By : jeng lis
Demokrasi yang di yakini sebagai sebuah system menjadikan harapan untuk memecahkan berbagai problem umat.Namun fakta demokrasi menunjukkan arah yang seebaliknya,Justru demokrasi telah banyak membaw petaka dalam diri umat.Lihat saja apa yang terjadi di negri ini.Betapa kedhaliman terus terpelihara dengan mengatasnamakan demokrasi.Keserakahan para kapitalis juga terpelihara atas naama deokrasi.Kriminalisasi ajaran Islam,ulama,tokoh aktivis telah terjadi atas nama demokrasi.Ratusan korban KPPS serta sejumlah orang yang meninggal saat terjadi kerusuhan massa di depan baawaslu RI pada 21 dan 22 mei kemarin.Menunjukkan nyawa manusia tidak berharga di hadapan demokrasi.
Demokrasi yang terlahir dari system kapitalis sekuler yang memberikan ruang bagi manusia untuk mengatur diri sendiri dan masyarakat selamanya akan terjadi ketimpangan ketimpangan.Pemisahan agama dari kehidupan yang menjadi asas dari sekulerisme merupakan kesalahan mendasar dalam system ini.Manusia dengan berbagai kepentingan yang berbeda akan melahirkan aturan dan system sesuai dengan kepentingan masing masing.Pemenuhan atas satu kepentingan dapat memunculkan konflika atas kepentingan yang lain.
Suara dari rakyat ,oleh rakyat dan untuk rakyat hanyalah slogan untuk melindungi keserakahan dan kedhaliman.Seakan akan mengakomodir kepentingan bersama namun ini hanya di permukaan saja.Bagaimana tidak apa yang diinginkan rakyat yang sesunggukhnya tidak terakomodir.Tak jarang kita jumpai justru kepentinggan rakyat malah menjadi korban dalam perjalannnya.Wakil rakyat yang seharusnya menjadi wakil rakyat justru berselingkuh dengan parapemilik modal untuk mengakses sumber sumber ekonomi yang vital bagi rakyat. Lihat saja berapa uu yang justru memberi kemudahan pada para investor untuk mengeruk sumber sumber ekonomi di negri ini.
Begitu pula dengan para penguasa.Dititipi amanah untuk mengurus kepentingan kepentingan umat sikapnya juga tidak berdaya menghadapi para capital.Dan tak jarang justru yang terjadi di antara mereka adalah politik transaksional.siapa yang diuntungkan? Rakyat? Rakyat yang mana? Kembali lagi jawabnya hanya segelintir orang.sehingga jabatan jabatan penguasa baik legislative ataupun eksekutif menjadi incaran sebagaian besar penduduk di negri ini. Karena politik transaksional yang dijalankan menjajikan lahan basah bagi pemegangnya.Tak heran merekapun rela untuk merogoh kocek yang cukup besar untuk jabatan ini.untuk apa ? untuk membeli suara rakyat.walhasil saat mereka duduk menjadi penguasa maka jelas yang terfikirkan adalah bagaimana modal kembali.inilah fakta demokrasi .
Pun demikian dengan pilpres.Adanya kepentingan segelintir orang di negri inipun telah menghasilkanpemilu yang berdarah darah.Kekuasaan yang diharapkan akan diraih ditetapkan sebagai syarat mutlak untuk melakukan politik transaksional.Maka seluruh upaya sekalipun dengan melakukan penipuan secara massif dan sistemik pun dilakukan.Aduan aduan dianggap penebar hoaks.kritik dianggap sebagai makar.Penangkapanpun dilakukan dengan tuduhan tuduhan makar.Bahkan sekedar protes untuk mendapatkan keadilanpun harus menerima timah panas yang berujung pada kematian.Inikah demokrasi yang diperjuangkan?Selama kepentingan manusia bermain dalam penetapan aturan maka akan selamanya terjadi seperti ini.Perbedaan kepentingan akan selamanya menimbulkaan konflik.
Berbeda dengan gambaran politik di dalam Islam yang menunjukkan seara nyata bagaimana mekanisme pengaturan urusan umat.Dimana kekuasaan ditangan umat namun kedaulatan tetap ditangan syara’.Dimana di pahami bawa syariat datang untuk mengatur berbagai urusan manusia sesuai dengan apa yang tela di tetapkan ole Allah swt .Bagaimana aturan tersebut tak ada perbedaan kepentingan antara satu dengan yang lain,namun hukum tesebut turun untuk mencapai kemaslahatan semua manusia secara keseluruhan tanpa membedakan manusia satu dengan yang lain.Karena itu jika syariat Allah yang diterapkan maka apa yang terjadi saat ini akan dapat di hindari .
Dalam hal kekuasaan ditangan umat maka dalam perjalanan khulafaur Rosyidin tidak ada di antara mereka yang bernafsu untuk meraih kekuasaan.Karena kekuasaan yang di amanahkan difahami sebagai sesuatu yang arus dipertanggungjawabkan di adapan Allah kelak.Tanggung jawab setela kehidupan akan menjadi pertimbangan dalam menjalankan amanah untuk mengurusi urusan umat dengan mekanisme syariat.Seingga kekuasaan bukanlah sebagai sesuatu yang diperebutkan namun difahami sebagai sebuah sarana untuk menerapkan syariat.
Sehingga mestinya hal seperti ini yang seharusnya diperjuangkan seorang muslim melalui mekanisme yang telah di tetapkan syariat bukan dalam sitem demokrasi yang justru akan semakin menjauhkan manusia dari kemaslahatan dan justru mengantarkan pada kemudharatan.Sekalipun bukan berarti kita mengambil syariat dengan kemaslahatan,Namun sudah semestinya kita mengambil syariat ini dengan keimanan dan keyakinan bahwa setiap hukum Allah pasti mengandung maslahat.
Sehingga layak jika seorang muslim akan memperjuangkan hukum Allah ini ditegakkan di muka bumi.Karena justru dengan syariah yang diterapkan dalam bingkai khilafah akan memberi solusi tuntas akan semua problem manusia.Insyaallah dengan khilafa manusia akan hidup berkah bukan dengan demokrasi yang menjunjung sikap serakah manusia.