Oleh : Didi Diah, S.Kom*
Masihkah kita ingat saat debat calon presiden lalu? Di mana Jokowi dengan sesumbar mengatakan bahwa di pemerintahannya telah berhasil mengambil kembali saham PT Freeport ke Indonesia dengan nilai 51% dari nilai 9% jatah sebelumnya. (detik.com, 30/03/2019) Namun, menurut Prabowo Subianto, pengembalian saham ke bumi pertiwi memang sudah waktunya, jadi bukan merupakan prestasi semata.
Belum lagi sumber daya alam kita yang salah kelola, hak rakyat yang seharusnya untuk kesejahteran, disalahgunakan kepengelolaannya, yaitu diberikan kepada pihak asing dengan cara mengundang para investor luar untuk mendanai sejumlah proyek pembangunan, baik infrastruktur ataupun pembangunan bisnis. Indonesia bak gadis manis yang sedang ranum yang siap diberikan kepada lelaki hidung belang yang memiliki banyak uang.
Pemimpin negeri ini tidak cakap dan amanah dalam mengelola sumber daya alam yang melimpah, di hadapan mereka bahwa Indonesia merupakan sumber pendapatan yang menggiurkan, wajar saja jika mereka begitu bersemangat menjadi orang penting di negeri ini, agar mampu menjadi pengambil kebijakan dan bekerja sesuai keinginannya, tanpa memperhatikan hajat rakyat.
Kepemimpinan dan kekuasaan dalam sistem demokrasi sangat jelas tidak akan membawa kepada perubahan yang hakiki. Karena sejatinya kepemimpinan yang menjauhkan agama dengan kehidupan, akan berdampak ketidakamanahan bagi sang penguasa, apapun akan disandarkan pada hukumnya sendiri. Dan tidak lagi memikirkan urusan umat.
Padahal kita bisa melihat bagaimana carut marutnya sistem demokrasi yang penuh tipu, yang menyengsarakan, bukan hanya di level rakyat namun juga pemimpin kita yang sangat berambisi meraih kekuasaan dengan jalan apapun tanpa takut akan pengawasan dari Allah SWT.
Harusnya, kita memahami bahwa seorang pemimpin itu adalah bertanggung jawab untuk mengurusi rakyatnya, karena seyogyanya mereka dipilih dan diangkat oleh rakyat. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW tentang kepemimpinan di dalam Islam
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya :
Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“ (HR Bukhori Muslim).
Islam jelas dan tegas dalam hal kepemimpinan, bahwa pemimpin di dalam Islam berfungsi sebagai Junnah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)
Dan, pemimpin Islam mampu menjaga hak milik umat, termasuk kepemilikan sumber daya alam negeri, hingga tidak terlepas begitu saja ke tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab.
Wallahu'alam Bishowwab.
* (Praktisi Pendidikan)