Aulia Rahmah
Aktivis Dakwah Islam, tinggal di Gresik Jatim
Sungguh memprihatinkan keadaan Umat Islam hari ini. Kebohongan dianggap sebagai perkara biasa dan telah menjadi bagian dari kehidupan. April Mop, prank, rekayasa dan pencitraan atas produk atau tokoh untuk mencari simpati, dukungan, dan penunjang elektabilitas.
Merebaknya budaya kebohongan ikut mewarnai kehidupan perpolitikan. Seorang tokoh melakukan pencitraan, para koruptor melakukan pemalsuan laporan keuangan, memberi kesaksian palsu di depan pengadilan, dsb. Dan mungkin, kebohongan dan penipuan juga yang melandasi hingga hari ini, sejak dilaksanakannya pemilu serentak 17 April 2019, KPU belum mengumumkan suara siapa yang lebih unggul, apakah 01 ataukah 02 ditengah kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi.
Anehnya lagi, pemilu Demokrasi kali ini menelan korban nyawa. 326 petugas meninggal dunia. Dengan perincian, 253 korban berasal dari jajaran KPU yang bertugas sebagai KPPS dan 55 sisanya dari unsur Bawaslu. Dari kepolisian ada 18 personil yang meninggal dunia, dilansir m.jpnn.com (27/04).
Ini pesta apa ? Pesta rakyat atau pesta drakula yang menghisap darah ? Kalaupun karena motif kelelahan, jumlahnya nggak sefantastis itu, bukan lagi puluhan tapi ratusan. Belum yang masih dalam perawatan di rumah sakit. Sudah tak berhargakah nyawa manusia hari ini ?
Mahalnya nilai kejujuran dibayar dengan harga mahal. Tingginya biaya politik dalam sistem Demokrasi rentan terjadi kecurangan, menghalalkan segala cara, bahkan brutal dan biadab sekalipun. Money politik dan beragam kepentingan bermain untuk mengadu keberuntungan. Hanya korporasi dan rezimlah yang mendominasi sistem ini, merekalah yang menentukan hasil pemilu.
Harapan rakyat untuk melakukan peeubahan ke arah yang kebih baik makin berliku. Demokrasi yang mengakomodasi kepentingan rakyat makin sulit terwujud. Jargon " Dari, oleh, dan untuk rakyat " tidak pernah benar - benar terbukti. Padahal yang dipakai uang dan tenaga rakyat, tetapi pemilu hanya sebagai sarana bagi korporasi dan rezim menguasai rakyat. Suara rakyat direkayasa sedemikian rupa untuk melanggengkan kekuasaan diatas landasan kebohongan.
Syariat Islam Tempat Berlabuh
Dalam Islam, kekuasaan tentu amat penting. Kekuasaan memastikan kepentingan rakyat terpeihara, penegakan hukum yang adil, dan mengemban misi penyebaran Islam yang rahmatan lil alamin.
Islam memberi jalan untuk meraih kekuasaan dengan cara yang benar, yang telah dicontohkan oleh Rosulullah dan para kholifah sesudahnya, yakni dengan menerapkan Syariat Islam dalam bingkai Sistem Khilafah Islamiyah. Allah berfirman.
" Katakanlah Muhammad, " Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah aku secara keluar yang benar serta berikanlah kepada diriku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong ( Tqs. Al isro' : 80 ).
Syariat Islam mencetak para pemimpin yang adil, amanah, disiplin, tegas, dan berwibawa. Sejak Rosulullah diutus tidak ada masyarakat yang melahirkan para pemimpin yang adil dan amanah kecuali dalam masyarakat Islam yang menerapkan Syariat Islam secara sempurna.Sudah saatnya kita campakkan Demokrasi yang menyesatkan dan membawa kemudharatan. Sistem yang hanya menguntungkan segelintir orang sedang menjadi ancaman bagi banyak orang. Tidak akan ada keberuntungan kekuasaan yang ditopang diatas pondasi kebohongan. Jaminan kehidupan yang sejahtera, menentramkan akan jauh api dari panggangnya.
Wallahu a' lam bishshowab.