Seuntai Do’a dan Harapan Untuk Gaza


(Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis)


Berbagai bentuk rasa syukur dilakukan oleh umat islam untuk menyambut ramadhan. Berbagai macam makanan dan minuman disiapkan untuk keperluan puasa. Berbagai macam amalan ibadah juga disusun untuk mengisi ramadhan. Demikianlah, masih banyak nikmat berupa kesempatan yang Allah berikan untuk kaum muslimin mengisi ramdahn tahun ini.


Namun, tidaklah saudara muslim Gaza Palestina bisa merasakan hal yang sama. Mereka menyambut Ramadhan tak seindah yang kita rasakan disini. Mereka menyambut Ramadhan dengan bunyi gemuruh dentuman rudal dari tentara Israel, mereka menyambut Ramadhan dengan kehilangan sanak saudara, rumah serta harta mereka.


Tercatat di www.gazamedia.net, jumlah syuhada sebanyak 25 orang, 3 wanita, 2 janin, 2 anak menyusui, seorang anak umur 12 tahun. Jumlah yang cedera 177 orang, 42 anak-anak, 46 manula. Warga yang terlantar sebanyak 520 orang, bangunan tempat tinggal yang hancur menyeluruh ada 80 bangunan. Serangan Israel juga menghantam 40 lahan pertanian dan puluhan hot house, puluhan pelabuhan nelayan hancur, puluhan mobil warga hancur, 4 diantaranya mobil medis, 2 universitas dan beberapa sekolah.


Serangan balasan juga dilontarkan oleh para pejuang Palestina tak kurang sebanyak 670 roket dan artileri digunakan untuk menjawab serangan Israel. Hal ini membuat PBB bersuara dan mendorong dua belah pihak Israel dan Palestina untuk melakukan gencatan senjata. Pasukan Israel dan Pejuang Palestina sepakat  melakukan gencatan untuk sementara waktu.


Konflik yang telah berlangsung lama ini tak kunjung usai, pada tahun 1947 PBB membentuk rencana partisi untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Mereka mengusulkan untuk pembagian wilayah atau partisi. Menurut hasil partisi wilayah itu akan dibagi 50 : 50. Namun pada saat voting, sebanyak 72 persen suara berpihak pada usulan seperti itu. Akan tetapi kelompok Arab menolaknya. Meski menjadi mayoritas, penolakan didukung oleh salah satu negara Mesir. Hingga pada tahun 1948, untuk pertama kalinya Liga Arab melakukan inovasi dan berusaha menghancurkan Israel. Sembilan bulan bertempur Liga Arab pun kalah telak terhadap pasukan Israel. Walhasil daerah yang sebelumnya diputuskan oleh PBB secara terpaksa diambil alih oleh Israel.


Sampai detik ini konflik Israel-Palestina tak menemukan solusi yang menyelesaikan permasalah diantara mereka. Berkali-kali permasalahan ini dapat perhatian bahkan dirundingkan dalam lembaga sekelas PBB nyatanya tak kunjung usai. Setiap tahun berulang kali pula masyarakat Gaza selalu menyambut Ramadhan dengan suasana yang mencekam.


Solusi membagi wilayah 50 : 50 untuk konflik Israel Palestina bukanlah solusi hakiki karena dengan itu artinya dunia melegalkan keberadaan Israel di tanah Palestina. Padahal sudah jelas bahwa Israel merupakan penjajah yang ingin merebut tanah Palestina. Tanah Palestina sudah dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khathab pada saat beliau memimpin negara khilafah dan mengirim jawara-jawar Arab seperti Khalid bin Walid dan Amr bin Ash untuk melakukan penaklukkan ke Palestina.


Genjatan senjata pun bukanlah solusi untuk konflik panjang ini, berulang kali pula gencatan senjata disepakati antara kedua belah pihak. Namun selalu dikhianati oleh pasukan Israel sehingga penyerangan terus dilakukan ke wilayah Palestina. Maka perundingan yang dihasilkan tak akan menguntungkan bagi Masyarakat Gaza. Solusi Palestina bukan sekedar kecaman-kecaman dari pemimpin negeri kaum muslim. Palestina butuh kemerdekaan atas negeri mereka yang terjajah.  Mereka menginginkan keamanan dan kenyamanan hidup di negeri mereka.


Inilah nestapa kaum Muslim saat kehilangan perisainya, ketika hilangnya institusi yang melindungi bahkan sangat menghargai nyawa kaum Muslimin yakni khilafah. Umat Islam saat ini terpuruk diberbagai bidang bahkan nyawa merekapun seolah tak ada harganya hingga sangat mudah untuk dihilangkan. Puluhan tahun mereka berteriak untuk meminta pertolongan ke negeri-negeri sekitarnya nyatanya pemimpin-pemimpin negeri kaum muslim bungkam seribu bahasa atas kedzaliman yang mereka rasakan. Tak ada pemimpin negeri saat ini yang berani mengomando pasukannya untuk membebaskan tanah Palestina dari Penjajah Israel yang ada justru mereka bersalaman hangat dengan pemimpin penjajah.


Konflik di Palestina hanya dapat diselesaikan dengan adanya khilafah, karena sang Khalifah lah yang kelak akan menurunkan seluruh pasukannya yang sangat mencintai syahid di jalan-Nya untuk membebaskan Palestina sebagai tanah suci kaum Muslim yang harus dijaga. Khalifah akan mengumandangkan jihad untuk membebaskan negeri-negeri kaum Muslim dari penjajah kaum Kafir.


Wallahu'alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak