Oleh : Lilik Yani
Sebuah perjalanan jauh tanpa membawa kompas (petunjuk arah) maka akan mengalami kebingungan, bahkan bisa tersesat. Apalagi ini tentang perjalanan hidup manusia. Perjalanannya sangat jauh dan lama, mana mungkin sampai tujuan dengan selamat, tanpa membawa pedoman hidup?
*******
Menjalani hidup bersama keluarga harus ada kesamaan tujuan. Ada visi yang hendak diraih. Agar perjalanan selamat sampai tujuan maka diperlukan sebuah petunjuk atau pedoman hidup.
Dalam hal ini pedoman hidup yang dimaksud adalah al-Qur'an. Kalamullah yang mulia terdiri dari ribuan ayat, yang menjelaskan setiap tahap perjalanan manusia. Tidak ada yang terlewat sedikit pun. Semua aktivitas manusia, ditunjukkan cara menjalankannya.
Allah sangat mencintai hamba-Nya. Hingga tidak membiarkan hamba tersebut berjalan sendirian tanpa panduan. Ada liku-liku perjalanan di muka bumi ini. Mana mungkin kita bisa melangkah tanpa memiliki pedoman. Yang terjadi malah kebingungan, memilih jalan mana yang akan dilalui.
Bahkan bisa-bisa kita akan tersesat karena salah memilih jalan yang mengantar pada tujuan kita. Maka seharusnya kita bersyukur kepada Allah, dengan diberikannya panduan atau pedoman hidup tersebut. Berupa ayat-ayat mulia, al-Qur'anul kariim.
Pedoman hidup baru bisa diterapkan jika kita sudah memahaminya. Untuk bisa memahami, proses awal yang harus dilakukan adalah membaca ayat-ayat al-Qur'an tersebut. Membaca dengan khusyuk dan tartil. Membaca dengan memahami artinya.
Karena al-Qur'an dalam bahasa Arab, maka kita harus membaca terjemah, kemudian diperjelas dengan tafsir. Setelah itu dipahami maknanya, apa kandungan setiap ayatnya. Hingga kita paham dan segera menerapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Sesuai petunjuk yang diajarkan dalam setiap ayat kalamullah tersebut.
Jadi ada proses cukup panjang yang harus dilalui. Maka hendaklah sejak dini anak-anak sudah dikenalkan dengan pedoman hidupnya. Walau mereka belum bisa memahami. Tapi tetap harus mengenalkannya. Semakin dini semakin baik. Bahkan sejak anak masih dalam kandungan, maka ayah dan bundanya bisa membacakan di dekat perut bunda.
Jika orang Barat memilih musik klasik untuk menenangkan janin dalam kandungan. Maka Islam memiliki cara yang lebih baik yaitu dengan dibacakan tilawah ayat-ayat suci al-Qur'an. Hingga anak sudah mengenal pedoman hidupnya, walau masih dalam rahim bundanya. Yang pertama kali didengar anak adalah kalamullah mulia. Allahu Akbar.
Betapa ibdahnya Islam mengatur seluruh sendi kehidupan dengan sempurna tatanannya. Karena memang aturan Islam langsung diberikan dari Sang Pencipta alam semesta beserta isinya. Maka tidak heran jika aturan yang diberikan pasti pas, tidak ada ketimpangan, tidak ada kecacatan.
Aturan yang diberikan Allah pasti memuaskan akal pikiran manusia, dan sesuai fitrahnya. Karena Allah yang paling tahu terhadap makhluk ciptaanNya. Allah lebih memahami kita dibanding diri kita sendiri.
Tugas kita hanya taat, berjalan mengikuti panduan. Sesuai pedoman hidup yang diberikan Allah. Tanpa menambah atau mengurangi isinya. Ikuti saja petunjuk yang diturunkan Allah, maka kita akan selamat dunia akherat.
Karena pentingnya pedoman hidup tersebut, maka orang tua harus mengajarkan sejak kecil. Bukan hanya mengenalkan tapi juga harus mengajarkan. Sebaiknya orang tua langsung yang mengajarkan sendiri kepada anak- anaknya.
Tetapi kalau orang tua merasa kurang ilmu agamanya, dan kurang bisa menyampaikan kepada anak-anak, maka hendaklah orang tua memilihkan anak ustadz atau ustadzah yang hanif untuk bisa mengajarkan kepada anak. Cara membaca al-Qur'an yang benar, cara menerjemah, hingga anak bisa memahami dan menjalankan ibadah dengan benar.
Aku jadi ingat saat kecil dulu, Bunda mengantarkan aku dan adik ke TPA untuk belajar membaca Iqro, doa-doa harian, cerita kisah Nabi-Nabi, hingga belajar ayat-ayat al-Qur'an. Setiap jelang waktu Ashar, bundaku membangunkan kami dari tidur siang. "Nak, ayo bangun. Segera mandi, siap-siap sholat Ashar. Lalu kita berangkat ke TPA untuk mengaji kepada Ustadz Heru dan Ustadzah Nada." Demikian kata Bunda sambil membangunkan kami penuh kelembutan.
Alhamdulillah, kami senang-senang saja disuruh belajar ngaji. Karena bisa memakai seragam baru dan nemiliki teman-teman banyak. Yang perempuan belajar sama Ustadzah Nada. Yang laki-laki belajar sama Ustadz Heru. Awalnya membaca bersama-sama. Kemudian diurut membaca satu persatu bergiliran.
