PEMIMPIN PENENTU MASA DEPAN NEGARA


Oleh : Netty Susilowati. 


Rasulullah adalah uswatun hasanah. Termasuk pada masalah memimpin sebuah Negara, Rasulullah mencontohkannya dengan sangat sempurna. Salah satunya saat terjadi Perang Ahzab atau Perang Khandaq. Beberapa teladan dari Rasulullah dalam perang Ahzab yang bisa kita ambil diantaranya : 


1. Berpikir cepat dan tepat 

Saat terdengar kabar pasukan Quraiys dan gabungan (Ahzab) hendak menyerang Madinah, Rasulullah sebagai pemimpin Negara Madinah saat itu berpikir cepat, memutuskan bertahan atau menyerang. Dan beliau dengan cepat memutuskan untuk bertahan di Madinah setelah berunding dengan para sahabat 


2. Bermusyawarah pada saat yang tepat.

Beliau sangat mengetahui kapan harus bermusyawarah dengan para sahabat, kapan memutuskan sendiri. Tidak harus semua keputusan atas dasar musyawarah. Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat ketika menentukan strategi perang bertahan di Madinah. Dan seorang Salman Al Farisi mengusulkan kepada beliau untuk bertahan dengan membuat khandaq atau parit. Satu bentuk pertahanan yang belum dikenal sebelumnya di Jazirah Arab. 


3. Bijaksana, tidak mudah marah dan terprovokasi

Sebelum memberikan usul bertahan dengan membangun parit, Salman bertanya kepada Rasulullah tentang keputusan bertahan yang telah ditetapkan. Apakah ini wahyu atau bukan. Jika Rasulullah pemimpin yang baper, bisa jadi beliau marah karena ada yang meragukan keputusannya. Tetapi tidak dengan Rasulullah. Beliau menjawab bahwa ini adalah ide beliau. maka Salman pun berani memberikan usulan. 


4. Kerja nyata 

Setelah diterimanya usulan Salman membuat parit, maka kaum muslimin bahu membahu menggali parit dengan panjang 5544km, lebar 4621m kedalaman 3224m. Rasulullah tidak tinggal diam. Beliau ikut mengangkat pasir, menggali, menyemangati kaum muslimin untuk melipatgandakan kesungguhan. Dan parit itu selesai dalam waktu hanya 6 hari. 


5. Optimis, memiliki visi ke depan 

Saat yahudi Bani Quraizhah berhasil di bujuk oleh Huyyay bin Akhtab bergabung dengan pasukan Azhab, dan mulailah para intel mereka memasuki Madinah untuk menakuti masyarakat, membuat resah hingga suasana dipenuhi dengan kebimbangan, lemah, takut, justru Rasulullah pada kondisi tsiqah, percaya penuh bahwa pertolongan Allah semakin dekat. Dan benarlah, tidak lama datang kepada beliau Nu’aim bin Mas’ud yang baru masuk Islam menawarkan untuk melemahkan kaum kafir. 


Dengan kepemimpinan Rasulullah inilah, keadaan berubah. Tentara Ahzab yang awalnya gagah perkasa menjadi lemah, lari tunggang langgang tanpa berhadapan dengan kaum muslimin. Bertahun-tahun kemudian, setalah Rasulullah wafat, maka Madinah menjadi Negara adi daya, pengaruhnya meluas tidak hanya di Jazirah Arab. Islam menyebar seiring dengan kondisi Negara yang semakin kuat. 


Inilah kapasitas dan kapabilitas yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dan itu hanya ada pada orang-orang yang istimewa.  Yang lahir dari proses pengkaderan yang panjang. Yang memahami visi misi sebuah Negara. Memahami posisi seorang pemimpin yang menjadi ro’in. Pengatur urusan rakyatnya. Bukan penghisap darah rakyatnya. Seorang pemimpin yang menjadi junnah atau perisai bagi rakyatnya saat mereka ketakutan, khawatir, takut, putus asa. Bukan malah meneror rakyat dengan pernyataan-pernyataan yang membuat resah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak