Oleh: Sri Yana
Hari Keluarga Internasional merupakan hari perayaan yang diperingati pada tanggal 15 Mei setiap tahun yang diproklamasikan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1993 lewat resolusi A/RES/47/237 dan mempertimbangkan kepentingan hubungan komunitas internasional dengan keluarganya. (Palembang.tribunnews.com/15-05-2019)
Sebagaimana dilansir fajar.co.id/05-02-2019 bahwa Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang ke-26 mengambil lokasi di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. secara nasional akan digelar pada awal Juli 2019. Tema Harganas 2019 adalah “Hari Keluarga, Hari Kita Semua”, dengan slogan “Cinta Keluarga, Cinta Terencana”. Tujuan dari peringatan Harganas adalah meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat terhadap pentingnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera dalam kerangka ketahanan keluarga.
Dan beberapa kegiatan seminar di antaranya tentang kependudukan dan perkawinan anak yang mencapai 30 persen di Kalimantan Selatan hingga lomba pencegahan perkawinan anak.
Selain itu, untuk meningkatkan kesertaan peserta KB jangka panjang, diadakan pelayanan KB gratis untuk pasangan usia subur.
Di balik momen Harganas ini memang terlihat memberikan kepedulian kepada para wanita, namun sebenarnya Harganas ini menderaskan liberalisasi dan sekulerisme (kebebasan dan pemisahan agama dari kehidupan) kepada keluarga Muslim. Karena dengan ide-ide gender ini menjadikan peran keluarga kurang berjalan dengan baik. Terutama perempuan yang harus disamakan dengan laki-laki, dari semua aspek kehidupan, misalnya upah, jabatan, pekerjaan dan sebagainya.
Padahal sudah sejatinya ibu tugas utamanya sebagai ummun warobbatul bait (ibu sekaligus manajer rumah tangga) yang harusnya benar-benar mendidik sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya. Jika ditambah dengan bekerja di luar dikhawatirkan akan mengganggu tugasnya sebagai ummun warobbatul bait. Memang itu yang dideraskan oleh ide gender ini, agar perempuan memiliki peran penting dalam dunia luar, dengan alasan pemberdayaan perempuan yang jelas merusak bangunan keluarga Muslim. Dengan begitu akan tersibukkan dengan kehidupan luar.
Sudah sejatinya bahwa pencari nafkah adalah ayah. Ayah lah yang dibebankan tugas itu. Karena semua sudah ada ketentuannya dalam Islam. Dan ayah pun menjadi pemimpin bagi istrinya. Sebagaimana firman Allah SWT:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An Nisaa’ : 34)
Oleh karena itu fitrah laki-laki dan perempuan memiliki fungsinya masing-masing. Dan dapat berjalan dengan baik, ketika keduanya menjalankannya fungsinya masing-masing. Bukannya Harganas yang disinyalir melebarkan liberalisasi keluarga Muslim.
Faktanya di sistem sekulerisme ini, awal munculnya ide kesetaraan gender ini sebenarnya adalah ide stereotype barat sebagai ekspresi perlawanan atas penindasan perempuan di Eropa. Hal ini terjadi dikarenakan adanya pembedaan dan ketidaksetaraan perempuan dan laki-laki. Seperti misalnya para wanita dianggap sama dengan hewan peliharaan, barang yang kapan saja bisa ditukar-tukar dan diperjualbelikan. Sejak zaman Yunani, Romawi, dan Abad Pertengahan (the Middle Ages) , dan bahkan pada Abad Pencerahan sekali pun, Barat menganggap wanita sebagai makhluk inferior, manusia yang cacat, dan sumber dari segala kejahatan atau dosa.(Kompas)
Makanya hal tersebut tak sesuai dengan Islam. Islam amatlah memuliakan perempuan. Yang membedakan adalah iman dan takwa seseorang. Dan hanya tatanan keluarga sesuai tuntutan syariat Islam yang mampu menjamin kebahagian keluarga dunia akhirat. Jadi jelas-jelas peringatan Harganas dengan ide gender dapat membahayakan keluarga Muslim.
Wa'allahu a'lam bish shawab.