Wah, seru lho. Kami harus antri untuk membaca di depan Ustadz Ustadzah. Jika salah, kurang tepat makhrojul hurufnya, maka akan disuruh mengulang-ulang sampai benar. Ehm, terkadang ada teman yang berdesakkan minta membaca duluan. Karena semangat belajar atau buru-buru mau main ya? Haha. Dasar anak-anak. Yang penting tidak saling mengganggu teman yang sedang setor bacaan.
Tapi hanya awal-awal saja, bundaku mengantarkan kami. Karena teman-teman banyak yang rumahnya dekat kami. Jadi bisa berangkat dan pulang bersama-sama.
Pembelajaran sekitar dua jam. Jam 5 selesai, karena tempatnya akan dipakai persiapan sholat maghrib. Sebelum pulang, ustadz memimpin doa agar ilmu yang dipelajari berkah dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sampai di rumah, kami istirahat sebentar sambil menunggu adzan maghrib. Ayah mengajak adik siap-siap untuk berangkat ke masjid untuk sholat berjamaah. Aku dan bunda sholat berjamaah di rumah.
Habis maghrib, Ayah membaca al-Qur'an lalu diterjemahkan dan diterangkan kepada kami tentang makna dan isinya. Ayah bilang bahwa kita dalam menjalankan aktivitas harus sesuai aturan Allah. Yaitu al-Qur'anul kariim dan as-Sunnah.
"Anak-anakku, sukakah kalian jika kita selalu bersama hingga ke surga kelak?" Ayah bertanya kepada kami.
"Pasti suka, Ayah." kami berdua menjawab serempak.
"Iya pasti suka dong, Yah. Itu harapan terbesar kita. Semoga Allah mengumpulkan kita sekeluarga ke jannah." jawab Bunda.
"Kalau begitu kita harus kompak. Harus taat menjalankan perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya. Jika diantara kita ada yang malas ibadah, yang lain harus mengingatkan. Jika ada yang salah jalan, yang lain harus meluruskan.
Kita saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran. Bagaimana, setuju?" tanya Ayahku dengan tegas.
"Alhamdulillah. Setuju, Ayah." Kami bertiga kompak menjawab bersamaan.
Kalau begitu, agar jalan kita selamat menuju surga. Maka kita harus paham pedoman atau petunjuknya. Yaitu al-Qur'an dan as-Sunnah. Untuk itu kita semua harus mempelajarinya. Anak-anak belajar ke TPA setiap sore. Ayah dan Bunda belajar ikut kajian di masjid dan ngaji intensif di kelompok kajian untuk mendapat pemahaman tentang syariat Islam secara benar.
Setiap habis maghrib, kita luangkan waktu untuk diskusi tentang Islam. Kita bisa sharing dan memperjelas tsaqofah yang sudah kita pelajari. Dengan demikian, kita bisa saling mengingatkan agat selalu berada di jalan Allah dan menambah pemahaman tsaqofah. Kita bisa saling melengkapi.
Demikian ayahku menjelaskan tentang pentingnya mempelajari aturan Islam sebagai pedoman hidup.
****
Pentingnya kebersamaan dalam keluarga. Saling mengingatkan, saling menasehati jika ada yang kurang semangat beribadah, atau mungkin keluar dari jalur yang benar.
Pastinya akan lebih baik jika dari awal sudah diluruskan, daripada sudah kelewat jauh tersesat. Hingga susah untuk diajak kembali ke jalan kebenaran.
Tugas pemimpin keluarga untuk menjaga diri dan keluarga. Agar tidak tersesat ke jalan yang membawa ke neraka.
"Wahai orang-orang yang beriman. Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (TQS at-Tahrim : 6)
Alhamdulillah, aku bersyukur berada dalam keluarga yang kompak. Saling bekerjasama dalam kebaikan dan taqwa. Walaupun ayah bundaku bukan ahli agama. Tapi beliau ada semangat dan kemauan untuk belajar di usia yang tidak muda.
Ayah bundaku paham dengan ayat di atas, makanya mengajak kami anak-anaknya untuk semangat belajar juga. Belajar membaca al-Qur'an dengan baik. Belajar mengkaji makna al-Qur'an dengan benar. Jika kami mengalami kebingungan tentang hukum yang benar, maka kami akan bertanya kepada ustadz atau ustadzah yang hanif untuk bisa mencarikan solusi terbaik menurut Allah.
Karena kami berprinsip bahwa perjalanan hidup yang kami tempuh selama di dunia ini akan bermuara pada kehidupan indah di jannah, berkumpul kembali sekeluarga. Untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik dan masing-masing sudah memahami pedoman hidupnya selama menjalani kehidupan.
*****
Rasa syukur kuungkapkan kepada Allah Sang Pengatur kehidupan. Semoga kami sekeluarga istiqomah di jalan taqwa.
Dan aku berfikir, nanti kalau aku sudah menikah dan memiliki keluarga, aku dan pasangan hidupku akan mendidik sendiri anak-anak kami, mengajari sendiri tentang pedoman hidupnya. Mengenalkan Allah yang menurunkan panduan hidup. Menceritakan betapa Allah sangat mencintai hambaNya, hingga diberi petunjuk agar perjalanan hidup selamat di dunia hingga akherat.
Untuk itulah aku akan terus belajar tentang Islam. Aku akan tetap semangat mengkaji Islam agar aku bisa membimbing anak-anak dan keluargaku kelak ke jalan Allah. Dan aku juga bisa berdakwah, menyebarkan indahnya Islam. Karena hanya Islam yang memiliki pedoman, langsung dari Allah Sang Pencipta dan Maha Pengatur kehidupan ini.
Wallahu a'lam bisshowab