Oleh : Arista
(Praktisi Pendidikan – Tulungagung)
Generasi Milenial pasti sudah tidak asing dengan film Home Alone. Sebuah film komedi yang dirilis pada tahun 1990. Film yang sering sekali ditayangkan ketika liburan, bahkan libur lebaran kali ini. Film ini dibintangi oleh Macaulay Culkin sebagai Kevin McCallister, seorang anak dari keluarga yang kaya. Kevin secara tidak sengaja tertinggal oleh keluarganya yang akan berlibur ke kota Paris, Perancis, dalam rangka liburan. Awalnya dia bahagia tidak bersama keluarganya. Ketika ia menghabiskan waktunya di rumah sendirian, dia menyadari ada dua orang pencuri yang ingin merampok rumahnya. Maka, untuk menghentikan para pencuri itu, Kevin Berusaha menyiapkan jebakan-jebakan untuk menjaga rumahnya dan mengusir mereka.
Film dan angan anak-anak. Kini saudara kita di Al Quds sedang mengalami home alone. Mereka sendiri mempertahankan tanah suci kita. Melawan zionis Israel. Ramadhan kemarin mereka diserang, Lagi dan Lagi. Ramadhan sebelumnya juga demikian. Menurut imam Muzaffar, penduduk Gaza sudah terbiasa berpuasa dengan ditemani suara rudal. Mereka harus bersiap untuk kematian kerabat bahkan dirinya. Para wanita tidur dengan hijab lantaran khawatir malamnya akan terjadi sesuatu. Sehingga mereka bisa langsung melarikan diri.
Sungguh pemandangan yang tak manusiawi. Saat muslim di belahan bumi lainnya sedang menikmatii indahnya beribadah di bulan Ramadhan. Mereka harus rela membagi kebahagiaannya dengan kekhawatiran bom mendarat di rumah mereka. Kemanakah para pemimpin negeri muslim ? Tak adakah pemimpin yang sehebat Umar bin Khattab atau panglima perang sehebat Salahudin Al Ayubi ?
Al Quds Milik Umat Muslim
13 Ramadhan 15 H, Khalifah Umar bin Khattab membebaskan Al Quds Palestina. Sejak saat itu, tanah Palestina telah resmi menjadi tanah kharajiyah umat muslim. Tanah yang diperoleh tanpa peperangan. Setelah kaum muslimin menaklukan Romawi, tersisalah Al Quds. Pengepunganpun terjadi selama 6 bulan yang diakhiri dengan penyerahan kunci kota Al Quds kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Pendeta Sophronius, sang pemegang kunci merasa aman memberikan keamanan penduduknya pada kaum muslim. Karena dalam surat perjanjian yang ditandatangani kedua belah pihak, Khalifah akan menjamin kehidupan mereka. Termasuk gereja dan tiang-tiang salibnya. Karena dalam Islam, tak ada paksaan dalam mengimaninya. Sehingga peribadatan mereka tak akan dimusnahkan. Namun aturan lainnya dalam kehidupan, seperti muamalah, pendidikan, dan lainnya wajib diatur oleh negara.
Begitupun yang dilakukan panglima perang Salahudin Al Ayubi. Setelah 88 tahun Al Quds direbut tentara salib dengan beringas. Akhirnya, tepat pada tanggal 22 Oktober 1187, kembali Al Quds ke pangkuan Daulah Islam.
Perebutan Palestina oleh Solahudin Al Ayubi sungguh sesuai syariat. Kegigihannya dalam Perang Hittin selama 3 tahun, telah menghantarkan kemenangan pada kaum muslim. Penduduk Palestina menyambutnya dengan gembira baik muslim maupun non muslim. Karena menurut mereka, termasuk penduduk Nasrani dan Yahudinya, Kepemimpinan yang dilandasi syariat Islam menjadikan negerinya penuh dengan kedamaian dan ketentraman. Jauh berbeda dengan kepemimpinan yang dihantarkan oleh pasukan salibis.
Harus ada Satu Komando
Derita rakyat Palestina, sungguh menjadi ironi besar sejarah umat muslim. Kita hanya bisa menyaksikan rintihan anak-anak Palestina yang menjadi yatim piatu, karena kedua orang tuanya telah syahid. Bantuan yang kita berikan hanyalah obat-obatan dan makanan. Ibarat ada yang sedang dipukuli, kita hanya bisa memberi si korban sekedar pengobatan. Tanpa menyelesaikan masalahnya. Tanpa membantunya untuk melawan si pemukul.
Negeri-negeri muslim hanya mampu mengecam tanpa ada tindakan yang nyata. Padahal tentara yang dimiliki kaum muslim itu jumlahnya besar. Mengapa tak ada satupun negeri muslim yang menurunkan tentaranya? Itu semua karena negeri-negeri muslim sedang dibelenggu Nasionalisme. Sebuah paham yang akhirnya menyekat-nyekat ukhuwah.
Tak ada satu komando. Negeri muslim sibuk dengan urusannya masing-masing. Para pemimpinnya telah menjadi komprador-komprador para penjajah, yang tak ingin Islam bersatu. Hawa sejuk peradaban Islam, telah diusir dari kehidupan warganya. Hingga tersisa hawa pengap sekulerisme-kapitalisme yang telah menjauhkan muslim dari agamanya sendiri.
Dimanakah Umar bin Khattab hari ini ? Seorang pemimpin yang dengan keimanannya mampu menaklukan Palestina. Membebaskannya dari belenggu keterjajahan. Dimanakah Salahudin Al Ayubi hari ini ? Seorang Jenderal pemberani, yang dengan ketangguhannya, mampu merebut kembali Palestina.
Semoga derita Al Quds berakhir. Demikian do'a kita Bersama, tapi ini realita, bukan sekedar film yang Jauh disana dan kita hanya jadi penonton. Al Quds adalah tanggung jawab semua muslim. Menjadi kewajiban kita untuk mengusir pencuri Israel dan mempertahankan izzah Islam.
Kita harus ingat satu nyawa Muslim yang terbunuh tanpa alasan syar'i Jauh Allah sesalkan daripada hancurnya Ka'bah. Bayangkan jika ada yang berani menghancurkan Ka'bah. Apa yang akan dilakukan kaum muslim sedunia. Niscaya Persatuan umat benar-benar akan terwujud. Padahal hingga sekarang bukan 1 nyawa, tapi ribuan nyawa kaum muslim dibunuh.
Marilah kita bersatu saudara ku...