Oleh : Alin FM
Penulis dan Praktisi Multimedia
Demokrasi bagaikan mercusuar di malam gelap gulita yang memukau manusia. Di tengah Islam tak lagi menjadi cahaya pedoman di kehidupan. Manusia ditimpa kebodohan, kemiskinan, ketertindasan dan kesengsaraan terutama kaum muslimin. Demokrasi seolah menjadi solusi penyelamat manusia tatkala dirundung nestapa. Namun alih-alih memberikan jalan keluar, demokrasi justru memasang jebakan-jebakan yang mampu menghancurkan kehidupan umat.
Ada apa dengan demokrasi? Mengapa ide Demokrasi "laris-manis" menjadi roda ideologi sekuler(pemisahan dari kehidupan) dan nahkoda sistem Kapitalisme? Konsep yang menghasilkan kondisi buruk dunia, telah nyata merusak manusia, alam baik di daratan dan di lautan. Fakta yang ada belum mampu mengungkap kedok keburukan Demokrasi.
Kemunduran pemikiran dan keterbelakangan kehidupan umat Menjadi penyebab diterimanya ide-ide demokrasi dan menumbuhkan sikap lemah di kalangan sebagian kaum muslimin, tak terkecuali mereka yang ahli ibadah. Ketika dituding dengan sebutan “Anda tidak demokratis!” serta merta kalimat yang terucap adalah “Islam sangat demokratis”
Tak sedikit kalangan yang lebih bangga disebut sebagai pejuang demokrasi daripada pejuang syariah dan khilafah. Mengenakan pakaian demokrasi terasa lebih membanggakan daripada menyelimuti diri dengan syariah Islam. Pejuang syariah Islam dipandang lebih rendah daripada pejuang demokrasi. Bahkan meninggalkan demokrasi bagaikan dosa besar, yang lebih dari sekedar meninggalkan syariah Islam.
Islam itu demokratis, demokrasi adalah Islami. Demikian kosa kata demokrasi yang tumbuh subur dalam jiwa dan benak umat Islam. Demokrasi telah menyilaukan sebagian kalangan. Mereka tidak menyadari bahwa pengemban demokrasi bagaikan membawa belati berlumur racun yang akan ditusukkan kedalam jantungnya sendiri. Yang akan terjadi adalah hilangnya identitas Islam yang sesungguhnya dalam tubuh kaum muslimin.
Bagi sebagian kalangan, demokrasi hanyalah representasi musyawarah untuk menemukan solusi persoalan. Yang lain menyebut, demokrasi sebagai aspirasi umat, wujud kebersamaan, gotong royong dan tolong menolong. Selebihnya hanya menganggap demokrasi sebagai jalan untuk meraih perjuangan Islam yang sesungguhnya. Demokrasi dipandang sebagai sarana yang akan menumbuhkan aspirasi Islam, yang selanjutnya akan mengantarkan pada tuntunan penerapan syariat Islam secara subtansial. Hingga saat ini, seolah tak ada jalan lain selain menerima demokrasi dan memanfaatkan suara terbanyak. Demikian asumsi-asumsi terhadap demokrasi di benak umat
Ide demokrasi ini memuja suara rakyat. Sebagai sebuah sistem pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Setiap individu sepakat pada ide ini. Dengan konsep tersebut, setiap individu menyerahkan haknya kepada pemimpin pemerintahan yang merepresentasikan keinginan rakyat. Dari konsep inilah akan muncul suatu bangunan rakyat yang berupa bangunan politik atau suatu Negara, bisa berbentuk republic, federal, monarki terbatas atau lainnya sesuai kesepakatan. Dengan demikian, demokrasi berarti Negara sebagai perwujudan seluruh rakyat. Kesepakatan bersama adalah wujud keinginan rakyat.
Demikianlah dalam demokrasi, rakyat adalah segalanya. Rakyat yang mempunyai wewenang membuat undang-undang dan memilih pemimpin mereka. Rakyat memegang kewenangan atas segala sesuatu yang terjadi di Negara dan wilayah mereka. Rakyat mengatur diri mereka dengan aturan yang mereka buat sendiri. Rakyat menjadi penguasa atas diri mereka sendiri. Wajar saja bila dalam Negara demokrasi, agama tidak boleh campur tangan mengatur urusan kehidupan. Rakyat adalah Tuhan bagi diri mereka sendiri.
Demokrasi telah menjadi malapetaka di dunia. Di Indonesia, Rekayasa penghitungan suara pemilu 2019 mengemuka sampai menghasilkan korban jiwa mencapai 500 jiwa lebih pada petugas KPPS. Dari kampanye capres dan cawapres yang menciptakan perpecahan di tengah masyarakat, distribusi sarana dan prasarana pemilu hingga hari H pemilu terjadi banyak kekacauan. Kondisi masyarakat yang masih banyak buta huruf, memudahkan untuk mengarahkan situasi dan kondisi kepada hasil pemilu yang diinginkan Barat dan pemilik modal.
