Oleh: Asih Sri Wahyuni
Ibu rumah tangga
Ketenangan untuk menunaikan ibadah puasa pada Ramadhan 1440 H tampaknya belum dapat dirasakan oleh warga jalur Gaza Palestina. Mereka diliputi was-was karena gempuran rudal dari militer Israel dalam beberapa hari terakhir. Diberitakan AFP, hingga Minggu (5/5) malam roket Israel terus menghancurkan kawasan Gaza mengakibatkan 23 warga Gaza meninggal dunia, termasuk seorang perempuan yang sedang mengandung dan seorang bayi.
Serangan dari tank dan rudal udara Israel mulai menggempur Gaza sejak Sabtu (4/5). Militer negara Israel itu berdalih serangan dilakukan sebagai bentuk balasan. Sebelumnya milisi Palestina memang menembakkan roket ke wilayah yang diduduki Israel. Empat warga negara Israel tewas akibat roket yang ditembakkan dari kawasan Gaza, tiga diantaranya adalah militer. Namun demikian korban jiwa yang terus bertambah tampaknya tidak membuat Israel mengendurkan serangan. Perdana menteri Israel Benyamin Netanyahu justru memerintahkan militernya untuk terus menggempur Gaza.
Peristiwa yang dialami kaum muslim Palestina terus berulang, entah untuk kesekian ribu kali. Sejak pendudukan Israel secara resmi tahun 1948 pemukiman warga Palestina (kini mengecil hanya dibalik tembok dan garis batas Gaza) kerap menjadi target serangan pasukan Israel tanpa memperhatikan waktu, kondisi juga target sasaran baik terhadap bayi, anak-anak, kaum perempuan, orang tua yang lemah dan wanita hamil pun dapat menjadi sasaran serangan Israel yang membabi buta dan tanpa perikemanusiaan.
Kini, 71 tahun sudah Yahudi Israel telah menduduki tanah Palestina dan selama itu pula Yahudi menjadi duri dalam daging negeri Palestina. Israel telah menjadi monster yang siap membunuh warga Gaza. Mereka telah menampakan kesombongan tanpa peduli bahkan atas aturan dewan internasional yang telah disepakatinya.
Apa yang dialami kaum muslim Palestina yang terus berulang dan terjadi di depan mata kaum muslim sedunia dan para penguasanya yang tak mampu mencegahnya. Mereka sekedar mampu mengecam dan memberi bantuan obat-obatan serta donasi lainnya tanpa berupaya untuk mengusir pendudukan warga Israel dari tanah Palestina.
Semua itu akibat dari pemahaman yang telah diadopsi kaum muslimin dan para penguasa negeri muslim saat ini yaitu pemikiran kufur nasionalisme (ikatan kebangsaan). Ia merupakan hasil dari pengkhianatan Mustafa Kemal Attaturk laknatullah kepada Islam yang telah menghancurkan kesatuan sistem pemerintahan Islam yaitu Daulah Khilafah Islamiyah dengan memecahnya menjadi lebih dari 50 negeri kecil yang terpisah-pisah. Kini hilanglah ukhuwah antara umat Islam di dunia dan tumbuh suburlah di tengah umat Islam ide nasionalisme (ikatan kebangsaan).
Di dalam pandangan Islam, ikatan nasionalisme adalah rusak karena merupakan ikatan paling lemah dan rendah nilainya. Ia hanya dapat terbangkitkan tatkala ada serangan dari luar (asing) dan akan hilang ikatannya tatkala sudah tidak ada serangan (aman).
Sedangkan ikatan yang benar dalam Islam untuk mengikat manusia dalam kehidupannya adalah ikatan akidah aqliyah (akidah yang sampai pada proses berpikir) yang melahirkan peraturan hidup menyeluruh dimana lahir dari akidah. Hal ini berfungsi dalam memecahkan dan mengatasi berbagai persoalan hidup manusia dan menjelaskan bagaimana tata cara pelaksanaan pemecahannya
, tentu termasuk persoalan yang wajib diselesaikan adalah berbagai kekejian dan pembunuhan yang menimpa umat Islam di Gaza. Apabila ikatan akidah umat saat ini senantiasa melekat pada seluruh kaum muslimin, maka keberadaannya akan menjadi sangat kuat. Seperti yang di gambarkan dalam hadis Rasulullah Saw,
"Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai,mengasihi dan berempati bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggota merasakan sakit maka seluruh tubuh ikut merasakan panas dan demamnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kecintaan yang tumbuh atas dasar akidah Islam akan menjadikan seluruh kaum muslim bersatu padu untuk saling membela, melindungi, menyayangi tanpa adanya sekat kebangsaan yang semu. Mereka dipersatukan di bawah institusi pelindung umat yakni Daulah Khilafah Islam.
Wallahu a'lam bi ash-shawab