Pemuda Dan Radikalisme

Oleh : Evalina

Bicara masa depan bangsa maka tak lepas dari peran pemuda, dipundak para pemuda harapan besar disematkan. Ditangan para pemuda kegemilangan suatu negara dipertaruhkan. Semangat jiwa yang berkobar, kecerdasan yang mumpuni melekat erat dengan para pemuda sebagai modal besar mewujudkan cita-cita yang tinggi.

Tak luput juga, Para pemuda mendapat sorotan oleh pejabat negara, Dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Eropa, Pak Jusuf Kalla (JK) turut menghadiri acara Christchurch Call to Action di Paris menyampaikan bahwa perlunya Dunia melibatkan kaum muda menangkal radikalisme. JK pun memberikan contoh pelibatan para pemuda dalam menangkal terorisme telah dilakukan Indonesia sejak 2015 melalui program Duta Pemuda untuk Perdamaian (Youth Ambassadors for Peace). (Kumparan)

Selain itu, dilansir dalam situs bnpt.go.id Kepala BNPT, Komjen. Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H., dalam sambutanya pada acara Workshop Pelatihan Duta Damai Asia Tenggara 2019, mengatakan "Perlu disadari bersama bahwa terorisme bukan hanya persoalan aksi teror, tetapi penyebaran narasi dan ideologi kekerasan yang dapat mempengaruhi siapapun. BNPT memandang penting untuk merangkul dan melibatkan generasi muda dalam upaya menyebarkan konten perdamaian dalam melawan narasi kekerasan, ekstremisme dan radikal terorisme di dunia."

Berbagai macam cara dilakukan Pemerintah untuk mengarahkan para pemuda agar tidak terpapar radikalisme.  Stigma radikalisme itu jamak ditujukan pada gerakan-gerakan KeIslaman yang konsisten membina generasi muda untuk lebih dekat dengan Islam. Sehingga semangat KeIslmana yang telah berkobar di jiwa para pemuda dapat terus ditekan dan dikerdilkan agar tidak menjadi radikal. Dan sesuai dengan kehendak mereka. Maka pada akhirnya  para pemuda Muslim merasa takut menunjukkan identitas Islamnya. Sekedar Islam KTP, hanya sebagai formalitas namun tak melekat pada diri penganutnya.

Inilah bukti bahwa sekulerisme telah tertanam kuat di negeri kita ini, sistem yang menjauhkan  Islam  dari sendi kehidupan termasuk di dunia pendidikan. Konsep pendidikan yang tak berlandaskan Islam sebagai asas kurikulumnya. Maka pembelajaran mengenai Islam secara keseluruhan akan dijauhkan dari peserta didik. Pembelajaran tentang Islam dibatasi hanya perkara ibadah ritual semata. 

Hasil dari pendidikan berasas sekulerisme takkan mampu mencetak generasi gemilang, takkan dapat menciptakan generasi pemimpin yang mampu membawa negerinya berada ditingkat yang cemerlang. 

Yang ada, justru melahirkan generasi yang bobrok dan rapuh seperti yang terjadi saat ini. Pada tahun 2016, Hasil penelitian dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan sebanyak 58 % remaja Puteri yang hamil diluar nikah berupaya menggugurkan kandungannya atau memilih melakukan aborsi. Ditambah dengan peredaran narkoba dikalangan remaja tak dapat dicegah lagi, tawuran, mabuk-mabukkan, pembunuhan dan lain sebagainya menjadi rapor merah yang menghiasi kehidupan anak negeri.

Pertanyaannya, apalagi yang bisa diharapkan dari generasi muda seperti itu? Saat mereka kelak memimpin negeri ini, maka kehancuran tak dapat lagi dihindari.

Islam agama yang Syamil dan Kamil. Islam tak hanya sebagai aqidah, tapi Islam mampu memancarkan aturan untuk menyelesaikan berbagai masalah kehidupan umat manusia. Seorang Muslim ketika mengambil Islam dalam kehidupan haruslah kaffah. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 208 : "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu".

Islam tak hanya mengatur perkara ibadah ritual semata, namun Islam juga mengatur masalah sosial, politik, pemerintahan, ekonomi, termasuk pendidikan. Semestinya menjadi identitas yang menonjol pada setiap Muslim yakni memegang teguh prinsip Islam.

Sejarah pun telah mencatat, saat Islam menjadi satu-satunya aturan yang diterapkan dalam sebuah negera khilafah. Lahirlah sosok sekaliber Shalahuddin Al-ayyubi yang dengan berani merebut kembali Al-Aqso dari tangan orang-orang kafir. Lahirlah sosok semenawan Muhammad al-Fatih dengan ketaatan,kecerdasan dan kebulatan tekadnya mampu meruntuhkan tembok Konstantinopel. Pemuda yang mencetak tinta emas peradaban. Berhasil membuat negara yang ia pimpin berada dipuncak kejayaan, yang membuat musuh-musuh Islam berdecak kagum.

Wahai para pemuda, sadarlah bahwa pemuda seperti Shalahuddin Al-ayyubi dan Muhammad al-Fatih takkan lahir di sistem dan rezim saat ini, karena sejatinya sistem ini diterapkan untuk kepentingan para penjajah yang tak menginginkan umat Islam meraih kejayaanya kembali. Rezim ini berdiri untuk melindungi para penjajah yang selalu berambisi dengan Sumber Daya Alam negeri. Mereka bekerja tak henti-henti menghalangi pemikiran Islam kaffah merasuk ke benak Kaum Muslim.

Melibatkan diri dalam perjuangan penegakkan Islam kaffah adalah pilihan yang cerdas. Pilihan yang memberikan kebaikan kita di dunia maupun akhirat, di dunia kita meraih kemuliaan hidup dibawah naungan Islam. Di akhirat kita meraih kenikmatan syurga buah hasil perjuangan yang kita lakukan. Bangunlah dari tidurmu, bangunlah dari mimpi-mimpi dunia nan semu. Yang membuatmu lalai akan kehidupan kekal disana. 



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak