Oleh : Nurul Putri Kusmahadi
Ummu Warrabatul bait dan Pegiat Dakwah
Beberapa bulan yang lalu publik dunia terkaget dan mengutuk teror yang terjadi di Christchurch, apalagi disiarkan langsung oleh pelakunya. Dialah Brandon Tarrant, pelaku teror dan penembakan, bahkan sebelum insiden itu terjadi, pelaku menulis catatan kecil di laman media sosialnya yang berisi hasrat menghabisi orang-orang selain kulit putih yang dianggapnya mencoba menginvasi tanah mereka.
Aksi solidaritas terhadap korban penembakan di Christchurch dilaksanakan di mana-mana.
Hampir dua bulan berlalu, tentu fakta miris menyayat hati itu masih membekas dalam benak siapapun tak terkecuali keluarga korban penembakan tersebut. Namun, banyak yang luput dari pemberitaan bahwa kejadian memilukan masih menimpa kaum Muslim yang menjadi minoritas dalam rezim kufur nan biadab. Sebut saja kaum Muslim di Palestina, Suriah yang terus menerus dibombardir ataupun Muslim Xinjiang, Uighur-China yang pastinya berat dan menderita mendapatkan tekanan biadab terutama saat ini di bulan mulia, bulan suci penuh berkah dan maghfiroh.
Kita berharap di bulan mulia ini kaum muslimin menyadari betapa pentingnya ukhuwah Islamiyyah ditegakkan untuk membantu saudara Muslim yang lain. Kejahatan apapun dengan latar belakang rasisme atau bukan jika sudah menghabisi nyawa manusia tak berdosa merupakan kejahatan internasional. Kita juga berharap kaum muslimin tidak terus terlena melihat tindakan keju terus terjadi.
Oleh karena itu, kita perlu menganalisa lebih jauh, apa yang sebenarnya terjadi di Selandia Baru dan negara-negara Muslim minoritas lainnya dibelahan penjuru dunia? Apa yang sebenarnya memicu aksi-aksi teror, bombardir, pembantaian dan kebencian terhadap minoritas muslim ? Apakah motif teror dan kebencian itu murni karena faktor ideologi agama, ras, jenis kelamin ataukah ada faktor-faktor lainnya?
Persepsi negatif tentang Islam berkembang di Eropa dan negara pendukungnya dengan War on Terorism-nya. Negara-negara Barat maupun Eropa diselimuti wabah yang menjangkiti mental warga negaranya, yakni tentang kesalahpahaman memaknai Islam. Hal lain juga terjadi seperti yang terjadi di Denmark, pemimpin partai sayap kanan Denmark Starm Kurs, Rasmus Paludan membakar salinan Al-Qur’an, Jumat (22/3). Aksi penistaan itu dilakukan sebagai bentuk protesnya atas sejumlah Muslim yang menunaikan Shalat Jumat di depan gedung parlemen negara sebagai aksi solidaritas untuk para korban penembakan dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Dengan kejadian kejadian tersebut virus Islamphobia pun meningkat bahkan terjadi pada umat Islam itu sendiri. Ini adalah salah satu bukti bahwa ternyata bukan sekedar tidak adanya pemahaman tentang syariat Islam tapi kebencian mendalam terhadap Islam dan pemeluknya.
Umat Islam sendiri tidak memahami apa dan bagaimana seharusnya menjadi muslim yang kaffah. munculnya Islamophobia sebagai upaya untuk memadamkan cahaya Islam. Musuh-musuh Islam berupaya melakukan segala upaya agar Islam tidak berkembang. Serangan demi serangan, mulai dengan bentuk Hard Power dan Soft Power terus digencarkan. Di samping isu teroris, Islam radikal juga dengan adanya serangan budaya berupa 4 F (Food, Fun, Fashion, Film).
Melakukan amar maruf nahi mungkar adalah solusi terbaik dalam menghentikan Islamophobia. Karena dengan cara yang ma'ruf Islamophobia hanya bisa dihentikan bila Islam diterapkan secara kaffah karena Islam berasal dari wahyu Allah yang membawa rahmat atas sekalian alam dan hukum yang fitrah, menentramkan, membawa damai.
Islamophobia dan bahkan antisemitisme harus dilawan dengan memberi informasi yang utuh tentang cara beragama, sekaligus nilai-nilai kebaikan yang melingkupinya.
Kita perlu menghadirkan keindahan, menawarkan cinta, mewujudkan kasih sayang sesama kaum muslimin dengan cara dakwah yang dilakukan melalui pendekatan pada umat. Jika konsep dakwah terus dilakukan maka Islamophobia lambat laun akan terkikis dan hilang dengan sendirinya. Karena semua fitnah akan dibuktikan dengan cara dakwah yang santun.
Cukuplah Ramadhan kali ini sebagai ramadhan penghenti penderitaan kaum Muslim dan sebagai ramadhan terakhir tanpa junnah, kekhilafahan Islam dan Khalifahnya. Kuncinya, kaum Muslim semuanya harus berjuang hingga syariat Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallahu a'lam bi ash shawab.