ini seakan akan sebagai orang asing atau pengembara”. (Bukhari 6414)
Ketiga, Kita Harus bersegera dalam beramal.
Keempat, Marilah kita mempersiapkan jawaban atas pertanyaan Allah nanti hari kiamat.
Karena itu, pada Hari Kemenangan ini, sudah sepatutnya pula kita berjanji kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum Muslim untuk mengerahkan segenap upaya, secara damai, demi diterapkannya syariah Islam dalam bingkai khilafah islam. Kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT agar menolong kita untuk mewujudkan hal ini sehingga kaum Muslim merasakan kegembiraan yang hakiki karena meraih kemenangan yang juga hakiki, sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam firman-Nya:
]وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ$بِنَصْرِ اللهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ[
Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah kaum Mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (QS ar-Rum [30]: 4-5).
Wallahu a’lam bi ash showab