Ramadhanku Duka Saudaraku


Oleh: Sumiati  (Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif)


Suasana lebih dekat dengan Sang Maha Pencipta, ibadah yang terus ditingkatkan, telah berlangsung beberapa hari.

Ramadhan adalah bulan sucinya umat Islam. Melaksanakan ibadah “mahdhah” untuk shaum. Bulan beribadah dan mendekat kepada Allah. Hari-hari untuk beramal sholeh karena pahala yang dilipat gandakan. Bulan ketika Allah buka pintu ampunan selebar-lebarnya pada hamba yang banyak melakukan dosa dan kesalahan. Luar biasa istimewa bulan barokah ini.


Meski fokus ibadah baik shaum maupun ibadah ikutannya seperti shalat tarawih, tadarus Al Qur”an, atau memperbanyak shadaqah, bulan Ramadhan adalah bulan da”wah dan jihad. Bulan perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan serta menumbangkan kezaliman. Keliru menafsirkan bahwa karena bulan Ramadhan maka umat Islam akan sabar dalam bentuk tak boleh marah, nerima keadaan, diejek, ditampar, dianiaya pasrah saja. Tak ada perlawanan. Sabar.


Justru umat Islam menjadikan Ramadhan sebagai bulan perlawanan, perjuangan, dan kemenangan. Agama mengajarkan dalam konteks substansi ajaran maupun kesejarahan.



Sukses perang Badar, penaklukan kota Makkah, perang Qadisiyah mengalahkan Persia, menghancurkan Romawi di Tabuk, Sirakusa, maupun Manzikert, penaklukan Andalusia, kekalahan Tartar Mongol oleh Sultan Qurtuz, kemenangan Shalahudin atas pasukan salib Jerusalem hingga sukses Mesir mengalahkan Israel terjadi di bulan Ramadhan. Kemerdekaan negara Indonesia juga terjadi di bulan suci ini. Bulan ramadhan adalah bulan jihad.


Rencana pengumuman hasil Pilpres dan Pileg pada 22 Mei yang bertepatan dengan 17 Ramadhan menjadi tolok ukur. Apakah KPU bekerja jujur dan adil atau masuk dalam pola curang yang tersistematisasi. Bila nekad dan merekayasa kemenangan mengikuti “order” maka KPU berarti telah “disorder” dan siap melawan perlawanan umat dan rakyat. Dengan alasan umat sedang shaum, maka dianggap akan sabar menerima begitu saja keputusan. Nampaknya asumsi demikian akan keliru. Umat menyadari status bulan Ramadhan sebagai bulan perlawanan dan perjuangan. Justru kemungkaran akan segera ditumbangkan. Spiritualitas umat bereskalasi menguat. Kecurangan yang “terbiarkan” pada Pemilu 2014 tidak akan terulang saat ini. Ada suasana dan spirit yang jauh berbeda. Yakin bahwa pemenang Pilpres adalah Prabowo. Jokowi dan kroni nya layak untuk diantar  “mudik”.


Sebagai “syahrul jihad” umat siap merebut kemenangan di bulan Ramadhan. Menghancurkan kekuatan komunis PKI yang ingin bangkit, merontokkan kapitalis aseng yang mendominasi, memporakporandakan faham-faham sesat yang mengotori agama, melawan skenario dan kolaborasi OBOR China, menumbangkan kezaliman yang meminggirkan kekuatan umat, serta melakukan revolusi moral dan akhlak untuk mengubah budaya yang serba permisif dan hedonis.


Namun suka cita ini terasa hambar dan ada sesuatu yang hilang, bahkan terasa menyayat hati. Betapa tidak, penderitaan kaum Muslim di Ghaza  berlangsung di depan mata, tanpa ada yang menolong. Derasnya air mata mengalir membasahi di setiap waktu teringat nasib saudara di negeri Palestina. Apa daya hanya lantunan doa kepada Rabb kita semua, berharap Allaah SWT menurunkan pertolongannya dengan Maha Gagah dan Keperkasaannya. Luka ini terasa kian dalam di kala para penguasa Muslim sudah terbelenggu dengan ikatan Nasionalisme dan perjanjian rahasia dengan penjajajah dan pendukungnya. Jangankan untuk mewujudkan sabda Rasulullah saw di bawah ini.


Dalam hadits, Rasulillah Muhammad banyak menyampaikan/memberikan perumpamaan. Semua Perumpamaan itu dimaksudkan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berakal.


1. Bagaikan Bangunan


الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا


“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim No.4684]


2. Bagaikan Tubuh


مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى


“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]


Ramadhan seharusnya  membuat umat makin bersemangat untuk mewujudkan kemuliaan umat dan persatuan haqiqi di bawah naungan Islam dalam bingkai Kekhilafahan.


Dengan demikian, melalui Ramadhan mari bersama menyemai kembali persatuan. Memupuk lagi persaudaraan dan kesatuan umat. Kita tidak ingin masuk dalam kategori yang diistilahkan Amir Syakib Arsalan -dalam buku, ‘Limadza taakhhara al-Muslimun wa Taqaddama Ghairuhum’- sebagai umat yang mundur gara-gara melemahnya ruh jihad, merebaknya kebodohan, menyebarnya kemerosotan akhlak, yang berakibat pada rusaknya persatuan umat.


Apa artinya mayoritas, jika bagai buih di lautan?. Sebagaimana peringatan nabi: “Akan datang suatu masa, di mana bangsa-bangsa akan mengeroyok kalian seperti orang-orang rakus memperebutkan makanan di atas meja”. Ada seorang yang bertanya, ‘Apakah karena pada saat itu jumlah kami sedikit?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Tidak, bahkan kamu pada saat itu mayoritas, akan tetapi kamu seperti buih di atas permukaan air laut’.”(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya).


Melalui Ramadhan, kita rajut kembali persatuan umat. Karena, hanya dengan persatuan umat, maka potensi kaum Muslimin yang terserak-serak akan menjadi satu energi besar yang dapat menjadikan umat Islam bukan saja berkuantitas, tetapi juga berkualitas. Saatnya kita merebut momentum untuk menjadi khairu ummah(sebaik-baik ummah) sebagaimana tertera dalam Ali Imran: 110.


كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ ﴿١١٠﴾


"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."


(Q.S.3:110)


Wallaahu a'lam bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak