PERISAI YANG DIRINDUKAN


 Oktavia Nurul Hikmah, S.E.


Perisai. Manusia memasangnya sebagai tameng, pelindung dalam peperangan. Bukan lantaran bersikap pengecut. Namun, perisai melindungi sosok-sosok yang memiliki tekad kuat dalam mewujudkan cita-citanya. Perisai dalam jihad, merupakan teman para pejuang yang hendak meninggikan Dienullah. Perisai bagi orang beriman adalah perlindungan dari Allah sebagai buah dari ketaatan.

Penggunaan kata perisai hanya ada pada dua perkara di dalam hadits-hadits Rasulullah. Pertama, hadits terkait puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ : الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ، وَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِه

“Rabb kita ‘azza wa jalla berfirman, puasa adalah perisai, yang dengannya seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan membalasnya” (H.R. Ahmad).

Kedua, hadits terkait pemimpin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ، وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ

“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Puasa sebagai perisai, membentengi seorang muslim dari api neraka. Sebuah amalan pribadi yang akan mengantarkan pelakunya menjadi sosok yang bertaqwa. 

Imam sebagai perisai, membentengi umat yang dipimpinnya dari api neraka. Ketika penguasa memimpin dengan iman, ia akan mendapatkan pahala. Kepemimpinan barakah yang otomatis melahirkan umat yang bertaqwa. Sebaliknya, ketika penguasa memimpin dengan kemaksiatan, ia akan mendapatkan siksa. Kepemimpinan buruk yang berdampak buruk pula ke masyarakat. Iman dan taqwa seorang penguasa, tak hanya berdampak pada dirinya, namun berdampak pula pada umat. 

Saat ini umat berada di bulan Ramadhan yang mulia. Melaksanakan shaum dan ibadah lainnya, dalam upaya mewujudkan perisai dalam diri setiap insan. Ketaqwaan pribadi pun tertempa selama sebulan lamanya. 

Sementara perisai umat yang kedua, belum nampak wujudnya. Sosok imam yang memimpin dengan syariat, mewujud perisai yang melindungi segenap umat yang ada di belakangnya. Imam yang sadar akan masa pertanggungjawaban kelak di akhirat, menjaga setiap jiwa umat dengan kehatian-hatian dan kesungguh-sungguhan. Sebagaimana perkataan Khalifah Umar bin Khattab yang mengkhawatirkan nasibnya kelak di akhirat jika ada seekor keledai saja yang terperosok karena jalanan berlubang di wilayah yang dipimpinnya. 

Ketiadaan sosok imam yang memimpin umat dengan syariat, menciptakan fargmen-fragmen memilukan. Tepat di awal Ramadhan, serangan Israel laknatullah menghujam bebas ke Palestina. Ratusan petugas pemilu meninggal di negeri zamrud khatulistiwa. Muslim Uighur dipaksa meninggalkan kewajiban agama. Tangis bayi dan anak-anak yang kelaparan terdengar di segenap sudut negeri-negeri muslim. Sisanya melewatkan Ramadhan di tengah nuansa teror dan ketakutan. 

Lenyapnya imam mengoyak perlindungan umat. Perisai terburai menjadi serpihan. Nasionalisme mencegah pemimpin negeri muslim A untuk melakukan pembelaan di negeri muslim B. Rumitnya persoalan dalam negeri muslim C menghalangi pemimpinnya untuk memikirkan nasib saudara muslim di negeri D. Setiap negeri muslim memiliki pemimpin, namun perwujudannya sebagai perisai pelindung seluruh umat adalah nihil.  

Bukan sembarang imam yang dapat menjadi perisai. Ialah imam yang dipilih umat untuk menjalankan syariat kaffah. Ialah imam yang memiliki visi besar mewujudkan Islam Rahmatan lil Alamin, Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ialah imam yang mengemban kekuatan ideologi Islam, yang menjadikannya sosok pemberani karena menyadari sumber kekuatan hanyalah dari Allah semata. Ialah imam yang takkan ragu berhadapan dengan Amerika dan Israel, bahkan seluruh dunia jika mereka melakukan penentangan terhadap dakwah Islam. Ialah imam yang meneladani kepemimpinan Rasulullah dan para khulafaur rasyidin. Ialah imam yang akan memimpin kekhilafahan kedua yang telah dijanjikan. 

“Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam”. (Dikeluarkan oleh: Imam Ahmad; Musnad Imam Ahmad no.18319 hal.162 Jilid 14 cet.Darul Hadits).

Imam yang dirindukan, mustahil lahir dengan jalan demokrasi sekuler. Islam telah memiliki jalan perubahan yang khas. Umat hanya perlu melakukan repetisi perjuangan Rasulullah dalam mendirikan daulah Islam di Madinah. Artinya, metode perjuangan pun tak boleh menyelisihi thariqah perjuangan Rasulullah. Sebuah cita-cita besar mewujudkan imam umat harus diawali dengan pengkajian menyeluruh atas metode perjuangan Rasulullah, dari akar hingga daun. Selain itu harus diiringi dengan keikhlasan dari para pengembannya. Jika kedua syarat tersebut terpenuhi, insya Allah pertolongan Allah pun akan segera datang. 

Wallahualam. 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak