Oleh : Alma Annadzifatul Qurroh (Siswi SMA IT Ar-Rahman Banjarbaru Kalsel)
Sama halnya dengan masalah kesehatan yang butuh dokter, pendidikan juga pastinya sangat membutuhkan guru. Guru yang dengan sukarela mengajar, mencerdaskan, dan mendidik anak bangsa. Pahlawan tanpa tanda jasa ini sepertinya lambat laun mulai terlupakan. Semakin lama semakin tidak mendapat perhatian.
Dipandang sebelah mata, dicaci maki, ataupun disakiti fisiknya tak ayal sudah menimpa para guru khususnya di Indonesia.
Tindakan tindakan tersebut datang dari berbagai pihak. Baik dari wali murid, keluargaya, anak didiknya dan bahkan juga datang dari kalangan artis ibu kota.
Miris memang melihat sisi kelam pendidikan Indonesia. Namun inilah yang terjadi, berbagai kasus telah menimpa pahlawan tanpa tanda jasa ini. Baru baru saja kita dikejutkan dengan sebuah video viral yang mempertontonkan seorang siswa SMP PGRI Wringianom, Gresik yang menantang gurunya.
Seperti yang disebutkan oleh sebuah artikel dari Ayo Bandung.com, siswa tersebut sengaja melakukan perundungan terhadap gurunya yang bernama Nur Khalim. Di sebutkan bahwa siswa tersebut sedang menantang gurunya dengan sengaja merokok dihadapan gurunya. Setelah gurunya menegur, ia menantang gurunya untuk berkelahi yakni dengan mencekik leher gurunya.
Kejadian serupa juga bisa kita lihat di tanggal 2 Februari 2018, tanggal yang seharusnya membuat kita bertanya-tanya ada apa dengan pendidikan negeri kita?
Mengapa kejadian ini bisa terjadi di negeri mayoritas muslim, yang harusnya sangat mengerti bagaimana memperlakukan guru dengan baik. Tanggal inilah di mana seorang guru harus kehilangan nyawa akibat ulah anak didiknya. Ya, Ahmad Budi Cahyono seorang guru SMAN 1 Torjun, Sampang, Jawa Timur harus kehilangan nyawanya akibat pukulan seorang muridnya yang tidak terima ditegur oleh dirinya. Pukulan ini telak mengenai pelipisnya dan tak berselang lama ia meninggal dunia.
Selain itu, pada 8 Nopember 2018 dalam sebuah video yang berdurasi 24 detik, terlihat seorang guru yang biasa disapa Pak Joko harus terlibat perkelahian dengan muridnya di kelas. Murid murid itu saling menendang dan memtertawakan Pak Joko. Setelah sebelumnya mereka melakukan pengepungan kepada guru salah satu SMK di daerah Kendal, Jawa Tengah.
Selain itu semua mungkin masih sangat banyak perlakuan tak menyenangkan yang dilakukan murid terhadap gurunya. Yang bahkan tak dapat lagi disebutkan.
Perlakuan tak menyenangkan terhadap pahlawan tanpa tanda jasa ini adalah salah satu dari banyaknya potongan kelam pendidikan Indonesia. Selain potongsn tadi yang berupa perlakuan tidak menyenangkan terhadap guru, masih banyak lagi potongan kelam lainnya yang masih setia menghiasai wajah pendidikan negeri pertiwi.
Satu potongan kelam tadi adalah bukti bahwa pendidikan negeri sudah sakit parah. Komplikasi yang dapat membahayakan jiwa sedang dideritanya.
Menyontek, bullying, tawuran, gaul bebas, pelecehan terhadap guru, pelecehan terhadap murid, hilangnya kejujuran, nir adab dan berbagai bentuk kecurangan saat ujian sedang mendera tubuhnya. Padahal pendidikan adalah ujung tombak sebuah negeri. Ialah yang akan mencetek generasi penerusnya di masa mendatang. Mencetak orang yang akan mengatur dan mengarahkan kemana negeri ini kan berlayar. Dan seharusnya semua penyakit itu harus dihilangkan agar pelayaran tak salah arah.
Masalah-masalah ini harusnya jadi perhatian kita, dan ini bukti bahwa pendidikan kita jauh dari kata baik-baik saja.
Kualitas pendidikan sekali lagi akan menentukan bagaimana negeri ini di masa mendatang. Bagaimana mungkin orang yang sakit parah dapat membangun sebuah rumah dengan tangannya. Begitu pula, bagaimana mungkin pendidikan sekarang yang sakit parah dapat membangun negeri ini dengan baik.
Apa penyebab dari penyakit yang masih mendera pendidikan negeri ini?
