Oleh: Risma Choerunnisa
(Pengajar di MTs. Manbaul Huda Bandung)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah: 183).
Sesuai dengan ayat di atas, bulan Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan. Maka, dengan kita melaksanakan shaum di bulan Ramadhan seharusnya kita bisa lebih terjaga dari kedurhakaan karena shaum merupakan Junnah. Yakni perisai individu agar senantiasa terjaga ketaatannya dan terjaga dari kedurhakaan.
Sebagai perisai individu, maka shaum bisa menahan diri kita dari lapar, dahaga, dan juga amarah. Dengan shaum yang dijalankan maka diharapkan ketaatan kepada sang pencipta akan semakin bertambah kuat. Juga bisa menjaga dari segala macam kedurhakaan.
Namun umat juga penting disadarkan, bahwa Ramadhan tak hanya bertujuan mewujudkan kesalihan individu, tapi juga kesalihan umat. Bukan berarti karena bulan Ramadhan maka umat islam akan sabar dalam bentuk tak boleh marah, nerima keadaan, diejek, ditampar, dianiaya pasrah saja. Tak ada perlawanan. Sabar. Justru umat Islam menjadikan Ramadhan sebagai bulan perlawanan, perjuangan, dan kemenangan.
Kemenangan perang Badar, peneklukkan Kota Makkah, perang Qadisiyah mengalahkan Persia, menghancurkan Romawi di Tabuk, Sirakusa, maupun Manzikert, penaklukan Andalusia. Kekalahan Tartar Mongol oleh Sultan Qurtuz, kemenangan Salahudin atas pasukan salib Jerusalem hingga sukses Mesir mengalahkan Israel terjadi di bulan Ramadhan. Kemerdekaan Indonesia juga terjadi di bulan suci ini merupakan beberapa bukti bahwa Ramadhan adalah bulan perjuangan, bulan jihad (Jurnalislam.com, 04/05).
Untuk mewujudkan kemenangan-kemenangan seperti itu maka diperlukan bukan hanya perisai individu, tapi juga perisai umat atau perisai jamaiy. Adanya perisai ini membutuhkan kepemimpinan Islam berupa aktivitas jihad dalam menegakkan kalimatullah menghadang segala penindasan juga kezaliman terhadap umat Islam (Radarindonesianews.com, 02/05). Karena hakekatnya takwa adalah mewujudnya ketaatan pada seluruh aturan Islam baik terkait induvidu, keluarga, masyarakat, maupun negara.
Untuk itu umat harus menghujamkan keimanan bahwa Islam adalah agama yang paripurna, salah satunya dengan mewujudkan periasi individu dan perisai jamaiy. Ditambah dengan dakwah memperjuangkan penerapan syariat Islam secara kaaffah dalam naungan Khilafah sesuai metode kenabian. Maka hakikat takwa, yaitu ketaatan pada seluruh aturan Islam baik terkait induvidu, keluarga, masyarakat, maupun negara akan terwujud.
Wallahu’alam bishowab.