Oleh: Ummu Ainyssa*
Alhamdulillah kita masih dipertemukan dengan bulan Ramadan tahun ini. Bulan yang sangat mulia, yang di dalamnya kita diwajibkan untuk berpuasa. Bulan yang bertabur dengan pahala yang berlipat ganda serta pengampunan atas dosa-dosa. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan yaitu malam lailatul qadr. Selain itu bulan Ramadan juga diharapkan menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih sabar lagi dan mampu menundukkan hawa nafsu kita dari amarah.
Namun demikian, penafsiran ini bukanlah hanya dari segi yang sempit. Dalam arti kita harus sabar terhadap segala sesuatu yang sedang terjadi, pasrah menerima keadaan dan segala bentuk kezaliman, tidak boleh marah saat ada yang menghina agama atau Rasulullah SAW.
Sebagai contoh, rencana pengumuman hasil pemilihan presiden dan pemilihan legislatif pada tanggal 22 Mei mendatang yang bertepatan dengan tanggal 17 Ramadan menjadi tolok ukur. Apakah Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan bekerja jujur dan adil atau masuk dalam pola curang yang tersistematis. Bila ternyata nekad dan merekayasa kemenangan mengikuti "order" maka KPU berarti telah "disorder" dan siap melawan perlawanan umat dan rakyat. Dengan alasan rakyat sedang shaum , maka dianggap akan sabar begitu saja menerima segala keputusan. (Seperti dilansir eramuslim.com, Jumat 3 Mei 2019)
Contoh lain kasus dugaan penghinaan terhadap ulama dan baginda Rasulullah SAW yang dilakukan oleh salah seorang presenter sekaligus komedian dengan inisial AT yang belakangan sudah meminta maaf melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua Komisi Dakwah MUI Muhammad Cholil Nafis mengajak seluruh umat untuk memaafkannya. "Oleh karena itu sebagai umat Islam adalah orang yang bertaubat setelah dia melakukan kesalahan atau candaan yang melukai perasaan umat Islam sudah meminta maaf dan taubat, dan kami berharap para habib, ulama, asatidz, umat Islam bisa menerima maafnya" tuturnya di Kantor Pusat MUI, kawasan Menteng Jakarta Pusat, Sabtu 4 Mei (tribunnews.com 5/5)
Faktanya berbagai asumsi tersebut sangat keliru. Umat harus menyadari bahwa bulan Ramadan sebagai bulan mulia bukan hanya saat kita melakukan ibadah shaum dan ibadah sunah yang ada di dalamnya. Tetapi lebih dari itu, bulan Ramadan akan bertambah berkah dan mulia saat kita menjadikannya sebagai bulan jihad dan perjuangan. Perjuangan untuk menumbangkan kemungkaran dan kezaliman yang telah meminggirkan kekuatan umat, meruntuhkan sistem demokrasi kapitalis yang sudah terbukti gagal mengurus negeri ini.
Sebagaimana hal itu juga dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat di saat bulan Ramadan. Selain mengisi bulan Ramadan dengan ibadah yang bersifat ruhiyah, Rasulullah juga mengajak para sahabat untuk mengisinya dengan aktivitas jihad.
Berbagai macam perang melawan orang kafir terjadi saat bulan Ramadan. Perang Badar al Kubra yang dilakukan pada tanggal 17 Ramadan tahun ke-2 H, kaum muslim yang hanya berjumlah 315 orang melawan kafir quraisy yang jumlahnya lebih dari 3 kali lipat yakni sekitar 1000-an orang.
Peristiwa pembebasan kota Makkah (fathu Makkah) oleh kaum muslim juga terjadi pada bulan Ramadan yaitu tanggal 20 Ramadan tahun ke-8 H. Setahun kemudian pada tahun 9 H terjadi perang Tabuk. Dan masih ada perang-perang yang lain.
Pasca Rasulullah SAW wafat, suasana Ramadan para Khulafaur Rashidin pun tidak berbeda, selain wilayah kaum Muslimin yang semakin luas. Dan hal ini adalah wujud dari spirit perjuangan yang dilakukan oleh kaum muslimin dalam mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia yang kemudian akan menjadi rahmat bagi seluruh manusia. Seperti firman Allah dalam QS Al Anbiya : 107 , "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam".
Maka dari itu sudah seharusnya kita pun juga menjadikan Ramadan tahun ini sebagai momentum kita untuk terus semangat berjuang dan berdakwah demi tegaknya kembali kehidupan Islam yakni kehidupan yang diatur dengan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, yang tentunya perjuangan dakwah inilah yang akan menjadi implementasi dari ketakwaan yang ingin kita raih di bulan Ramadan ini. Ketakwaan dengan hanya berhukum kepada hukum Allah semata. Meninggalkan apa saja yang Allah haramkan dan melaksanakan apa saja yang Allah perintahkan. Wallahu 'alam.
* (Member Akademi Menulis Kreatif)