Oleh: Iin Sapaah
Idul Fitri merupakan penanda telah berakhirnya satu bulan penuh Ramadhan. Harapan kita idul Fitri menjadi tonggak awal kembali menjadi pribadi yang fitrah, kembali suci tanpa dosa, karena seluruh dosa telah dibakar dalam puasa Ramadhan. Idul Fitri yang menjadi penanda diraihnya derajat taqwa sebagai hasil akhir dari ritual ibadah puasa Ramadhan.
Namun idul Fitri kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Makna ' raya' yang berarti kesyukuran, kegembiraan, kebahagiaan karena telah mampu melalui bulan-bulan penuh ujian dan meraih kemenangan, berubah menjadi hari' duka'.
Duka karena masifnya pendzoliman, kecurangan, kematian, penangkapan dan pemenjaraan terhadap beberapa tokoh pejuang keadilan dan penentang kedzaliman, bahkan hingga duka atas disintegrasi bangsa, yang nampak dengan semakin masifnya usaha adu domba antara berbagai elemen bangsa.
Idul Fitri kali ini menjadi hari' duka' karena kecurangan pemilu yang bersifat terstruktur, sistematis, masif dan brutal, tidak mendapat tindakan apapun. Bahkan yang menuntut tegaknya hukum dan keadilan, malah mendapat ancaman dan tudingan bahkan fitnahan keji.
Yang lebih membuat hari duka' Idul Fitri kali ini adalah karena berpesta foranya rezim atas kemenangan tanpa peduli atas kecurangan. Atas nyawa 700 anggota KPPS yang melayang dan juga atas nyawa demonstran yang menjadi tumbal pesta pemilu tahun ini. Nyawa mereka seolah tidak ada harganya, terbukti dengan tidak adanya perhatian dan tindakan penyelidikan atas melayangnya nyawa mereka. Para politikus malah sibuk berdiskusi tentang jatah kursi dan jatah menteri.
Sementara umat semakin berduka melihat rezim justru memfasilitasi sejumlah penjajahan asing. Proyek OBOR China dijadikan sarana efektif penjajahan yang semakin nyata.
Idul Fitri tahun ini menjadi hari' duka' karena tidak ada nya kesatuan dalam penetapan satu Syawal. Karena umat Islam masih tersekat-sekat dalam batas-batas nasionalisme. Akhirnya kaum muslimin di dunia mengalami kebingungan umat jadi terpisah, terancam malakukan hal haram karena shaum di satu syawal, terancam tidak diterima zakat fitrahnya, karena telat membayar zakat, jika mereka membayarnya di tanggal 2 Syawal maka jadinya sedekah, bukan zakat fitrah yang wajib hukumnya.
Begitulah jika tidak ada khilafah dan Khalifah pemimpin umat Islam, satu pemimpin untuk kaum muslimin...
Wallahu a'lam ...