Oleh Meita Ciptawati*
Kekhawatiran masyarakat semakin dalam terhadap China. Masuknya tenaga kerja asing asal China tengah menjadi perbincangan nasional. Apalagi kedatangan mereka diikuti dengan peristiwa janggal seperti penyelundupan senjata dan penanaman bibit sayur berbakteri, serta pengibaran bendera China di sejumlah kawasan di Indonesia. ( jurnas.com/20/12/2016)
Baru-baru ini masyarakat dibuat khawatir kembali dengan proyek OBOR China. OBOR singkatan dari One Belt and One Road atau Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Lebih dikenal sebagai Inisiatif Satu Sabuk dan Satu Jalan (OBOR), Sabuk dan Jalan. Inisiatif OBOR adalah suatu strategi pembangunan yang diusulkan oleh pemimpin tertinggi Tiongkok Xi Jinping, yang berfokus pada konektivitas dan kerja sama antara negara-negara Eurasia, terutama Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (SREB) berbasis daratan dan Jalur Sutra Maritim (MSR) lintas samudra. Strategi tersebut menegaskan tekad Tiongkok untuk mengambil peran lebih besar dalam urusan global dengan sebuah jaringan perdagangan yang berpusat di Tiongkok.
Inisiatif ini diungkapkan pada September dan Oktober 2013 masing-masing untuk SREB dan MSR. Ini juga dipromosikan oleh Perdana Menteri Li Keqiang selama kunjungan kenegaraan ke Asia dan Eropa. Konsep yang paling sering disebut di People's Daily pada tahun 2016. Di pertengahan tahun 2016 nama resminya diganti menjadi Belt and Road Initiative (Inisiatif Sabuk dan Jalan) (BRI), (disebabkan oleh kesalahan penafsiran istilah one (satu). Dalam tiga tahun terakhir, fokusnya adalah terutama pada investasi infrastruktur, material konstruksi, kereta api dan jalan raya, mobil, real estate, jaringan listrik, dan besi dan baja. (Wikipedia)
Tidak heran pembangunan infrastruktur di Indonesia berkembang cukup pesat. Ini tidak terlepas dari berbagai investor asing seperti China. Tanggal 27 april lalu baru saja dilakukan penandatanganan Memorandum of understanding (MoU) antara sejumlah pebisnis Indonesia dan China dalam acara konferensi Tingkat Tinggi (KTT) II Belt Road Initiativ (BRI). (www.cnbcindonesia.cor)
Walaupun sudah berganti nama dari OBOR menjadi BRI, tetapi esensinya masihlah sama. Sama-sama ingin menguasai jalur matirim. Wakil ketua DPR mengatakan inisiatif BRI dilihat oleh para pengamat Barat sebagai cara untuk mengukuhkan dominasi China dalam jaringan perdagangan global, termasuk berpotensi menjadi alat ekspansi militer mereka. Ia juga menyebut Indonesia pernah memiliki pengalaman tak menyenangkan dengan model kerjasama Turnkey Project (mengatur bahwa mereka masuk investasi tetapi menggunakan produk, alat mesin, dan tenaga kerja dari mereka) yang pada akhirnya membuka jalan bagi pekerja kasar China masuk ke Indonesia. (www.cnbcindonesia.cor).
Setidaknya ada tiga alasan kita menolak proyek OBOR ini. Pertama, sebagai investasi asing. Dengan adanya OBOR ini maka membuka peluang bagi China menanamkan modalnya di Indonesia dengan membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan lain-lain, atau bahasa sederhananya China memberikan pinjaman (penanaman modal). Penanaman modal ini dengan berbagai syarat jaminan dalam bentuk aset dan segala peralatan dan jasa di datangkan langsung dari China. Akibatnya banyak warga China yang datang ke Indonesia. Pastinya mempersempit lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia, akibatnya rakyat Indonesia harus bersaing ketat dengan tenaga kerja asal China. Akhirnya akan membuka peluang pengangguran yang tinggi bagi masyarakat Indonesia itu sendiri. Sungguh sangat merugikan masyarakat.
Kedua, pemberian hutang berupa uang atau pinjaman. Sistem kapilatis saat ini tidak terlepas dari adanya bunga yang tinggi pada hutang. Belumlah hutang sebelumnya lunas, Indonesia sudah diikat lagi dengan hutang yang sangat besar bunganya. Apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw apabila suatu negeri telah menyebar zina dan riba maka penduduknya menghalalkan datangnya azab. Belum lagi modal yang didatangkan dari riba menjadikan perekonomian negeri tidak stabil dan guncang. Tidaklah berkah perekonomiannya. Akhirnya berujung pada kemakmuran rakyat yang menurun.
Ketiga adalah penjahan gaya baru. Dengan adanya OBOR maka cengkraman China terhadap Indonesia semakin kuat. China ingin memperlihatkan sebagai negara Adidaya yang menyaingi Amerika. China pun banyak memeliki Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia. Bukan hanya pada bidang ekonomi dengan dikeruk sebanyak-banyaknya sumber daya alam Indonesia, dari segi politik pun Indonesia tidak akan pernah berani dengan China. Ini terbukti dengan ketidak beranian Indonesia menegur China saat terjadi pembantaian terhadap Muslim Uighur.
Oleh karena itu penting bagi umat muslim memiliki kesadaran politik akan rencana musuh-musuh islam yang ingin menguasai mereka, baik dari bidang ekonomi maupun politik. Ketiadaan Khilafah menjadikan musuh-musuh islam semakin berani menancapkan taringnya. kita perlu sistem Khilafah yang mampu melindungi dan membuat para bangsa penjajah ketakutan. Jika umat mau bahu membahu demi tegaknya khilafah maka tidak akan lama lagi penjajahan terhadap kaum muslim lenyap.
Keberadaan khilafah yang membawa idiologi islam lah satu-satunya yang di takuti oleh kaum penjajah. Jika Khilafah kembali bisa dipastikan kaum penjajah akan lari tunggang langgang. Maka sudah selayaknya kita memperjuangkan sistem hakiki yang sudah dicontohkan Rasulullah dan generasi setelahnya.
*Wali Asrama SMP Tahfizh Terpadu El Qudwah Banjarmasin