Oleh: Yuli Ummu Raihan
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Palestina kembali berduka. Di saat kaum Muslim diseluruh dunia bersuka cita menyambut bulan mulia ini, saudara kita di Palestina justru kembali berduka, seolah tiada mengenal waktu mereka masih dan terus menjadi korban kebiadaban kafir penjajah Israel laknatullah.
Palestina kembali di bombardir melalui serangan udara di Gaza.
Dilansir oleh, Reuters, Minggu (5/5/2019), Kementrian Kesehatan Gaza mengatakan seorang bayi berusia 14 bulan Saba Abu Arar dan ibunya Falastine Abu Arar yang tengah hamil terbunuh dalam salah satu serangan ini, 12 lainnya terluka.(detikNews, 5/5/2019).
Serangan Israel ini dianggap sebagai tanggapan atas serangan roket yang diluncurkan pejuang Hamas.
Menurut media Israel, pejuang Palestina meluncurkan lebih dari 400 roket di kota Israel selatan dan sistem anti rudal Iron Dome berhasil memotong lebih dari 250 lawan roket.
Sedangkan kantor media Palestina di Gaza melaporkan, jet Israel melancarkan lebih dari 150 serangan udara di samping serangan artileri yang menargetkan 200 landmark di Jalur Gaza, Palestina, termasuk penduduk sipil, mesjid, toko-toko, serta institusi media.
Sebanyak 3 orang Zionis Israel terbunuh dalam insiden serangan tersebut saat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk melanjutkan serangan udara dan artileri ke Gaza.
Sedangkan kelompok jihad Islam mengklaim, bahwa dua anggotanya Mahmoud Issa (26), dan Fawzi Bawadi (23) gugur dalam konflik ini.
Menurut Polisi Israel seorang warganya berusia 58 tahun dilaporkan tewas oleh serangan roket di Ashkelon (Hidayatullah.com, 6/5/2019).
Palestina masih dan akan terus berduka, air mata dan darah akan terus mengalir disana, dan kita sebagai Umat Islam tidak mampu melakukan apa-apa kecuali mengecam, mengutuk, mendoakan, atau menggalang dana untuk mereka.
Israel memang kejam, amat kejam, tapi sungguh kitalah yang paling kejam karena hanya bisa melihat tanpa melakukan aksi nyata.
Karena yang dibutuhkan mereka adalah perlindungan, berupa pasukan yang siap melawan zionis agar tidak lagi melakukan penindasan dan penjajahan kepada mereka.
Sekat Nasionalisme membuat kaum Muslim diseluruh dunia tidak mampu berbuat banyak.
Mahmoud Abbas dan Presiden Turki Receo Tayyip Erdogan mengkritik serangan udara Israel ini.
Menurut Mahmoud, keheningan komunitas Internasional membuat Israel tidak takut untuk terus melakukan penindasan di Palestina.
Sejak runtuhnya Khilafah 3 Maret 1924 lalu, Umat Islam bak anak ayam kehilangan induknya, jumlah yang banyak tidak mampu memberikan kekuatan atau pertolongan bagi saudara-saudata kita di Palestina dan belahan bumi Islam lainnya.
Rasa persaudaran, satu tubuh, empati mulai hilang, ditambah mesranya para pemimpin Muslim dengan para musuh-musuh Islam, bahkan menjadi kaki tangan mereka.
Hanya kecaman dan kutukan, penggalangan dana, dan doa yang bisa dilakukan, padahal pasukan militer di negeri Muslim banyak, andai saja mereka dikirimkan untuk menolong saudara-saudara kita disana agar segala kebiadaban zionis Yahudi segera berakhir dan mereka dapat hidup layak dan aman di negeri mereka sendiri.
Palestina dan negeri Muslim lainnya butuh sosok pemimpin seperti Umar bin Khatab dan Salahuddin Al Ayubi, yang tegas, berani dan menjadi pelindung mereka.
Bahkan saat Umar memasuki Yerusalem setelah menaklukkannya pendeta Sophonius terkesima, kaget melihat sang Khalifah yang namanya ditakuti lawan dan disegani kawan datang memasuki Yerusalem dengan berjalan kaki, sementara untanya ditunggangi oleh pelayannya.
Yerusalem dibebaskan dengan damai dalam sebuah kesepakatan bernama Umariyyah Covenant yang hingga kini tersimpan di Gereja Suci Sepulchure di Yerusalem.
Palestina juga dibebaskan untuk kedua kalinya oleh Salahudin Al Ayubi 2 Oktober 1187, setelah 88 tahun dalam kekuasaan Pasukan Salib. Pertempuran Hattin adalah bukti sejarah pembebasan kedua ini.
Sejak berdirinya negara Israel tahun 1948 lalu, kaum Muslim di Palestina terus menjadi korban, mereka terusir dari tanahnya, dibunuh, ditindas, dan terus dianiaya.
Ramadan yang seharusnya menjadi bulan yang khusyu' untuk beribadah, justru mengalirkan airmata dan darah bagi mereka. Tak sedikit diantara mereka yang sahur di dunia dan berbuka disurga, tidak ada hidangan makanan lezat untuk menu berbuka dan sahur, bisa ibadah dengan tenang, karena setiap detik nyawa mereka bisa melayang.
Pemimpin Islam sibuk dengan berbagai perundingan, seolah mencari solusi, dan berempati, padahal sesungguhnya mereka hanya mengulur waktu tidak menyelesaikan masalah. Berulang kali saudara kita menjadi korban maka tidak ada solusi lain kecuali jihad.
Pada masa khalifah Abdul Hamid II, tanah kaum Muslim terjaga, meskipun saat itu kekhilafahan sedang goyah, sang khalifah pernah berkata," Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ini bukan milikku, tanah ini milik umat Islam,mereka telah berjihad demi kepentingan tanah ini, dan mereka telah menyirami tanahnya dengan darah mereka. Yahudi silahkan menyimpan harta mereka, dan kelak mereka bisa mengambilnya tanpa membayar harganya, akan tetapi selama aku masih hidup, aku rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah ini dipisah dari Khilafah Islam ".
Begitulah gigih dan ketegasan sultan Hamid, sebagai khalifah pemimpin dan pelindung kaum Muslim.
Hanya khilafah yang mampu memberikan perlindungan terbaik bagi seluruh warganya, baik Muslin maupun non Muslim. Mereka tetap bisa hidup berdampingan dengan aman dan nyaman.
Bandingkan dengan kondisi saat ini, tak ada lagi Muslim ibarat satu tubuh sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw, " Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan kelembutan dan kasih sayang diantara mereka ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota sakit, maka seluruh anggota merasakannya dengan tetap berjaga dan demam".( HR.Muslim dan Ahmad).
Maka di momen Ramadan ini, kita tingkatkan persatuan, perjuangan dan semangat untuk mengembalikan Umat Islam pada rumahnya kembali, agar umat Islam bisa kembali hidup aman dan nyaman berdampingan dengan umat yang lain tanpa ada pertumpahan darah lagi. Rumah bersama itu adalah Khilafah Islamiyah dengan mengikuti metode kenabian yang akan membawa Islam sebagai rahmatan lil alamin, wallahu a'lam.