Hari keluarga : Cinta keluarga Cinta Terencana



Oleh : Azzah Sri Labibah  SPd.


Tinggal tunggu hitungan hari Indonesia akan kembali memperingati Hari Keluarga Nasional ke 26 yang akan diselenggarakan di kota Banjar Baru dengan tema Hari Keluarga Hari Kita Semua dan slogan Cinta Keluarga Cinta Terencana.


Sungguh tepat slogan yang diambil pada peringatan ini karena sesuai kondisi keluarga Indonesia yang diterpa berbagai permasalahan, banyak yang beranggapan permasalahan keluarga saat ini karena kurang perencanaan yang mapan sehingga tidak bertahan kebahagiaannya seperti kasus perceraian di Kabupaten Purwokerto, bulan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Pengadilan Agama Purwakarta mencatat hampir dua pekan ini sudah tercatat 65 kasus perceraian. (Republika.co.id)


Tujuan dari peringatan Harganas adalah meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat terhadap pentingnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera dalam kerangka ketahanan keluarga.

Sehingga ada beberapa kegiatan dan seminar yang diselenggarakan yaitu seminar tentang kependudukan dan perkawinan anak, meningkatkan kesertaan peserta KB jangka panjang, adanya pelayanan KB gratis untuk usia subur dan  ada pemberdayaan perempuan dengan menghadirkan kelompok UPPKS dan UKM dengan diikuti ratusan usaha kecil menengah. (FAJAR.co.id)


Dari berbagai kegiatan tersebut mampukah menyelesaikan permasalahan keluarga saat ini?


Permasalahan keluarga selesai di tengah himpitan sistem sekuler saat ini bagai memaksa ikan agar tetap hidup walau di darat, artinya Sangat sulit bahkan mustahil karena sistem inilah yang mengakibatkan rapuhnya ketahanan keluarga. Sistem yang notabene memisahkan agama dari kehidupan ini telah memunculkan banyak masalah bagi keluarga


Masalah yang muncul dalam berbagai aspek dan berdampak negatif pada ketahanan keluarga baik secara langsung ataupun tidak langsung. Baik masalah dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya, bahkan sampai masalah kepemimpinan.


sehingga masalah-masalah tersebut berdampak pada ketahanan kehidupan keluarga. Sulitnya kehidupan ekonomi menyebabkan keluarnya wanita dari fitrahnya sebagai al umm wa rabbah al bayt (Ibu dan pengatur rumah tangga).


Banyak wanita yang meninggalkan peran tersebut dan lebih memilih menjadi wanita karir demi membantu perekonomian keluarga.

Ujungnya adalah terabaikannya hak-hak anak-anak yang yang kita ketahui bersama mereka adalah tunas-tunas generasi. Ibu yang seharusnya menjadi al madrasah al ula (pendidik yang pertama dan utama) justru lebih memilih bekerja membanting tulang memeras keringat.


Abainya seorang ibu terhadap tanggung jawabnya inilah yang memunculkan kenakalan remaja, pergaulan bebas serta maraknya penggunaan narkoba pada anak-anak dan remaja.


Selain itu, banyaknya wanita yang memilih menjadi wanita karir juga menyebabkan disharmonis antara suami dan istri. Yang berakibat pada meningkatnya angka KDRT dan perceraian.


Kemudian permasalahan sosial dan budaya melahirkan berbagai macam dampak negatif dalam masyarakat. Seperti menjamurnya seks bebas dan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) yang membawa dampak lain yaitu semakin tingginya kasus merebaknya HIV/AIDS. Dan hal-hal negatif tersebut  sudah mengalir deras membanjiri kehidupan keluarga. 


Masalah-masalah di atas diperparah dengan masalah kepemimpinan di negeri ini. Abainya pemerintah terhadap permasalahan-permasalahan tersebut, membuat ancaman terhadap ketahanan keluarga semakin besar. Tentunya akan membuat ketahanan keluarga semakin rapuh. Maka kita harus melakukan perubahan yang mendasar atau sistemik. Karena akar semua permasalahan ini adalah diterapkannya sistem demokrasi sekuler kapitalis.


Sistem ini yang menjadi lahan yang subur bagi segala upaya penghancuran keluarga. Dan dalam sistem ini negara kehilangan perannya sebagai pelayan rakyat dan penjaga keluarga.


Negara seharusnya menjadi benteng utama menyelamatkan permasalahan umat seperti yang dikatakan rosul dalam hadist bahwa Imam (Khalifah) raain (pengurus hajat hidup rakyat) dan dia bertanggungjawab terhadap rakyatnya (HR. Bukhari).


Dan negara yang bisa mempunyai peran seperti ini adalah negara yang telah dicontohkan oleh suri tauladan terbaik sepanjang masa Rasulullah SAW. Beliau telah mencontohkan sebuah institusi (baca : negara) yang menerapkan syariat Allah SWT yaitu negara khilafah. Wallahu A'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak