Oleh: Uni Wulandari (Aktivis Pemuda Muslimah Dolok Masihul)
Hiporia menyambut datangnya Bulan
Ramadhan, disambut dengan suka cita oleh seluruh umat muslim di dunia. Namun
lain halnya dengan warga Jalur Gaza, Palestina. Pasalnya, diberitakan AFP, hingga
Minggu (5/5) malam, roket dan rudal Israel terus menghantam kawasan Gaza, Palestina.
Akibatnya 23 warga Gaza meninggal dunia dan bangunan-bangunan yang ada di Gaza
rusak parah. Serangan rudal udara Israel yang mulai menggempur Gaza sejak sabtu
(4/5) disinyalir sebagai serangan balasan yang dilakukan oleh Hamas (Organisasi
Islam Palestina) yang menembakkan lebih dari 250 roket ke kota-kota dan desa
Israel.
Seketika
Jalur Gaza memanas. Suka cita yang seharusnya dirasakan oleh warga Gaza dalam
menyambut Bulan Ramadhan justru dirasa
sebaliknya. Warga Gaza dilanda duka yang amat dalam akibat serangan Israel
tersebut. Bahkan, dilansir Reuters, Minggu (5/5/2019), Kementerian Kesehatan
Gaza mengatakan seorang bayi berusia 14 bulan dan ibunya terbunuh dalam tragedi
serangan Israel itu.
Sejak
berdirinya Negara Israel tahun 1948 hingga saat ini, kedzoliman Israel
Laknatullah terus terjadi tanpa henti.Bahkan, selama 71 tahun lamanya warga
Palestina mengalami penindasan dan pembunuhan tanpa belas kasih. Ramadhan yang
menjadi momentum suka cita oleh seluruh umat muslim didunia, tampaknya belum
dapat dirasakan oleh warga Gaza, Palestina. Ramadhan yang seharusnya menjadikan
umat muslim khusyu' untuk beribadah shaum. Justru, Pilu dengan jeritan dan tangisan warga
Palestina. Jangankan untuk makan dan tidur dengan tenang, bahkan untuk beribadah
saja mereka bertaruh nyawa.
Mirisnya,
dunia seakan buta dan tuli terhadap aksi brutal Israel. Padahal mereka selalu
menggaung-gaungkan tentang HAM, mereka selalu lantang menyuarakan perdamaian
oleh PBB. Namun, semua seakan tidak melihat saudara-saudara sesama muslimnya di
bombardir di Jalur Gaza, Palestina. Belum lagi di negeri-negeri mayoritas muslim lainnya. Seolah, Jika korbannya adalah
umat muslim, dunia hanya bisa diam menyaksikan. Bahkan, penguasa muslim
sekalipun hanya dapat sekedar melakukan kecaman terhadap tindakan brutal yang
dilakukan oleh para tentara Zionis Israel. Tanpa ada tindakan nyata untuk
menolong saudara-saudaranya sesama muslim yang ada di Palestina. Mereka hanya
disibukkan dengan solusi-solusi perdamaian yang tak pernah menyelesaikan
masalah. Padahal, darah saudara-saudara muslim sedang tertumpah, kehormatan
para wanita sedang dipermainkan dan nyawa-nyawa anak-anak yang tidak berdosa
sedang dipertaruhkan.
Kini,
derita Palestina tak pernah berhenti. Bahkan menjadi tragedi kemanusiaan
terbesar dan terlama sepanjang sejarah. Berbanding terbalik dengan kondisi saat
umat muslim masih memiliki seorang Khalifah yang menjadi Junnah dan Perisai
bagi umat muslim.