Oleh: Chezo (Aktivis BMI Community Cirebon)
Bulan Ramadhan yang selalu dinantikan oleh umat Islam pun kini telah datang. Maka sudah selayaknya kita ucapkan Alhamdulillah atas kesempatan yang telah dihamparkan kepada kita hingga kita bisa kembali bersua dengan syahrul mubarak (syahrus shiyam). Hal ini dikarenakan tidak seorang pun dari kita bisa memastikan apakah masih ada kesempatan untuk bersua dengan syahrul maghfirah di tahun yang akan datang.
Sadar ataupun tidak, ketika kita berkesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan, kita menghiasi setiap hari yang kita lalui di dalamnya dengan penuh antusias. Berbagai macam ibadah wajib maupun sunnah pun kita lakukan. Bahkan kita meninggalkan semua perkara yang membatalkan puasa, baik yang haram hingga yang makruh, apalagi perkara mubah yang tidak ada nilai taqarrub-nya kepada Allah.
Banyak peristiwa-peristiwa besar yang terjadi pada bulan Ramadhan, seperti ditulis Ali Hasani al-Kharbutli dalam al-Rasul fi Ramadhan. Juga dalam buku-buku sejarah, tafsir, dan hadis, dapat kita baca betapa sibuknya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dimana bagi Rasulullah bulan puasa adalah bulan jihad, bulan yang penuh dengan perjuangan. Sejak tahun pertama Hijriah dalam bulan puasa beberapa ekspedisi militer telah beliau kerahkan untuk menghadapi musuh, yaitu kaum musyrik Mekah yang selalu datang mengganggu dengan serangan kecil-kecilan pada mulanya. Puncaknya terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijriah dengan pecahnya perang Badr. Tetapi justru inilah kemenangan Islam yang pertama menghadapi kaum musyrik Quraisy, ''Allah telah menolong kamu di Badr ketika kamu dalam keadaan lemah. Maka bertakwalah kepada Allah, dengan demikian kamu bersyukur'' (TQS. Ali Imran: 123).
Pada tahun kedelapan Hijriah tepat di hari kesepuluh Ramadhan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya berhasil menaklukkan kota Mekah. Bahkan di bulan yang sama, Khalid Bin Walid menghancurkan tempat penyembahan Al-Uzza di Nakhlah. Peristiwa itu terjadi saat lima hari terakhir dibulan Ramadhan. Penaklukan kota Konstantinopel pun terjadi di bulan Ramadhan tepatnya pada tanggal 28 Ramadhan 92 Hijriah. Dan masih banyak peristiwa penting lainnya yang menjadikan kita memahami bahwa inilah bulan yang penuh dengan perjuangan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum untuk semakin memperjuangkan Islam dan bukan mengisinya dengan bermalas-malasan. Mereka tidak menyendiri di sudut-sudut masjid atau berdzikir bagi dirinya sendiri. Namun mereka tetap maju dan menjadi orang yang terdepan dalam mendakwahkan Islam demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin.
Jika melihat kondisi kaum muslimin saat ini, maka tidak sepantasnya jika kita malah berdiam diri. Tantangan yang kita hadapi pun tak kalah beratnya. Banyak kaum muslimin yang masih tertindas di berbagai belahan dunia. Sebut saja Gaza, Xinjiang, Rohingya, Afrika Tengah dan lainnya yang kian memanas. Kesempitan hidup dalam sistem Kapitalisme pun telah membuat umat ini kian sengsara berada dalam penderitaan yang tak berkesudahan. Sementara kita tahu akar dari semua ini adalah akibat tidak diterapkannya sistem Islan dalam kehidupan.
Ketiadaan penerapan Syariat Islam dalam naungan Khilafah membuat ummat menjadi individualis dan tak peduli akan nasib saudara sesama muslim. Kalaupun ada yang peduli, itu tentu tak cukup untuk mengusir para penjajah dari negeri-negeri mereka.
Ramadhan adalah bagian dari bulan saat Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan di dalamnya satu kewajiban, yakni ibadah puasa. Namun, kewajiban sebagai seorang hamba tentu tidaklah hanya sebatas puasa saja. Masih banyak kewajiban lain selain puasa. Islam bukan hanya sebatas puasa atau shalat dan ibadah ritual lainnya. Namun, puasa bisa dijadikan titik tolak untuk menuju perubahan kehidupan kaum Muslim yang lebih baik secara keseluruhan. Maka sudah selayaknya jika kita pun berjuang sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya.