Oleh : Rita Yusnita (Komunitas Pena Islam)
Seperti Tahun-tahun sebelumnya, setiap Bulan Ramadan tiba kaum muslim bersuka-cita menyambutnya. Karena Ramadan adalah Bulan sucinya umat Islam. Dimana Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka. Bulan beribadah dan mendekat kepada Allah. Pada bulan ini juga semua pahala dilipatgandakan dan Allah membuka pintu ampunan selebar-lebarnya bagi hamba yang banyak melakukan dosa dan kesalahan. Luar biasa istimewa Bulan Ramadan yang suci ini.
Ibadah puasa hakikatnya merupakan bentuk tarbiyyah (pendidikan) sosial kemasyarakatan, yakni mendidik pelakunya menjadi insan yang peka terhadap masyarakatnya. Bentuk tarbiyyah tersebut berupa :
1.Memperkuat kasih sayang dan semangat tolong-menolong dalam kebaikan di antara kaum muslimin.
2.Memupuk persatuan antar kaum muslimin karena mengawali puasa Ramadan dan mengakhirinya secara bersama-sama, sahur dan buka pun pada waktu yang bersamaan.
3.Mengajarkan kesamaan kedudukan antara si kaya dan si miskin, pejabat dan rakyat, bangsawan bernasab tinggi dan rakyat biasa, tidak ada yang membedakan di antara mereka kecuali ketakwaannya.
Dan masih banyak lagi faedah-faedah yang lainnya. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah yang artinya, ”Dan berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui “. (QS. al-Baqarah : 184). Jadi, sosok insan yang berpuasa dengan ikhlas dan sempurna maka akan menghasilkan berbagai bentuk ketakwaan, namun sebaliknya jika puasa seseorang tidak membuahkan ketakwaan maka curigailah puasanya tersebut! Bukan mustahil yang didapatkannya adalah haus dan lapar saja. Secara lahiriyah ia berpuasa, namun hakikatnya ia tidak berpuasa. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “ Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga “ (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim dan dia menshahihkannya. Al-Albani mengatakan hasan sahih).
Namun Ramadan kali ini ada yang berbeda, selain fokus terhadap ibadah shaum maupun ibadah yang mengikutinya seperti shalat tarawih, tadarus Alquran atau memperbanyak shadaqah, Ramadan adalah bulan dakwah dan jihad. Bulan perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan serta menumbangkan kezaliman. Keliru menafsirkan bahwa karena ini bulan Ramadan, maka umat Islam akan sabar dalam bentuk tak boleh marah, menerima keadaan, diejek, ditampar, dianiaya pasrah saja, tak ada perlawanan. Sabar. Justru di sinilah umat Islam menjadikan Ramadan sebagai bulan perlawanan, perjuangan dan kemenangan. Agama mengajarkan dalam konteks substansi ajaran maupun kesejahteraan.
Sejarah mencatat banyak kejadian penting yang terjadi selama bulan Ramadan, di antaranya adalah suksesnya perang Badar, penaklukan kota makkah, perang qadisiyah mengalahkan Persia, menghancurkan Romawi di Tabuk, Siarakusa maupun Manzikert, penaklukan Andalusia dan masih banyak yang lainnya termasuk Kemerdekaan negara Indonesia juga terjadi di bulan suci ini, karena itu Ramadan adalah bulan Jihad.
Kini umat semakin menyadari status bulan Ramadan sebagai bulan perlawanan dan perjuangan. Karena itu, kemungkaran akan segera ditumbangkan, spiritualitas umat bereskalasi menguat, kecurangan yang “terbiarkan” pada Pemilu 2014 tidak akan terulang lagi tahun ini, ada suasana dan spirit yang berbeda, rakyat menunggu pengumuman hasil Pilpres dan Pileg pada 22 Mei bertepatan dengan 17 Ramadan yang akan menjadi tolak ukur apakah KPU bekerja jujur dan adil atau masuk dalam pola curang yang tersistematisasi. Bila nekad dan merekayasa kemenangan mengikuti “order” maka KPU berarti telah “disorder” dan siap melawan perlawanan umat dan rakyat. Sebagai “syahrul jihad” umat siap merebut kemenangan dibulan Ramadan, menghancurkan kekuatan komuns PKI yang ingin bangkit, merontokkan kapitalis aseng yang mendominasi, memporakporandakan paham-paham sesat yang mengotori agama, melawan skenario dan kolaborasi OBOR china, menumbangkan kezaliman yang meminggirkan kekuatan umat, serta melakukan revolusi moral dan akhlak untuk mengubah budaya yang serba permisif dan hedonis.