Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
Pengasuh Grup Online Obrolan Wanita Islami (BROWNIS)
Penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya memeriksa caleg PAN Eggi Sudjana terkait seruan akan ada 'People Power'. Dimana seruan tersebut diduga merupakan kasus makar dan pelanggaran Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) (TRIBUNNEWS.COM, 26/4/2019). Eggi dilaporkan oleh politikus PDIP Dewi Ambarwati Tanjung, yang menilai bahwa pernyataan itu merugikan dan bisa memecah belah bangsa Indonesia sekaligus bentuk ancaman kepada stabilitas keamanan negara.
Wacana people power sebelumnya dicetuskan politikus Partai Amanat Nasional (PAN), AmienRais. Ia mengatakan akan mengerahkan massa atau people power untuk turun ke jalan jika mereka menemukan kecurangan dalam pilpres 2019 (TEMPO.CO, 25/4/2019)
Istilah 'People power' sendiri pertama kali terjadi pada revolusi sosial damai yang terjadi di Filipina sebagai akibat dari protes rakyat Filipina melawan Presiden Ferdinand Marcos yang telah berkuasa 20 tahun. Protes dimulai saat Corazon Aquino, istri pemimpin oposisi Benigno Aquino, Jr, meluncurkan kampanye anti kekerasan untuk menggulingkan Marcos. Aquino melancarkan protes sebagai konsekuensi dari deklarasi kemenangan Marcos pada pemilihan presiden tahun 1986. Sejak itu people power dikenang sebagai perlawanan damai yang ditandai dengan demonstrasi jalanan setiap hari yang terutama diadakan di Epifanio de los Santos Avenue (EDSA). Dan peristiwa ini juga dianggap sebagai momen yang melahirkan kembali demokrasi di Filipina.
Mengadakan sebuah perubahan yang hakiki memang membutuhkan konsep yang jelas. Terlebih jika kita berbicara perubahan sebuah negara. Dari keterpurukan menjadi kejayaan, bahkan menjadi pemimpin dunia . Tidak bisa hanya sekedar mengandalkan pada pemimpinnya yang cakap, anggota parlemennya yang sempurna secara quota mewakili rakyat. Terlebih kemudian menyandarkan perubahan dari moment people power. Sebagaimana yang hari ini menjadi pilihan demokrasi.
Dan secara hakikat, people power jelas bukan thariqoh umat yang sohih untuk melakukan perubahan. Terdapat perbedaan people power dalam demokrasi dengan thariqoh umat dalam menegakkan khilafah. Dimana perbedaannya harus kita pahami dengan benar, terlebih karena setiap amal akan dimintai pertanggungjawaban Allah, maka bagi kaum muslim akan sangat fatal akibatnya jika ia salah memahami, selain terdapat kesalahan di dunia di akhiratpun kita akan ditanyai mengapa menyelisihi apa yang sudah di tetapkan Allah.
People power sebagaimana awal kemunculannya adalah kekuatan rakyat. Biasanya digunakan untuk melakukan perubahan dengan menjatuhkan rezim yang ada, lalu menggantinya dengan rezim yang baru. Perubahan dengan menggunakan kekuatan rakyat ini bisa digunakan untuk tujuan reformasi maupun revolusi, baik untuk mengubah sebagian sistem yang ada maupun mengubah seluruh sistem yang ada dengan sistem yang lain sama sekali.
Sementara Islam memaknai perubahan adalah beralih dari sistem kufur menjadi sistem Islam. Maka sebenarnya people power sangatlah lemah dalam rangka mengawal umat kepada perubahan. Karena umat dalam keadaan kelemahan kesadaran tentang esensi perubahan itu sendiri. Kelak ia akan menjadi boomerang dalam kehidupan berpolitik dan bernegara ke depannya. Umat akan kembali kepada kehidupan lamanya, hanya bergerak karena ada serangan. Ketika serangan telah berhasil dihilangkan umat kembali pada keadaan semula.
Bagi kaum muslim sendiri, kepentingan terbesar dalam sebuah perubahan sangatlah besar. Karena perubahan yang dimaksud adalah mewujudkan ketaatan yang sesungguhnya kepada Allah semata. Yaitu dengan mengikuti metode yang telah digariskan oleh Rasulullah saw dalam melakukan perubahan.
Yang terutama adalah membangun wa'yul aam atau kesadaran umum bahwa kita kaum muslim ditinggikan derajatnya oleh Allah ketika berusaha membela dan meninggikan syariat Allah. Dan kemudian mengeyahkan sistem kufur yang selama ini melingkupi kehidupan kaum muslimin. Maka harus mampu meraih kepercayaan umat agar mereka menyerahkan kepemimpinan kepada partai politik yang sohih. Karena hanya partai yang sohih saja yang kemudian dalam aktifitasnya mampu mencerdaskan umat dan mengantarkannya kepada perubahan.
Demokrasi meniscayakan people power berkumpul dan menunjukkan kekuatannya, namun lemah jika tak dibarengi dengan pemahaman umat yang sempurna, akidah yang kuat dan tsaqofah keislaman yang mampu berpengaruh dalam hatinya. Maka bersiaplah menerima kekecewaan yang kesekian. Hidup akan makin sempit karena hukum manusia yang berdaulat.
Wallahu a' lam biashowab.