Oleh : Nia Faeyza
(Menulis Asyik Cilacap)
Bulan yang ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh dunia, khususnya Indonesia akhirnya tiba. Marhaban yaa ramadhan.
Eramuslim.com - Ramadhan adalah bulan sucinya umat islam. Melaksanakan ibadah "magdhah" untuk shaum. Bulan beribadah dan mendekat kepada Allah. Hari-hari untuk beramal sholeh karena pahala yang dilipat gandakan. Bulan ketika Allah buka pintu ampunan selebar-lebarnya pada hamba yang banyak melakukan dosa dan kesalahan. Luar biasa istimewa bulan barokah ini.
Meski fokus ibadah baik shaum maupun ibadah ikutannya seperti shalat tarawih, tadarus Al Quran, atau memperbanyak shadaqah, bulan Ramadhan adalah bulan dakwah dan jihad. Bulan perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan serta membungkam kezaliman.
Sukses perang Badar, penaklukan kota Makkah, perang Qadidiyah mengalahkan Persia, menghancurkan Romawi di Tabuk, Sirakusa, maupun Manzikert, penaklukan Andalusia, kekalahan Tartar Mongol oleh Sultan Qurtuz, kemenangan Shalahudin atas pasukan salib Yerusalem hingga sukses Mesir mengalahkan Israel terjadi di bulan Ramadhan. Kemerdekaan negara Indonesia juga terjadi di bulan suci ini. Bulan Ramadhan adalah bulan jihad.
Rencana pengumumam Pilpres dan Pileg pada 22 Mei yang bertepatan dengan 17 Ramadhan menjadi tolak ukur. Apakah KPU bekerja jujur dan adil atau masuk dalam pola curang yang tersistematisasi. Bila nekad dan merekayasa kemenangan mengikuti "order" maka KPU berarti telah "disorder" dan siap melawan perlawanan umat dan rakyat.
Ramadhan di warnai situasi panas politik
Ramadhan tahun ini memang dihiasi oleh situasi panas politik. Pesta demokrasi yang baru saja usai masih terasa memanas, manakala hasilnya akan segera diumumkan.
Pemilu kali ini terkesan pilu dan memilukan. Karena memakan korban sampai ratusan jiwa.
www.matamatapolitik.com - Kita tahu bahwa lebih dari 400 petugas KPPS dan polisi meninggal selama pemilihan presiden dan legislatif Indonesia baru-baru ini. Kematian disebut-sebut disebabkan oleh kondisi yang berkaitan dengan kelelahan. Keadaan capek dan letih, baik secara mental maupun fisik. Banyak orang menerima penjelasan tersebut, namun beberapa pihak menganggap ratusan kematian petugas pemilu tersebut tak wajar.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan "Saya kira sebaiknya pemerintah terbuka dengan apa yang terjadi, terutama KPU. Dibuka saja masalahnya apa dan investigasi terhadap korban. Itu harus dilakukan satu per satu, jangan membuat generalisasi lalu ada uang tutup mulut".
Dia mengatakan, sejumlah dokter yang melakukan investigasi menyatakan adanya kemungkinan kematian disebabkan racun. Karenanya, Fahri meminta pemerintah untuk bertindak. Dia menduga kasus kematian ratusan petugas KPPS ini sengaja ditutup-tutupi.
Aliansi Masyarakat Peduli Tragedi Kemanusiaan Pemilu 2019 (AMP-TKP 2019) menilai, kematian ratusan petugas KPPS adalah peristiwa luar biasa, bahkan bisa disebut sebagai tragedi kemanusiaan. Peristiwa inipun telah menimbulkan citra buruk Indonesia di mata Internasional, dan mencederai pelaksanaan Pemilu 2019 yang seharusnya berpedoman pada asas langsung, bebas, rahasia, adil, jujur, transparan, dan akuntabel.
Akar masalah atas tragedi yang terjadi
"Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu para pendusta dianggap jujur. Orang jujur dianggap pendusta. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu yang banyak bicara adalah ruwaybidhah. "Ada yang bertanya, " Siapa ruwaybidhah itu?" Nabi saw menjawab, "Orang bodoh yang mengurusi urusan orang banyak." (HR al-hakim).
Tragedi yang terjadi pada pemilu ini, tidak lain dan tidak bukan adalah akibat dari negara yang masih saja bergandengan mesra dengan sistem Demokrasi. Padahal sampai kapanpun Demokrasi tidak akan melahirkan kemaslahatan. Karena Demokrasi sendiri adalah anak kandung dari Kapitalisme. Yang sudah jelas bahwa sistem buatan manusia ini asasnya adalah manfaat dan kepentingan semata. Kepentingan di atas segalanya, tanpa memandang baik buruknya. Nyawa manusia seakan tak ubahnya seperti harga ikan. Sungguh miris.
Padahal sistem ini sudah nampak nyata kebobrokannya, kenapa masih dipertahankan?
Solusi tuntas
Di bulan yang penuh rahmat ini, seharusnya menjadikan ajang perlombaan dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Jalan untuk bertobat, dan menjadi pribadi yang berguna untuk umat.
Ada yang mengatakan bahwa selama bulan Ramadhan, setan-setan dirantai, sehingga tidak akan mengganggu manusia. Padahal sebenarnya yang merantai setan adalah hawa nafsu kita sendiri. Kita sendiri yang mengendalikan rantai tersebut, agar setan tidak mengganggu kekhusuan kita saat beribadah. Inilah yang disebut sebagai perisai individu.
Ramadhan ini untuk membentuk dua junnah, yaitu junnah bagi individu dan junnah bagi seluruh umat. Karena Ramadhan tidak hanya untuk mewujudkan indivudu yang bertaqwa, namun untuk ketaqwaan seluruh umat. Karena islam telah mengajarkan bahwa segala sesuatu itu ada aturannya. Baik yang menyangkut individu, keluarga, masyarakat, maupun negara. Sehingga diwajibkan atas semua umat untuk menerapkan seluruh aturan islam. Tak terkecuali seorang pemimpin.
Seorang pemimpin atau iman juga dapat disebut sebagai junnah bagi rakyat.
Pemimpin yang seperti apa?
Tentu saja pemimpin yang menerapkan aturan islam secara sempurna, tanpa kecuali.
Bagaimana mewujudkannya?
Dengan dakwah dan jihad untuk mengangkat seorang pemimpin yang siap menegakkan syariat islam dan meninggikan kalimat tauhid. Dibawah naungan khilafah.
"Sesungguhnya seorang pemimpin (khalifah) itu adalah junnah (perisai), orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dia (HR al-Bukhari dan Muslim).
Wallahu a'lam bish-showab