Aktivitas Tambang Berdampak Banjir Bandang



Oleh: Ummu Khaira

(Menulis Asyik Cilacap)



Terjadinya suatu bencana memang tidak lepas dari campur tangan Tuhan, Namun bisa jadi itu juga sebuah peringatan, Karena Aturan- Nya telah kita lalaikan, 


BANJIR BANDANG - Banjir bandang kembali menerjangan wilayah Konawe Utara membuat ratusan rumah tenggelam, ribuan masyarakat mengungsi, akses jalan putus. (Jefri/

ZONASULTRA.COM)


ZONASULTRA.COM, KENDARI – Wakil Gubernur (Wagub) Sulawesi Tenggara (Sultra), Lukman Abunawas menyebut kegiatan pertambangan dan kerusakan lingkungan menjadi penyebab banjir bandang yang melumpuhkan kabupten Konawe Utara (Konut).


Menurutnya, sejak menjadi daerah otonomi baru (DOB), banjir yang terjadi kali ini merupakan banjir terparah yang meluas hingga 6 kecamatan.  


“Ini memang karena di sana banyak aktivitas penambangan dan juga karena lingkungan hidup yang sudah tidak tertata dengan baik. Sehingga itu menjadi salah satu penyebab banjir di sana,” kata Lukman, Selasa (11/6/2019).  


Selain keberadaan tambang dan kerusakan lingkungan di Konut, mantan Sekda Sultra itu juga menyebutkan, kurangnya daerah resapan air menjadi salah satu faktor penyebab banjir. Terlebih di Konut, banyak drainase yang kurang tertata dengan baik.  


“Apalagi ketika hujan lebat dan berkepanjangan banjir lebih mudah terjadi, karena air tidak mengalir dengan lancar. Harusnya tiap daerah itu punya tempat resapan airnya,” ujarnya. 


Ia pun mengimbau, agar Pemerintah Daerah (Pemda) Konut membuat program yang berkaitan dengan penanganan banjir seperti drainase dan kawasan resapan air.


Dia juga meminta kepada seluruh pihak, untuk bersama sama menjaga lingkungan dengan konsisten guna mencegah hal-hal pemicu terjadinya banjir.


“Artinya kalau kejadian yang pernah dialami,

supaya bisa dijadikan pengalaman agar

kedepannya tidak terjadi lagi. Harus di

perhatikan semua,” tutupnya.


Sebelumnya, akibat banjir bandang yang terjadi di Konut mengakibatkan akses transportasi di delapan titik wilayah Kecamatan Langgikima, Oheo dan Asera lumpuh total, hingga membuat ribuan masyarakat di 5 kecamatan, Asera, Oheo, Landawe, Langgikima dan Wiwirano terisolasi. Untuk menyelamatkan diri dari serangan banjir, warga mengungusi di area pegunungan.


http://kendaripos.co.id/2019/06/aktivitas-tambang-diduga-picu-terjadi-banjir-pemerintah-diminta-cari-solusi-jangka-panjang/



Antara faktor alam & Ulah manusia


Banjir besar yang merendam sejumlah wilayah di Sultra beberapa waktu lalu semata- mata tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, Akan tetapi sudah menjadi rahasia umum bahwa Aktivitas penambangan & Arus pembangunan yang tidak ramah lingkungan turut andil atas musibah ini.   


Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sultra tak menampik adanya “kontribusi” perusahaan tambang dan perkebunan sawit sebagai penyebab terjadinya banjir di Konut. Sejak dulu, lembaga pegiat lingkungan ini mengingatkan pemerintah pusat, pemda, dan stakeholder terkait supaya mencari solusi jangka panjang supaya bencana alam tidak terulang. Namun, tak mendapat tanggapan serius dari para pemangku kebijakan.(KendariPos)


Konversi lahan & Pembangunan yang hanya berorientasi pada keuntungan semata, tanpa memperhatikan tata ruang &

dampaknya terhadap lingkungan (amdal) Nyatanya tidak menjadi perhatian khusus para pejabat teras.


Potensi sumber daya alam yang melimpah di Sultra baik di sektor tambang & perkebunan, membuat para kapitalis berlomba- lomba menginvestasikan modalnya disana. Mudahnya perijinan pun menjadi salah bukti bahwa pemerintah menjadi bagian di dalamnya. 


Dengan dalih bahwa hal ini dapat menghidupkan perekonomian daerah, menyedot tenaga kerja lokal. Namun kenyataan yang didapat, Proyek- proyek ini justru hanya mempertebal kantong para pemodal, memperkaya segelintir pengusaha nakal, pada akhirnya berdampak pada kerusakan lingkungan, terus tergerusnya lahan hutan, hingga berujung pada terjadi bencana yang memilukan.



Dimanakah peran Negara?


Besarnya kerugian baik riil maupun materiil yang harus diderita olah masyarakat, Menuntut agar pemerintah memberikan solusi jangka panjang yang mampu mengatasi persoalan ini dengan tuntas. Bukan hanya sekedar janji- janji & Solusi tambal sulam.



Pembangunan di era kapitalis 


Seperti inilah bobroknya paradigma pembangunan di era kapitalis yang berasaskan kepentingan/ manfaat.  

 

Ditangan rezim neolib, dengan kebijakan- kebijakannya yang tidak memihak rakyat kecil. sumber daya alam yang melimpah tidak mampu untuk mensejahterakan masyarakatnya.   



Kapitalisasi sumber daya alam justru telah membuka jalan lebar- lebar bagi neokolonialisme. Yang pada akhirnya hanya menyengsarakan rakyat, mengganggu keseimbangan alam yang tidak main- main dampaknya, Sebagaimana banjir bandang yang baru- baru ini terjadi.



Pembangunan di era Islam


Banjir bandang yang terus berulang merupakan bencana sistemik. akibat kesalahan pengurusan SDA oleh negara. Karena menggunakan peraturan buatan manusia yang hanya mengedepankan hawa nafsu. 


Akan jauh berbeda ketika Sistem Islam diterapakan, yang memiliki visi menebarkan rahmat bagi seluruh alam. Sebab aturannya bersumber dari Al- quran yang dibuat oleh Dzat yang Maha tahu apa yang menjadi kebutuhan & kelemahan Makhluknya sebagai Khalifah (pengganti) di muka bumi. 


Islam mengatur pemanfaatan & pengelolaan sumber daya alam yang hanya di tujukkan untuk Mensejahterakan rakyat. Bukan untuk dimiliki pribadi & di eksploitasi secara zholim.


“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah- buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman- tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.” (Al- a'raf; 56-58)



Tiada Solusi selain kembali kepada keagungan Sistem Islam, Menjalankan kehidupan sesuai dengan konsep Illahi, Agar Alloh turunkan keberkahan atas Negeri kita tercinta ini.



Wallohu 'alam Bishshowab


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak