Oleh : Lilik Yani
Hari pertama puasa Ramadhan ini, kami mendapat jadwal jaga ujian nasional praktikum. Jam 6.00 harus sudah siap di tempat. Menyiapkan berbagai keperluan dan alat-alat praktikum yang dibutuhkan sesuai instruksi hari itu.
Jam 6.30 sudah siap di ruang karantina. Sudah tidak boleh membawa alat komunikasi, buku, alat tulis, dan berbagai alat elektronik. Seperti biasa yang kami lakukan jika ada ujian akhir. Sangat ketat, dengan harapan untuk menjaga agar tak terjadi kecurangan.
//Sajian Makanan Bagi Yang Tidak Puasa//
Seperti biasa, kami disiapkan makan pagi dan minuman untuk sarapan pagi. "Bu, ini sarapan buat para penjaga ujian." Demikian kata-kata manis dari mbak cantik berkerudung yang bertugas sebagai seksi konsumsi mempersilahkan.
Lho, bukankah hari ini puasa? Saya kira semua sudah tahu, karena sehari sebelumnya sudah ada perbincangan tentang hilal, dan awal puasa Ramadhan. Walau tidak ada laporan tertulis kalau kami para karyawan muslim muslimah akan berpuasa.
Dan mestinya juga tidak perlu dipilah-pilah. Ada karyawan yang tidak puasa baik karena non muslim, atau karena ada muslim yang berhalangan. Hingga petugas bagian konsumsi harus menyiapkan.
Kami merasa dilecehkan dengan penawaran manis itu. "Mbak, seharusnya tidak perlu menyiapkan makanan juga coffee break saat bulan Ramadhan."
Lantas mbaknya bilang, "Ini perintah pimpinan, Bu. Kami hanya menjalankan tugas atasan. Katanya untuk para karyawan, staf, pimpinan yang tidak puasa." Kami sendiri juga menjalankan puasa. Demikian mbak bagian konsumsi menambahkan penjelasan.
Kawan, kita memang bekerja di instansi umum. Jadi berbagai
keyakinan ada di sini. Tapi biasanya pimpinan tahu, jika ada acara bulan Ramadhan, tidak disiapkan konsumsi makanan, minuman, kue. Paling tidak untuk menghargai umat muslim yang berpuasa dan menghormati bulan suci Ramadhan.
Mengapa kali ini diadakan? Saya sempat utarakan kejanggalan ini. Pimpinan memberi alasan, untuk menghormati para penguji dan staf yang tidak berpuasa. Apalagi ini penguji banyak dari luar kota.
Kawan, apa yang kalian rasakan dengan kejadian pagi itu? Kita dilecehkan. Umat muslim tidak dihargai. Bulan Ramadhan yang suci diremehkan. Dianggap setara dengan bulan lainnya. Ketika umat bebas memenuhi hawa nafsunya.
//Makna Toleransi yang salah//
Ada salah penempatan makna toleransi di sini. Toleransi adalah menghormati umat agama lain dalam menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing.
Jika umat muslim sedang berpuasa wajib di bulan Ramadhan, yang mana semua pasti tahu walau tanpa memberitahukan secara tertulis. Karena diadakannya di bulan Ramadhan. Bukan puasa sunah senin kamis, atau puasa sunah lain yang tidak dikerjakan serentak.
Kalau mereka alasan toleransi. Harusnya mereka menghormati muslim yang berpuasa. Walau banyak yang tidak berpuasa, bukan berarti harus menyiapkan mereka yang tidak berpuasa dengan alasan toleransi.
Mengapa kita umat muslim yang disuruh toleransi, dan menyiapkan makanan buat mereka yang tidak berpuasa? Seharusnya mereka bisa memaklumi jika tidak ada makanan siap saji yang biasa mereka makan bersama-sama di depan umum.
//Tidak Ada Larangan Makan Bagi Non Muslim//
Kita tahu, mereka tidak ada perintah puasa Ramadhan. Jadi mereka boleh makan dimanapun. Masalahnya kembali pada etika, paling tidak mereka tidak makan di depan umat muslim yang berpuasa. Jadi kalaupun ada persediaan makanan untuk penguji yang tidak berpuasa, seharusnya disediakan ruangan khusus yang bisa ditutup. Atau paling tidak ada tabir, tak semata-mata kelihatan di depan mata.
Saya kira, teman-teman non muslim bisa mahami jika dikomunikasikan dengan baik. Jadi kuncinya ada komunikasi antar semua bagian. Sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi.
//Kantin Tak Bertabir//
Demikian pula masalah kantin. Selama bulan Ramadhan jika akan dilarang berjulan, juga tidak bisa. Karena para pedagang itu mencari nafkah dengan berjualan di kantin.
Ada juga yang membela, jangan ditutup karena sebagian murid di sekolah ini banyak non muslim. Jadi perlu makan minum dari kantin ini.
Sebagai bentuk toleransi pada umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa, seharusnya ada tabir penutup kantin agar tidak begitu mencolok dipandang umum.
*****
Kawan, kita umat muslim yang disuruh mengalah. Menghormati yang tidak berpuasa. Apakah tidak terbalik? Mengapa bukan mereka yang menghormati kita?
Terkadang bukan mereka, umat non muslim yang meminta. Karena mereka bisa memahami jika kita menjelaskan dan mohon pemakluman jika tidak menyiapkan makanan minuman. Tapi justru dari kalangan muslim sendiri yang ingin menjadi pahlawan. Biar seakan-akan menjadi pembela dan dianggap sebagai orang paling peduli, atau paling toleransi seluruh umat.
Wallahu a'lam bisshawab
Surabaya, 7 Mei 2019
#RamadhanMaknaToleransi
#MesraBersamaRamadhan08