Oleh : Lestia Ningsih S.Pd (Aktivis Dakwah
Deli Serdang)
Bahan pokok dan juga bahan-bahan makanan
lainnya menjelang lebaran mengalami kenaikan yang tinggi diatas HET. Menurut
Dirut Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas), produk-produk pangan Bulog saat
ini hanya mengusai pasar sebesar 6%. Sedangkan sisanya 94% dikuasai oleh
kartel. "Karena 94% pasar bebas di masalah pangan dikuasai kartel-kartel,
Bulog negara hanya menguasai 6%," ungkap dia dalam Blak-blakan detikcom di
Gedung Bulog, Jakarta, Selasa (21/5/2019).
Dengan penguasaan bahan pangan yang
dikuasai oleh swasta dan kartel-kartel inilah yang menjadikan kestabilan harga
dipasar tidak terkendali, pasalnya bahan-bahan makanan pokok yang sangat dibutuhkan
apalagi dimoment Ramadhan dan lebaran ini membuat masyarakat terpaksa membeli
dengan harga yang sangat tinggi.
Namun harga yang melambung tinggi dan
dengan perekonomian masyarakat yang terbilang pas-pasan membuat daya beli
masyarakat menurun, seperti yang disampaikan Ketua Komisi VI DPR RI Azam Azman
Natawijana meninjau ketersediaan dan harga pangan menjelang Hari Raya Idul
Fitri 1440 H "Yang kami temukan di pasar, daya beli masyarakat malah yang
turun alias sepi. Pasokan barang ada, hanya yang beli di pasar sepi. Bahkan
sepinya pembeli di tahun ini lebih dibanding tahun lalu," kata Azam. Jika
masalah ini terus berlanjut, inflasi tentu terjadi. Dan perekonomian indonesia
semakin jauh dari kata sejahtera dan rakyat semakin sulit dikarenakan susahnya
membeli bahan pangan.
Prediksi yang mungkin tidak bisa dielakkan
bahwa indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian yang semakin terburuk
dan jauh dari sejahtera. Kondisinya berpangkal akibat peran pemerintah yg sangat minim
sebatas regulator dan fasilitator. Sementara korporasi berkuasa di aspek produksi,
distribusi serta impor pangan.
Selama tata kelola pangan masih dijalankan dengan konsep
neoliberal, mustahil praktik kartel bisa diberantas. Badan-badan swasta semakin merajalela sebagai pengatur
harga dan kebutuhan hidup rakyat dan menjadikan pemerintah selalu lepas tangan
pada urusan rakyat yang seharusnya sebagai periayah dan pengayom rakyat. Dengan
bentuk sistem Neoliberalisme dan Neoimperalisme dengan menjalankan ideologi
kapitalis menjadikan sikaya semakin kaya dan simiskin semakin miskin. Rezim yang
bersikukuh dalam ideologi bobrok ini menjadikan kepentingannya adalah bisnis
bukan mengurus rakyatnya.
Saatnya rezim ini kembali
kepada Syariah Islam yang memiliki konsep shahih yg menjamin pengelolaan pangan
akan membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Kepentingan
dan kemaslahatan didalam islam hanya mengutamakan rakyatnya dan mengharamkan
asing untuk pengelolahan dan menswastanisasi kebutuhan hajat orang banyak
dengan terus mengawasi dan mencegah dari kecurangan. Tidak ada lagi harapan
untuk sejahtera dalam sistem bobrok kapitalis buatan manusia yang sudah
seharusnya segera diganti dengan sistem buatan Yang Maha Sempurna dengan sistem
Islam.