Disamping itu, Upaya demokratisasi di negeri ini adalah mengkampanyeka NKRI harga mati, melawan radikalisasi Islam, memberangus ormas Islam yang cap mengancam NKRI, sampai teroris bagi umat Islam yang ingin menyempurnakan agamanya. Agar melepaskan diri dari cap tersebut, membuat agar negeri ini mengambil demokrasi dan melepaskan keislamannya.
Ada dua sasaran agenda demokratisasi ini. Yang pertama, Barat akan berhasil menancapkan kuku2nya di negeri ini. Negeri inipun tak akan mampu mencegah setiap kebijakan Barat. Terjadi hegemoni Barat di segala bidang. Kedua motif ekonomi, yakni menjarah kekayaan negeri ini secara bebas. Seperti ketika AS menguasai Iraq. Motifnya lebih kepada ambisi untuk menguasai minyak di Iraq dan kawasan sekitarnya. Hal ini juga bisa dicermati disetiap negeri. Dimana terdata perusahaan2 pertambangan AS, disana Negara yg sangat arogan ini pasti selalu berkepentingan agar demokratisasi menjadi agenda utama negeri ini.
Hasilnya, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa demokrasi adalah buatan Barat terutama Amerika Serikat untuk menghancurkan negeri2 kaum muslimin. Dimana ada demokrasi, disana pasti ada makar. Dengan demikian, perjuangan Islam melalui setting demokrasi hanya akan menemui konspirasi jahat negara-negara Barat. Penegakan Syariah dan Khilafah tidak akan pernah berhasil melalui sistem demokrasi. Sejarah telah memaparkan bahwa demokrasi hanya menjadi alat untuk menjaga agar sistem senantiasa sekuler dan membuang otoritas agama dalam Kehidupan terutama politik.
Sebagai contoh makar demokrasi adalah kemenangan FIS di Aljazair. Keberhasilan FIS dalam pemilu yang meraih 82% kursi parlemen dianulir oleh junta militer pemerintah yang menjadi antek2 penjajah. Tidak peduli bahwa FIS menang secara demokratis, kemenangan ini dituding mengancam demokrasi. Lawan-lawan politik FIS menuduh FIS telah membajak demokrasi untuk membangun pemerintahan fundamentalis Islam yang anti demokrasi.
Sistem demokrasi selamanya tidak akan memberi ruang kepada Islam untuk mengatur kehidupan. Selama sistem Kapitalisme ini masih ada, maka sekulerisme pun akan senantiasa bertahan. Artinya Islam tidak akan pernah bangkit sebagai sebuah peradaban, selama demokrasi masih bersemi di hati masyarakat.
Jargon demokrasi telah menjadi modus tersendiri yang diusung negara-negara kapitalis Barat untuk menancapkan hegemoninya di dunia Islam. Isu demokrasi menjadi cara untuk memaksa suatu Negara membuka pintunya lebar-lebar bagi kepentingan negara kapitalis Barat. Demokrasi menjadi kedok untuk meluaskan wilayah jarahan negara-negara kapitalis. Seolah-olah dunia terpaksa harus bersatu di bawah dominasi the global state yang dipimpin Amerika Serikat.
Yang tampak sangat nyata saat ini adalah Papua dan Aceh. Dikedua daerah ini, atas nama demokrasi, intervensi asing sangat kentara. Hal yg cukup menonjol dan mulai menjadi perbincangan khalayak adalah kebijakan otonomi daerah, campur tangan asing sangat mudah masuk ke berbagai wilayah Indonesia. Kerjasama langsung masing-masing daerah otonom dengan asing, baik atas nama Negara, lembaga-lembaga bantuan internasional, foundation atau bahkan perusahaan-perusahaan, akan mempermudah eksplorasi SDA di suatu wilayah oleh asing. Contohnya Lokasi tambang emas yang dirampok Freeport perusahaan tambang asal AS.
Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya sedang dalam incaran mata kapitalis dunia. Negara-negara Barat menginginkan negeri persada ini terpecah agar semakin lemah. Selanjutnya sumber daya alamnya yang besar akan mudah dikuras. Sumber daya manusianya akan menjadi sekedar pekerja yang seluruh energinya hanya akan dikuras untuk kepentingan Barat.
Dengan agenda demokratisasi, perjuangan kaum muslimin dilemahkan. Ukhhuwah umat Islam pun direnggangkan, karena demokrasi mengharuskan adanya keberpihakan kepada Barat. Loyalitas umat kepada agamanya sendiri direndahkan. Atar sesame kelompok muslim diadu domba.
Ketika ukhuwah melemah, kalangan muslim akan menjadi budak yang murah. Tak ada lagi eksistensi Negara bahkan bangsa yang tersisa. Kejahatan demokrasi akan membawa kesatuan umat terpecah sampai menjadi buih di tengah lautan yang dipecah ombak. Negeri-negeri muslim menjadi santapan yang menggiurkan untuk dijarah oleh negara barat yang tamak
Selama ini telah terbukti hanya Islam yang merekatkan suku-suku ini. Hanya Islam yang menguatkan persatuan dan persaudaraan kaum muslimin dunia. Tidak ada jalan lain, jagalah kemurnian perjuangan Islam, tolonglah agama Allah, dan tinggalkan Demokrasi!
Sebagaimana Firman Allah SWT:
“Hai orang2 yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S Muhammad:7)