Oleh : Hawilawati, S.Pd.
Gaya hidup hedonis dan individualis kian menjadi-jadi di tengah masyarakat.Tak terkecuali di kalangan anak yang baru baligh.
Asyik dengan gadgetnya tanpa peka terhadap kondisi rumahnya, malas membantu orangtuanya, yang ada hanya ingin dilayani segala kebutuhannya. Inilah yang sering dikeluhkan orangtua.
Remaja yang memenuhi hajatul udhowiyah (kebutuhan primernya) seperti makan, minum, berpakaian. Bahkan cara beribadah, bergaul dengan sesama, berinteraksi dengan masyarakat, bertutur kata tanpa adab, membuktikan mereka tumbuh tidak pada semestinya.
Menurut wikipedia adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam.
adab (ادب) dalam bahasa arab yang artinya budi pekerti, tata krama, atau sopan santun. arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. orang yang beradab adalah orang yang selalu menjalani hidupnya dengan aturan atau tata cara.
Setiap orangtua tentu sangat bahagia melihat putrinya tumbuh kian dewasa, sehat, cerdas, mandiri beradab peka terhadap keadaan dan memiliki kepribadian yang mulia (bersikap dan berfikir Islami).
Namun kemandirian dengan adab tak bisa terbentuk begitu saja, semua harus dipersiapkan dengan sebuah proses pembinaan yang tepat disertai kesabaran dan doa.
Saat usia anak-anak 0 sampai 9 tahun, orangtua adalah pelayan bagi mereka. Orangtua harus siap sedia memenuhi segala kebutuhannya (menjaga jiwa anak-anak, membantu dan memenuhi makanan, pakaian dan tempat tidurnya, dan membersihkan badannya). Karena ini adalah masa hadhonah (pengasuhan) bagi orangtua terhadap anak-anaknya.
Pada masa ini orangtua harus menanamkan Akidah Islam yang kuat. Mengenalkan Sang Kholiqnya dengan memperdengarkan ayat-ayat suci-Nya, bukti Maha Hebat-Nya, dan mengajak melihat segala ciptaan-Nya dan mengenalkan ibadah yang diperintahkan-Nya dengan menyenangkan tanpa paksaan.
Dan mengenalkan Uswatun Hasanahnya yaitu Muhammad Baginda Rosulullah SAW dengan cara memperdengarkan kisah dengan akhlak mulianya serta membiasakan melakukan segala amalan dengan adab yang di contohkannya.
Karena masa anak-anak adalah masa meniru. Saat inilah masa emas untuk senantiasa membiasakan adab yang baik sesuai adab Rosulullah.
Misalnya membiasakan tidur dan bangun tidur, makan, minum, berpakaian, berbicara, bertamu, menjaga kebersihan rumah dan amalan lainnya dengan adab Rosulullah.
Semua ditanamkan sebagai bentuk memenuhi seruan Allah SWT. Karena baginda lebih mengetahui baik dan buruk sesuatu urusan, maka tugas umat manusia adalah ittiba apa yang beliau berikan Sebagaimana terdapat dalam firman Allah :
وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Allah berfirman:"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya" (Al-Hasyr 59:7)
Saat memasuki usia pra baligh (antara usia 10 sampai 11 tahun) sudah dikondisikan memasuki usia tamyiz (dapat membedakan yang baik dan buruk).
Mereka mulai belajar mandiri untuk mengerjakan segala kebutuhannya sendiri tanpa bergantung penuh kepada orangtuanya. Proses kemandirian ini akan terus berlanjut hingga usia baligh.
Dan mulai dibangun kesadaran memahami sebab akibat mengajak berfikir mengapa manusia harus menjalankan segala aktivitas sesuai dengan tuntunan Rosulullah SAW dan yang diridai Allah SWT.
Di masa ini, anak semakin banyak dilibatkan melakukan segala amalan baik, menjauhkan sikap individualis. Misalnya dilibatkan dalam sebuah team work menjaga kebersihan rumah, berbagi tugas pekerjaan rumah dengan menyapu, mengepel, mencuci piring atau menjaga adik dan sebagainya sesuai dengan kemampuan dirinya.
Disertai pemahaman mengapa seorang muslimah harus mencintai kebersihan, kerapihan dan gemar tolong menolong. Kesadaran birrul walidain (berbakti kepada kedua orangtua), adab menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda harus dikuatkan.
Saat usia baligh, akal mereka telah sempurna. Sudah memiliki kesadaran dan tanggung jawab penuh terhadap dirinya dan peka terhadap kondisi lingkungan keluarganya. Bahkan mereka sudah siap menjalankan taklif hukum syara sebagaimana muslimah sempurna dengan penuh tanggung jawab dan konsekuensi.
Mulai belajar berfikir solutif yang terus dibimbing oleh orangtuanya. Dan menjauhkan mereka dari berpikir sekuler dan kapitalis yang memisahkan kehidupan dengan agama dan berorientasi pada materi duniawi semata.
Pada diri mereka juga harus semakin dikuatkan percaya diri dalam melakukan amalan sholih dan dapat mewarnai teman bergaulnya dengan adab yang baik, sebagai cerminan remaja yang berkepribadian Islam.
Kemandirian remaja putri dengan adab Rosulullah ini tak akan diperoleh kecuali kembali memberikan pendidikan sesuai tuntunan syariat Islam sedari dini. Dan sangat berbahaya jika generasi jauh dari adab, sebagaimana Imam Ghozali mengatakan :
"Barangsiapa yang tidak beradab maka sesungguhnya ia tidak mengamalkan syariah (dengan sempurna), tidak berimana (dengan sempurna) dan tauhidnya (tidak sempurna). Meninggalkan adab berarti tertolak oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Maka barang siapa yang adabnya buruk, maka ia tertolak dari pintu kebenaran” (Imam al-Ghazali, Roudhotu al-Tholibin wa ‘Umdatus Salikin, hal. 11).
Membentuk remaja putri yang mandiri dengan adab Rosulullah butuh proses, karena itu hilangkan kata bosan tuk membinanya. Menanamkan adab pada diri mereka sejatinya kita telah berusaha menyelamatkan generasi.
Wallahu'alam bish-showab
*(Praktisi Pendidikan, Member Revowriter Tangerang)