Oleh: Rina Mulyani
Ketika kita berdiam diri di rumah. Mungkin semua nampak biasa-biasa saja, mungkin semua nampak baik-baik saja. Terlebih bila kita terlahir dari keluarga yang taat beribadah dan paham agama.
Tapi ternyata, diluar rumah dunia sedang tidak baik-baik saja. Apalagi ketika sistem sekuler hadir di dunia ini. Memisahkan agama dari kehidupan membuat manusia terlalu bebas.
Sistem sekuler telah menumbuhkan kebebasan yang merusak generasi.
Hari ini manusia bebas melakukan apa saja, tanpa memikirkan apa yang dia lakukan melanggar norma dan nilai agama atau tidak.
Setelah beberapa waktu lalu dihebohkan dengan sebuah film ala remaja sekuler dengan mempertontonkan kemesraan yang belum diperbolehkan. Sekarang kita harus dihadapkan dengan sebuah film yang menunjukan eksistensi kaum LGBT yang menyalahi kodrat sebagai seorang manusia.
Kenapa kejadian film yang melanggar moral bisa terulang lagi dan lagi? Semua itu karena tidak ada tindakan tegas dari pihak pemerintah. Mereka menganggap semua itu masih di dalam batas wajar. Begitulah, ketika satu kemaksiatan dibiarkan tanpa tindakan maka akan menginspirasi yang lain melakukan hal yang sama.
Padahal ketika kita mau sedikit mengkritisi karya film itu, tidak ada sedikit faedahpun yang bisa kita ambil didalamnya. Film remaja yang mempertontonkan kerinduan penuh syahwat dan kehidupan brutal tanpa tuntunan agama dari seorang pemuda hanya membuat kehidupan remaja semakin salah bukan soleh.
Belum bila kita mengingat sebuah film yang menyuguhkan kisah cinta penuh pelanggaran kodrat sebagai manusia. Semuanya hanya menambah permasalahan.
Padahal idealnya, sebuah tontonan itu harus bisa menjadi tuntunan bagi yang melihatnya. Tapi mereka tidak memikirkan hal itu. Bagi mereka bila itu menguntungkan mereka secara materi, maka akan mereka lakukan meski harus melanggar norma dan nilai agama.
Semua ini bisa terjadi tersebab sistem sekuler. Sebuah aturan yang memisahkan agama dari kehidupan, padahal agama dan kehidupan ada dua hal yang harus selalu berjalan beriringan. Terlebih bila kita terlahir sebagai seorang muslim, kosekuensinya harus terikat dengan hukum syara. Apa yang kita lakukan harus Sesuai SNI (SyariatNyaIslam) .
Seharusnya kita menjadikan industri film untuk mensyiarkan islam, membuat totonan yang bisa menjadi tuntutan bukan hanya sebuah totonan yang mementingkan nilai materi. Semua itu hanya akan bisa kita lakukan ketika adanya sebuah negara yang dia menjadikan Al-Quran dan Hadist sebagai landasan bernegara.
Wallahu'alam Bisshawab