Yang paling penting dan utama adalah pendidikan negeri ini masih terjebak pada pendidikan yang jauh sekali dari nilai agama. Karena sistem yang berlaku saat ini adalah sistem Kapitalis Sekularis. Wajar akhirnya pendidikan saat ini menjauhakn dari agama bahkan dipisahkan. Anak didik hanya diajarkan tentang berbagai teori dunia tanpa diajarkan ada apa setelah dunia. Walau menyandang predikat negara muslim terbesar di dunia, Indonesia belum menjadikan agama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan. Bahkan porsi pelajaran agama di sekolah hanya 1 banding 14 dari keseluruhan jumlah mata pelajaran perminggunya. Padahal pendidikan agama adalah yang terpenting bagi manusia. Karena agama akan menjadikan manusia sebagai manusia. Bukan lebih tinggi atau lebih rendah dari manusia. Dan akan menunjuki manusia ke jalan yang sebenarnya. Agama juga harus di pelajari agar manusia teratur dalam berfikir dan bertindak. Segala hidup ini akan kacau jika terlepas dari agama. Oleh karena itu pendidikan agama harus diprioritaskan agar murid Indonesia bisa bertindak sebagaimana semestinya. Dengan dikenalkan agama kepada anak didik, maka mereka mampu berfikir ketika akan bertindak, karena sejatinya semua akan di pertanggung jawabkan. Bukan sekarang tapi di pengadilan Allah yang Aaha Agung.
Para ulama salafushalihin dapat jadi contoh kita. Mereka sangat memahami Islam dan adab berlaku kepada guru. Seperti Ibnu Abbas Ra yang sangat memuliakan gurunya Zaid Bin Tsabit. Ia rela menunggu gurunya terbangun sebelum dirinya menuntut ilmu. Karena begitu takutnya ia mengusik tidur gurunya. Tanpa mempedulikan angin dan pasir yang masuk ke mata. Begitulah ia sanagat paham bahwa agama Islam menyuruh dan memerintahkan kita untuk hormat kepada guru kita, walau ilmu yang di berikannya hanya sedikit.
Hal ini pernah dicontohkan imam Syafii, beliau tetep manghormati gurunya walau gurunya hanya mengajarkan ilmu yang sedikit. Begitulah agama menjadikan manusia tunduk dan berperilaku sopan santun, sebagai realisasi dari aqidah mereka.
Selain itu faktor pengawasan orangtua juga mempengaruhi pendidikan. Karena sejatinya pendidikan bukan hanya di sekolah saja. Namun juga berlanjut di Rumah. Penanaman karakter, prinsip hidup dan memberikan nasihat harus selalu orangtua lakukan terhadap anaknya, agar tercipta pendidikan yang seimbang.
Lingkungan pergaulan yang buruk saat ini menjadi pengaruh tindak tanduk murid. Dan dapat mensetting pribadi mereka.
Dan penyebab penyakit yang paling parah adalah tidak adanya pengawasan dari negara dan penyembuhan penyakit-penyakit parah ini.
Negara masih mengabaikan dan tidak merespon berbagai potongan kelam pendidikan negeri ini. Dan juga belum melakukan perbaikan apapun.
Karena negaralah instrumen terpenting dari masalah yang ada, semua masalah ini adalah tanggung jawab negara yang harus di pertanggung jawabkan.
Lalu apakah obat yang sesuai dengan penyakit pendidikan saat ini?
Obat yang sesuai adalah adanya pengawasan dari negara terhadap pendidikan negeri ini yang pastinya berdasarkan pada Islam. Juga pengawasan dari orangtua dan kontrol masyarakat terhadap pendidikan, baik terhadap gurunya ataupun murid-muridnya. Dan tentu saja keduanya tidaklah terlepas dari Islam, sebab Islamlah pedoman hidup dan penuntun arah langkah kita. Tanpanya dunia terasa gelap dan tanpanya pula sirnalah kebahagiaan hakiki.
Jadi, sudah saatnya kita, sebagai generasi muslim untuk berbenah diri. Lakukan yang terbaik untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Tuntutlah ilmu pada seorang guru, dan muliakanlah guru kita. Karena dengannya ilmu kan menjadi berkah.
Lalu, sudah saatnya potongan kelam pendidikan Indonesia ini harus segera diganti dengan puzzel emas pendidikan Islam. Yang nantinya akan menghantarkan ke masa depan yang gemilang dengan cahaya Islam.
Semoga momen Ramadan ini dapat menjadi waktu kita untuk merenung bahwa Islam memang harus segera hadir di tengah-tengah kita. Dan tugas kita adalah memperjuangkannya.
Wallahua'lam.