Oleh: Yanyan Supiyanti A.Md
(Pengajar di Sekolah Tahfiz & Member Akademi Menulis Kreatif)
Ulama adalah pewaris nabi yang selalu berada di garda terdepan membela dan menjaga kemurnian Islam dan syariat-Nya. Berjuang menolak penjajahan dan memahamkan umat tentang pentingnya membangun negara yang menegakkan ideologi Islam.
Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya ulama di bumi adalah seperti bintang-bintang di langit yang memberi petunjuk di dalam kegelapan bumi dan laut. Apabila dia terbenam, maka jalan akan tampak kabur." (HR Ahmad)
Dilansir oleh shautululama.co, pada tanggal 12 Mei 2019, bertempat di Pondok Pesantren Darussalam, Wanaraja, Garut, telah berlangsung Multaqo Ulama Aswaja yang dihadiri lebih dari seribu ulama, kyai, habaib, pengasuh pondok pesantren, serta muhibbin di seluruh Indonesia. Mereka berkumpul untuk membahas persoalan krusial yang baru saja ditandatangani, yaitu kerjasama Indonesia China yang dikenal dengan proyek OBOR (One Belt One Road). Dalam pandangan para ulama, proyek OBOR ini hanya membuat Indonesia buntung, tidak ada manfaat sama sekali, Indonesia akan menjadi jajahan baru bagi China. Mereka juga khawatir dengan ancaman ideologi komunis yang pernah membantai kaum muslimin di masa lalu akan terulang kembali.
Apalagi penandatanganan ini nampak dipaksakan, di tengah hiruk pikuk proses pilpres yang belum selesai, ditandai dengan berbagai kecurangan yang diperdebatkan. Para ulama yang berkumpul sepakat menolak kerjasama Indonesia China lewat proyek OBOR ini.
Proyek OBOR China diyakini banyak kalangan dapat memberikan kerugian bagi Indonesia, dengan membawa skema investasi asing, utang luar negeri, dan penjajahan gaya baru (neo-imperialisme). Oleh karena itu, penolakan harus tegas dan jelas oleh semua elemen umat Islam termasuk para ulama.
Abdurrahman al-Maliki dalam Politik Ekonomi Islam mengemukakan, sesungguhnya pendanaan proyek-proyek dengan mengundang investasi asing adalah cara yang paling berbahaya terhadap eksistensi negeri-negeri Islam. Investasi asing bisa membuat umat menderita akibat bencana yang ditimbulkannya, juga merupakan jalan untuk menjajah suatu negara. Pinjaman (investasi asing) yang diberikan China, diikat dengan berbagai syarat seperti adanya jaminan dalam bentuk aset, adanya imbal hasil seperti ekspor komoditas tertentu ke China, hingga kewajiban negara pengutang agar pengadaan peralatan dan jasa teknis diimpor dari China.
Pembengkakan utang luar negeri akan membebani pembayaran cicilan pokok dan bunga yang juga semakin tinggi. Resiko terbesarnya ialah gagal bayar utang, yang bisa membangkrutkan negeri tersebut. Dimana utang disertai bunga alias riba diharamkan dalam Islam. Rasulullah Saw bersabda:
"Jika zina dan riba telah tersebar luas di satu negeri, sungguh penduduk negeri itu telah menghalalkan adzab Allah bagi diri mereka sendiri." (HR al-Hakim, al-Baihaqi, dan ath-Thabari)
Metode baku negara kapitalisme, baik Barat dan Timur, yaitu penjajahan. Penjajahan dalam bentuk politik dan ekonomi. Negara yang dijajah akan dikeruk kekayaan alamnya, dijauhkan dari agama (Islam), dan eksploitasi besar-besaran. Penjajahan ini untuk melemahkan semangat kaum muslim bangkit kembali kepada Islam.
Cara penjajahan bisa berupa bantuan, skema utang, kerjasama, atau mendudukkan suatu wilayah dengan hegemoni militer. Oleh karena itu, umat muslim harus memiliki kesadaran politik dalam mewaspadai manuver musuh-musuh Islam.
Ketiadaan khilafah menjadikan mereka kian berani dan rakus untuk menjajah negeri-negeri kaum muslim yang terpecah belah. Kejadian ini sejatinya tidak akan lama, jika umat Islam mau bergotong royong dan berusaha keras mewujudkan kembali khilafah.
Eksistensi khilafahlah yang membawa ideologi Islam sangat ditakuti oleh kaum penjajah. Khilafah akan menjaga harta, jiwa, dan martabat umat manusia. Khilafah yang merupakan ajaran Islam dan ahlussunnah wal jamaah inilah yang seharusnya menjadi pandangan utama bagi perjuangan. Seruan kembali kepada syariah Islam dalam aspek kehidupan untuk kerahmatan seluruh alam. Begitu pun khilafah yang akan memimpin dunia sebagaimana janji Allah Swt dan kabar gembira Rasulullah Saw.
Wallahu a'lam bishshawab.[]